Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Ramadhan, Covid-19 dan Tipologi Terkabulnya Doa Menurut Imam al-Baijuri

Avatar photo
26
×

Ramadhan, Covid-19 dan Tipologi Terkabulnya Doa Menurut Imam al-Baijuri

Share this article

Bulan Ramadhan adalah bulan yang identik dengan bulan
perjuangan dan nilai-nilai patriotisme. Jadi, salah besar apabila pada bulan
ini disikapi dengan bermalas-malasan dan menurunnya produktivitas, di bidang
apapun kita berkecimpung. Baik di bidang Pendidikan, usaha, maupun bidang lainnya,
dari seluruh bidang aktifitas manusia. Maka yang perlu dilakukan adalah
menjadikan bulan ini sebagai momentum untuk menempa diri, meningkatkan kualitas
dan produktiftas, agar kita tidak bertindak ahistoris, melenceng dari
yang sudah digariskan dan dicatat oleh sejarah.

Sejarah telah mencatat berbagai peristiwa besar yang
menjadi medan perjuangan dan pengorbanan umat Islam tatkala berada di Bulan
Ramadhan. Dan dalam peristiwa tersebut, umat Islam meraihkan kemenangan yang
gemilang berkat perjuangan dan pengorbanannya. Heroisme dan Patriotisme kaum
Muslimin dalam Perang Badar telah abadi dalam lembaran sejarah. Bahkan
peristiwa yang terjadi pada Tahun 2 hijriah ini menjadi tonggak kokohnya agama
ini berdiri. Saking pentingnya, sampai-sampai hari itu disebut sebagai Yaum
al-Furqan (hari pembeda), pembeda antara yang Haq (kaum muslimin) dan yang
Bathil (kaum musrik Qurais). Dan istimewanya, peristiwa ini terjadi di bulan
Ramadhan.

Rekam jejak lain yang mencatat perjuangan dan kegemilangan umat Islam di bulan Ramadhan adalah peristiwa Fathul Makkah, yaitu penaklukan kota Makkah. Banyak sejarawan yang mengabadikan dalam kronik-nya, betapa momentum ini begitu fenomenal dan spesial dalam sejarah Islam. Bahkan, kemerdekaan negara kita Indonesia, juga diraih pada bulan Ramadhan. Seluruh perjuangan yang diakhiri dengan kemenangan gemilang tadi diraih Ketika umat Islam dalam keadaan berpuasa.

Dalam kitab Ramadhan wa Bina’ al-Ummah, Dr. Raghib
al-Shirjani menjelaskan bahwa Ramadhan adalah kunci dari kemenangan yang diraih
oleh umat Islam dalam perang Badar. Karena dalam bulan ini, umat Islam sedang
berpuasa. Faedahnya, puasa bisa mendidik kita untuk memenuhi perintah serta
menjauhi larangan dengan sempurna dan penuh totalitas. Kemudian puasa juga
menjadi sarana untuk menundukkan syahwat sehingga tetap berada pada posisinya
yang benar. Puasa juga dapat melatih kesabaran atas segala kesulitan. Semua ini
bisa mendekatkan diri seorang makhluk kepada Penciptanya. Dan kedekatan “hamba”
(makhluk) kepada “Tuan” (Rabb) nya, menjadi kunci kemenangan.

Spesialnya, bulan Ramadhan yang kita lalui pada tahun
ini sarat dengan nilai-nilai perjuangan sebagaimana peristiwa di atas. Karena
manusia secara global, tidak hanya muslim, sedang berada dalam masa ujian
dengan diturunkannya wabah penyakit yang disebut dengan virus corona
(covid-19). Dunia sedang dibuat kalang kabut oleh makhluk kecil tak terlihat
ini. Lantas sebagai Muslim apa yang patut untuk dilakukan dalam menghadapi
pagebluk ini.

Pendekatan medis dan saintifik sudah dilakukan, namun itu tidak cukup. Harus ada upaya lain yang bisa dilakukan. Di sinilah momentum Ramadhan menemukan urgensinya.

Pertama: Meneladani setiap hal yang telah dilakukan oleh para Salaf al-Shalih tatkala mengahadapi ujian dan cobaan. Yaitu dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Pencipta, karena pada kondisi seperti ini, Allah Swt. hendak menguji mana sajakah hambanya-Nya yang mau mendekat dan berserah diri.

Kedua: Selalu menempa diri dengan menjalankan puasa Ramadhan “Imanan wa Ihtisaban” sebagai mana Hadis Nabi:

مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Menjalankan puasa yang beradasarkan pada keimanan, akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan serius. Dan berpuasa dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha dari Allah Swt. akan menjadikan gugurnya dosa-dosa. Apabila kedua hal ini dilakukan secara beriringan, akan menempa seorang Muslim menjadi pribadi yang Tangguh dan selalu berpikiran positif penuh optimisme.

Ketiga: Kita masih mempunyai senjata rahasia, yang menyempurnkan dan membuat keseimbangan antara usaha dhohir dan batin. Yaitu doa. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman:

ادْعوني أستَجِبْ لكُم

Ini semacam garansi
dari-Nya, bahwa setiap doa yang dihaturkan pasti akan dikabulkan. Namun, yang juga
perlu dan sangat penting untuk di ketahui adalah dikabulkannya (ijabat
al-du’a’) memiliki beberapa tipologi. Sebagaimana sabda Nabi Saw.:

مَا مِنْ
مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا
أَعْطَاهُ اللَّه بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ،
وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ
مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا.

Artinya: “Tidaklah seorang muslim yang berdoa,
dan doanya tidak berisi perbuatan dosa atau memutus silaturrahim, kecuali Allah
akan memberikan salah sau di antara tiga balasan; Allah kabulkan doanya, Allah
simpan dalam bentuk pahala di akhirat, Allah hindarkan dirinya dari musibah
yang senilai denga isi doanya.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan Hakim).

Dari hadis di atas bisa diketahui bahwa ada beberapa
tipe atas Ijabah (pengabulan) sebuah doa yang telah dipanjatkan oleh seorang
hamba (manusia.

Syeikh Muhammad Ibrahim al-Baijuri (salah sorang
Syaikhul Akbar al-Azhar) menjelaskan dalam kitabnya “Tuhfat al-Murid ‘ala
Jawharat al-Tauhid”

واعلم أن الإجابة تتنوع فتارة يقع المطلوب بعينه
على الفور وتارة يقع ولكن يتأخر لحكمة فيه

Artinya, “(Ketahuilah) bentuk ijabah (pengabulan) doa itu
bermacam-macam. Terkadang, doa terkabul segera dengan bentuk sesuai permintaan.
Tetapi lain kesempatan, doa terkabul agak lambat dengan bentuk sesuai
permintaan karena hikmah tertentu.”

Sebuah doa yang diucapkan ada
kalanya akan dikabulkan sesuai permintaan dan saat itu juga, namun juga kadang
waktunya akan tertunda karena sebab alasan (hikmah) yang hanya diketahui
oleh Allah Swt.

Selain soal waktu, pengabulan doa juga bisa berkaitan
dengan bentuk atau model ijabah itu sendiri. Selain memberikan persis
seperti yang kita minta, Allah juga berkuasa untuk mewujudkan doa kita dalam hal
lain, sebagaimana yang dijelaskan Imam al-Baijuri:

وتارة
تقع الإجابة بغير المطلوب حيث لا يكون في المطلوب مصلحة ناجزة وفي ذلك الغير مصلحة
ناجزة أو يكون في المطلوب مصلحة وفي ذلك الغير أصلح منها

Artinya, “Terkadang, doa terkabul dengan bentuk tidak sesuai
permintaan karena permintaan tersebut tidak mengandung maslahat yang kontan,
tetapi sesuatu yang tidak diminta mengandung maslahat yang kontan. Atau bisa
jadi karena pada permintaan tersebut mengandung maslahat, tetapi sesuatu yang
tidak diminta mengandung jauh lebih maslahat.”

Mungkin dari kita banyak yang menunggu-nunggu kapan doa yang dipanjatkan itu terkabul oleh Allah Swt. tanpa sadar, sebetulnya yang kita minta telah diberikan dalam bentuk lain yang lebih bermanfaat. Kunci penting yang perlu ditanamkan dalam hati adalah, bahwa problematika Ijabat al-Du’a’ ini berkaitan erat dengan kehendak-Nya sebagai penguasa jagat raya. Senada dengan penjelasan Imam al-Baijuri:

 على
أن الإجابة مقيدة بالمشيئة كما يدل عليه قوله تعالى فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ
إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ فهو مقيد لإطلاق الآيتين السابقين فالمعنى ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ إن شئت وأجيب دعوة الداعي إن شئت

Artinya, “Atas dasar bahwa ijabah atau pengabulan doa terkait
dengan kehendak-Nya sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah SWT, ‘Maka Dia
mengangkat bahaya yang mana kalian berdoa kepada-Nya jika Dia menghendaki’ (Q.S.al-An’am
[6]: 41). Pengabulan doa ini bersifat muqayyad karena kemutlakan dua ayat
terdahulu. Maknanya dapat dikatakan, ‘Mintalah kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkan permintaan kalian’ (Q.S. Ghafir [40]: 60) jika Aku menghendakinya,
dan ‘Aku mengabulkan permintaan mereka yang berdoa’ (Q.S al-Baqarah [2]: 186)
jika Aku menghendakinya.”

Apabila doa-doa yang sudah banyak di ucapkan dan
dihaturkan, baik doa untuk kepentingan pribadi maupun untuk kemaslahatan umum
seperti permohonan untuk segera dibebaskan dari serangan Virus Corona belum
terlihat hasil nya secara kontan. Maka jangan pesimis dan ragu-ragu, kita mesti
optimis dan khusnudzon, bahwa Alllah Swt telah menyiapkan skenario terbaik
sebagai wujud dari pengabulan atas doa kita.

Dalam momentum Ramadhan tahun ini, kita berpeluang
untuk mengulang heroisme dan patriotisme yang telah dilakukan oleh para
pendaluhu dalam merespon keadaan. Berserah dan mendekatkan diri kepada sang
Pencipta, menempa diri sehingga menjadi pribadi yang tangguh penuh optimisme
dan meyakini bahwa segala doa yang telah kita panjatkan akan diijabah
(dikabulkan) dengan berbagai tipologinya, semoga menjadi formula ampuh dalam
menghadapi situasi penuh penuh cobaan dan ujian seperti saat ini, sampai meraih
kemenangan.

Kontributor