Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Sejarah Tarim Hingga Berjuluk Kota Seribu Wali

Avatar photo
27
×

Sejarah Tarim Hingga Berjuluk Kota Seribu Wali

Share this article

Tarim adalah sebuah kota di negeri hadramaut yang terletak kurang lebih 500 km dari ibukota Sanaa, Yaman. Kota ini tergolong kota tandus dengan curah hujan yang sangat rendah.

Meskipun demikian, kebutuhan air di kota Tarim tercukupi dengan banyak pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan.

Kota Tarim merupakan kota dengan aura yang teduh. Hal tersebut terpancar dari kereligiusan masyarakat yang sangat taat perintah agama dan mengikuti ajaran Rasulullah Saw.

Tarim dijuluki Tarim al-Ghanna, sebuah kota yang rindang karena banyaknya pepohonan.

Kota ini juga dijuluki Kota as-Shiddiq, sebab saat gubernur Tarim, Ziyad bin Labid, menyeru penduduknya untuk membaiat Sayidina Abu Bakar sebagai khalifah, dengan serentak mereka melakukannya dengan ikhlas.

Melihat hal seperti ini, Sayidina Abu Bakar terharu kemudian mendoakan kota ini dengan tiga macam doa: pertama, agar Tarim menjadi kota yang makmur, kedua, air kota ini berkah, ketiga, semoga kota ini dihuni oleh banyak orang shaleh dan para wali Allah.

Dan Allah Swt pun mengabulkan doa Abu Bakar. Pada akhirnya, kota ini menjadi kota persinggahan para Ahlul Bait dari keturunan Sayidina Husain Ra dan melahirkan wali-wali yang dekat dengan Allah dan Rasul-Nya.

Baca juga: Al-Faqih Al-Muqaddam, Penggagas Tarekat Alawiyah dan Jejak Apolitiknya

Nama Tarim konon diambil dari nama putra Raja Hadramaut, yaitu Tarim bin Hadramaut. Kota ini mempunyai eksotika dan nilai sejarah yang sangat tinggi. Hal tersebut bisa dilihat dari arsitektur bangunan dan rumah masyarakat yang terbuat dari tanah. Bahkan sebagian rumah penduduk ada yang berumur sampai 100-200 tahun.

Kota ini juga memiliki sebuah menara tanah tertinggi sedunia. Menara Masjid al-Muhdlar namanya. Sebuah menara kuno yang pada akhirnya menjadi simbol kota ini.

Di samping itu, Tarim banyak menyimpan khazanah keislaman yang sangat murni dan kental. Di dalam kota ini terdapat 365 masjid, sekitar 5000 manuskrip dari berbagai disiplin ilmu, dan peninggalan-peninggalan Islam lainnya yang sangat berharga. Tak salah jika pada tahun 2010, Tarim dinobatkan sebagai Kota Pusat Kebudayaan Islam dunia oleh Organisasi Konferensi Islam dunia.

Rasulullah Saw bersabda:

أتاكم أهل اليمن هم أرق أفئدة وألين قلوبا، الإيمان يمان والحكمة يمانية

“Telah tiba kepada kalian penduduk Yaman. Mereka adalah orang-orang lembut hatinya, keimanan itu ada dalam penduduk Yaman, dan hikmah juga ada dalam penduduk Yaman.” (HR. Imam al-Bukhari)

Baca juga: 9 Syarah Safinatun Najah Karya Ulama Yaman yang Wafat di Indonesia

Rasulullah Saw sendiri telah memberikan persaksian bahwa penduduk Yaman adalah orang-orang yang baik, orang-orang yang kuat keimanannya, dan orang-orang yang mempunyai hikmah terhadap orang lain.

Persaksian Rasulullah tersebut terbukti menjadi kenyataan. Menurut ensiklopedia Islam, para ulama dan Ahlul Bait yang berasal dari Kota Tarim merupakan dai-dai Islam yang menyebarkan Islam ke seluruh dunia, khususnya Benua Asia dan terlebih khususnya negara kita, Indonesia.

Para ulama Tarim banyak yang melanglang buana ke berbagai tempat untuk dan berdakwah. Mereka menyebarkan agama Islam dengan metode luhur yang tertanam sejak turun-temurun. Yaitu dengan dan nasehat hikmah yang baik (bil hikmah wal mau’idzatil hasanah).

Selain dijuluki Kota ash-Shiddiq, Tarim juga dijuluki Kota Seribu Wali. Di kota ini ada tiga pemakaman yang sangat masyhur dan menjadi tempat sentral peziarahan, baik penduduk Tarim sendiri maupun orang-orang luar Tarim, yaitu Maqbarak Zanbal, Maqbarah Furaith, dan Maqbarah Basyar.

Di antara keistimewaan kota Tarim lainnya, ia juga termasuk kota ilmu dan kota religius. Para penduduk kota ini sejak dulu mendalami ilmu fikih mazhab Syafii yang sangat kental.

Baca juga: Kisah Inspiratif dan Ketawadhuan Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi

Selain itu, mereka juga mengimbanginya dengan tasawuf, ilmu yang mengajarkan penyucian hati, sampai-sampai orang yang boleh menempati shaf pertama di masjid jami’ hanyalah para mufti dan orang-orang shaleh.

Saking banyaknya wali dan ulama di Tarim, kota ini juga menjadi mulia dan membuat lingkungan sekelilingnya positif. Salah seorang ulama sampai mengatakan, “Syawari’ Tarim syaikhun li man la syaikha lahu (jalan-jalan kota Tarim adalah guru bagi orang-orang yang tidak mempunyai guru).” 

Imam Ahmad bin Hasan al-Atthas (w. 1330 H) mengatakan, ada tiga hal yang diwajibkan bagi orang-orang yang berkeinginan tinggal di kota Tarim: tawadhu, adab, dan hidup sederhana.

Kontributor

  • Faisal Zikri

    Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.