Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Shalat Tarawih 20 rakaat adalah sunnah Nabi dan sesuai ijmak sahabat

Avatar photo
25
×

Shalat Tarawih 20 rakaat adalah sunnah Nabi dan sesuai ijmak sahabat

Share this article

Syekh Hasan Ma’mun memaparkan dalam Fatawa Dar al-Ifta al-Mashriyah (Ensiklopedi Fatwa Lembaga Fatwa Mesir), juz 1 hal. 48 bahwa menunaikan shalat Tarawih 20 rakaat merupakan ijmak para sahabat di era kekhalifahan Sayyiduna Umar bin Khattab ra. Beliau merupakan Imam Besar al-Azhar pada tahun 1964-1969 dan juga pernah menjabat sebagai Mufti Besar Mesir tahun 1955-1960.

Sebagaimana juga dapat kita baca dalam Ḥashiyat al-Ṭaḥawiyyah ālā Marāqī al-Falāḥ Sharḥ Nūr al-Īḍāḥ hal. 411 dan Awjāz al-Masālik ilā Muwaṭṭa’ Mālik juz 2 hal. 534-535 dalam Kitāb Ṣalāh fī Ramaḍān.

Riwayat Ibnu Abbas ra. yang menyatakan bahwa Baginda Nabi saw. menunaikan shalat Tarawih 20 rakaat di luar Witir, itu adalah riwayat dhaif. Walau demikian tidak berarti bahwa shalat Tarawih 20 rakaat itu tidak sunnah. Shalat Tarawih 20 rakaat masuk kategori sunnah dengan dalih bahwa Baginda Nabi saw. pernah berkata:

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ, وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ, وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ, فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ, عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ, فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةً ضَلاَلَةٌ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ, وَقَالَ:حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah swt., mendengar dan taat (kepada penguasa) meskipun kalian diperintah oleh seorang budak Habasyi (berkulit Hitam). Sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.” (HR. Al-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa Hadis ini Hasan Sahih)

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah, Abu Dawud, Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi dan juga ad-Darimi dengan redaksi yang sedikit berbeda namun mempunyai makna yang sama. Makna Hadis cukup jelas bahwa apa yang diputuskan oleh para Khulafaurrasyidin termasuk sunnah walau Baginda tidak melakukannya dan itu mesti kita pegang dan seyogyanya kita jalankan. Para Khulafaur Rasyidin adalah murid terdekat Baginda Nabi saw. dan sangat mengetahui ajaran beliau. Tentu yang diputuskan oleh beliau berempat bukanlah bid’ah dhalalah. Para ulama Ushul Fikih berkata:

أن السنة ما فعله النبى صلى الله عليه وسلم أو واحد من الصحابة

“Kesunnahan adalah apa yang telah dilakukan oleh baginda Nabi saw. dan salah satu dari para sahabat.”

Maka jelas bahwa shalat Tarawih di masa Khalifah Umar bin Khattab yang ditunaikan dengan 20 rakaat dan berjamaah adalah sunnah terlebih ia dilakukan oleh banyak sahabat raḍiya Allāh ‘anhum.

Khusus berkenaan dengan keputusan menunaikan shalat Taraweh 20 rakaaat dan berjamaah yang dilakukan oleh para sahabat di masa sayyiduna Umar bin Khattab ra. kenapa layak kita ikuti sebab Baginda Nabi saw. pernah bersabda dalam riwayat Ibnu Asakir dan Abu Nuaym:

ستحدث بعدى أشياء فأحبها إلّى أن تلزموا ما أحدث عمر

“Akan ada beberapa hal terjadi setelah (wafat)ku dan beberapa hal yang saya sukai untuk kamu lakukan adalah apa yang diadakan oleh Umar.”

Hadis ini memang dihukumi dhaif oleh Ibnu Hajar dalam kitab al-Iṣābah sebab ada 2 perawi yang majhul namun dapat dipraktekkan untuk fadhailul a’mal. Sebagaimana pendapat mayoritas ulama yang membolehkan mempraktekkan hadis dhaif untuk fadhailul a’mal selagi kedhaifannya tidak sangat.

Tentang keistimewaan Sayyiduna Umar, ada hadis sahih lain di mana Rasulullah saw. bersabda:

إنَّ اللَّهَ جعلَ الحقَّ على لسانِ عمرَ وقلبِهِ. رواه الترمذي

“Sesungguhnya Allah swt. telah menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar.

Oleh sebab itu, terkait kesunnahan melaksanakan 20 rakaat Tarawih ini, Syekh Hasan Ma’mun menyimpulkan:

أن التراويح وعددها عشرون ركعة سنة حضرة المصطفى صلى الله عليه وسلم ومن قال بأنها سنة عمر مردود بما ذكر

“Sesungguhnya Tarawih dengan jumlah rakaatnya yang 20 itu adalah sunnahnya Baginda Nabi saw. Barangsiapa berkata bahwa Tarawih 20 rakaat itu sunnahnya Umar maka itu tertolak sebab hal-hal yang telah disampaikan di atas.”

Syekh Hasan Ma’mun memaparkan dalam Fatawa Dar al-Ifta al-Mashriyah (Ensiklopedi Fatwa Lembaga Fatwa Mesir), juz 1 hal. 48 bahwa menunaikan shalat Tarawih 20 rakaat merupakan ijmak para sahabat di era kekhalifahan Sayyiduna Umar bin Khattab ra. Beliau merupakan Imam Besar al-Azhar pada tahun 1964-1969 dan juga pernah menjabat sebagai Mufti Besar Mesir tahun 1955-1960.

Sebagaimana juga dapat kita baca dalam Ḥashiyat al-Ṭaḥawiyyah ālā Marāqī al-Falāḥ Sharḥ Nūr al-Īḍāḥ hal. 411 dan Awjāz al-Masālik ilā Muwaṭṭa’ Mālik juz 2 hal. 534-535 dalam Kitāb Ṣalāh fī Ramaḍān.

Riwayat Ibnu Abbas ra. yang menyatakan bahwa Baginda Nabi saw. menunaikan shalat Tarawih 20 rakaat di luar Witir, itu adalah riwayat dhaif. Walau demikian tidak berarti bahwa shalat Tarawih 20 rakaat itu tidak sunnah. Shalat Tarawih 20 rakaat masuk kategori sunnah dengan dalih bahwa Baginda Nabi saw. pernah berkata:

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ, وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ, وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ, فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ, عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ, فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةً ضَلاَلَةٌ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ, وَقَالَ:حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah swt., mendengar dan taat (kepada penguasa) meskipun kalian diperintah oleh seorang budak Habasyi (berkulit Hitam). Sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.” (HR. Al-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa Hadis ini Hasan Sahih)

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah, Abu Dawud, Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi dan juga ad-Darimi dengan redaksi yang sedikit berbeda namun mempunyai makna yang sama. Makna Hadis cukup jelas bahwa apa yang diputuskan oleh para Khulafaurrasyidin termasuk sunnah walau Baginda tidak melakukannya dan itu mesti kita pegang dan seyogyanya kita jalankan. Para Khulafaur Rasyidin adalah murid terdekat Baginda Nabi saw. dan sangat mengetahui ajaran beliau. Tentu yang diputuskan oleh beliau berempat bukanlah bid’ah dhalalah. Para ulama Ushul Fikih berkata:

أن السنة ما فعله النبى صلى الله عليه وسلم أو واحد من الصحابة

“Kesunnahan adalah apa yang telah dilakukan oleh baginda Nabi saw. dan salah satu dari para sahabat.”

Maka jelas bahwa shalat Tarawih di masa Khalifah Umar bin Khattab yang ditunaikan dengan 20 rakaat dan berjamaah adalah sunnah terlebih ia dilakukan oleh banyak sahabat raḍiya Allāh ‘anhum.

Khusus berkenaan dengan keputusan menunaikan shalat Taraweh 20 rakaaat dan berjamaah yang dilakukan oleh para sahabat di masa sayyiduna Umar bin Khattab ra. kenapa layak kita ikuti sebab Baginda Nabi saw. pernah bersabda dalam riwayat Ibnu Asakir dan Abu Nuaym:

ستحدث بعدى أشياء فأحبها إلّى أن تلزموا ما أحدث عمر

“Akan ada beberapa hal terjadi setelah (wafat)ku dan beberapa hal yang saya sukai untuk kamu lakukan adalah apa yang diadakan oleh Umar.”

Hadis ini memang dihukumi dhaif oleh Ibnu Hajar dalam kitab al-Iṣābah sebab ada 2 perawi yang majhul namun dapat dipraktekkan untuk fadhailul a’mal. Sebagaimana pendapat mayoritas ulama yang membolehkan mempraktekkan hadis dhaif untuk fadhailul a’mal selagi kedhaifannya tidak sangat.

Tentang keistimewaan Sayyiduna Umar, ada hadis sahih lain di mana Rasulullah saw. bersabda:

إنَّ اللَّهَ جعلَ الحقَّ على لسانِ عمرَ وقلبِهِ. رواه الترمذي

“Sesungguhnya Allah swt. telah menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar.

Oleh sebab itu, terkait kesunnahan melaksanakan 20 rakaat Tarawih ini, Syekh Hasan Ma’mun menyimpulkan:

أن التراويح وعددها عشرون ركعة سنة حضرة المصطفى صلى الله عليه وسلم ومن قال بأنها سنة عمر مردود بما ذكر

“Sesungguhnya Tarawih dengan jumlah rakaatnya yang 20 itu adalah sunnahnya Baginda Nabi saw. Barangsiapa berkata bahwa Tarawih 20 rakaat itu sunnahnya Umar maka itu tertolak sebab hal-hal yang telah disampaikan di atas.”

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.