Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Sistem Pengangkatan Penguasa Kaum Muslimin Pasca Khulafaur Rasyidin

Avatar photo
40
×

Sistem Pengangkatan Penguasa Kaum Muslimin Pasca Khulafaur Rasyidin

Share this article

Pernah terjadi silang klaim legitimasi antara Marwan bin Hakam dan Abdurrahman putera Abu Bakar terkait pengangkatan penguasa pasca Imam Ali.

Yang satu mengklaim pengangkatan penguasa sesuai tradisi Abu Bakar sedangkan yang satu lagi mengklaim cara tersebut mirip dengan yang dilakukan Heraclius.

Imam al-Nasa’i di dalam al-Sunan al-Kubra (No. 11427), al-Hakim di dalam al-Mustadrak (No. 8483), meriwayatkan bahwa ketika Sayyidina Muawiyah ra. membaiat Yazid yang tak lain adalah anaknya sendiri, agar menjadi penggantinya sebagai gubernur Madinah kala itu, Marwan bin Hakam ingin melegitimasi pengangkatan tersebut dengan menyampaikan kepada orang-orang:

سُنَّةُ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَر

“Ini adalah sunnah [yang dicontohkan] oleh Abu Bakar dan Umar”.

Namun Abdurrahman, putera Sayyiduna Abu Bakar ra., membantahnya dengan mengatakan,

سُنَّةُ هرَقل وَقَيْصَر

“Itu adalah sunnah (kebiasaan) Heraclius dan Kaisar.”

Imam al-Hakim berkomentar tentang riwayat di atas, “Ini adalah hadist shahih sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya di dalam kedua kitab shahih mereka.” Tapi Imam az-Zahabi kemudian komentar: “Fihi inqitha'”, ada keterputusan di dalam sanadnya.

Di dalam riwayat lain, Abdurrahman bin Abi Bakar mengatakan bahwa itu bukan Sunnah Abu Bakar, karena beliau tidak mengangkat seorang pun dari keluarganya termasuk anaknya sebagai penerusnya”, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf, No. 30567), Ibnu Abi Hatim (Tafsir, No. 18572), al-Bazzâr (No. 2273), dan Abu Ya’la dalam Musnadnya sebagaimana disebutkan al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fath al-Bari.

Ashlul hadist ini sebenarnya terdapat juga di dalam Shahih al-Bukhari (No. 4827), namun redaksi ucapan Marwan bin al-Hakam dan Abdurrahman bin Abi Bakar tidak disebutkan. Hanya disebutkan bahwa Abdurrahman bin Abi Bakar mengatakan sesuatu kepada Marwan. Lalu Marwan pun memerintahkan pasukannya untuk menangkap Abdurrahman.

Alasan lain yang juga menguatkan apa yang dinyatakan Abdurrahman bin Abi Bakar di atas adalah Sayyiduna Abu Bakar ra. ketika itu mengangkat sosok terbaik di kalangan umat Islam yaitu Sayyiduna Umar bin Khathab ra. Dan ini berbeda dengan apa yang dilakukan Sayyiduna Muawiyah ra. Di kalangan para ulama dan sejarawan sudah tidak asing lagi bagaimana perilaku Yazid bin Muawiyah.

Kemudian terlepas dari kualitas sanad riwayat di atas, bagi penulis pribadi, pernyataan Sayyiduna Abdurrahman bin Abi Bakar di atas cukup penting dan membuka pemahaman tersendiri. Yaitu bahwa sebenarnya sistem pengangkatan penguasa yang dijalankan para penguasa kaum muslimin sepanjang sejarah setelah Khulafa’ur Rasyidin tidak jauh beda dengan yang diwariskan oleh Kisra (Majusi Persia) dan Heraclius (Bizantium) yang sama-sama non muslim.

Oleh karena itu, jika dikatakan bahwa sistem pengangkatan penguasa dengan demokrasi adalah warisan Yunani yang notabene non-muslim, maka sistem pengangkatan penguasa yang banyak dipakai penguasa-penguasa kaum muslimin sepanjang sejarah juga warisan dari Kisra dan Heraclius yang juga non-muslim.

Adapun cara menyikapi sistem pengangkatan penguasa tersebut, maka kita ikuti saja bagaimana para ulama menyikapinya.
Wallahu a’lam

Kontributor

  • Ahmad Ikhwani

    Nama lengkapnya adalah Dr. Ahmad Ikhwani, Lc. MA., seorang intelektual muda NU, doktor lulusan Universitas Al-Azhar Mesir yang juga menjabat sebagai Wakil Rais Syuriah PCINU Mesir.