Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Surat Mufti Makkah untuk Snouck Hurgronje

Avatar photo
23
×

Surat Mufti Makkah untuk Snouck Hurgronje

Share this article

Surat dari Mufti Makkah (Sayyid ‘Abdullâh al-Zawâwî) Saat bermukim di Garut untuk C. Snouck Hurgronje di Batavia tahun 1895. Kedua tokoh ini bersahabat setelah dikenalkan oleh seorang Menak Sunda. Sesudah itu, keduanya cukup intents saling berkirim surat.

Ini adalah sepucuk surat yang ditulis oleh Sayyid ‘Abdullâh
b. Shâlih al-Zawâwî al-Makkî (w. 1924), ulama besar Makkah yang juga mufti
madzhab Syafi’i, dalam masa kunjungan dan mukimnya di Garut, Jawa Barat.

Surat ini ditulis dalam bahasa Arab dan bertitimangsa 20
September tahun 1895 M (ditulis dengan penanggalan Masehi, tidak menyertakan
penanggalan Hijri). Surat tersebut diperuntukkan kepada sahabat sang mufti,
yaitu C. Snouck Hurgronje (w. 1936) yang pada saat itu berkedudukan di Batavia
dan menjabat sebagai penasehat pemerintahan kolonial Hindia Belanda (selama
1889-1906).

Manuskrip surat ini tersimpan di Perpustakaan Universitas
Leiden di Belanda, dalam himpuan koleksi C. Snouck Hurgronje. Pada koleksi
tersebut, terdapat manuskrip sejumlah surat lainnya yang dikirim oleh al-Zawâwî
kepada Snouck.

Jumlah halaman surat adalah 2 halaman, ditulis pada satu
lembar kertas (recto-verso/ muka depan dan muka belakang). Halaman pertama
terdapat 18 baris, dan halaman kedua terdapat 2 baris. Identitas dan
tandatangan pengirim (Sayyid ‘Abdullâh al-Zawâwî) terdapat di bagian akhir
surat.

Isi surat tersebut mengabarkan, antara lain:

(1) Al-Zawâwî telah sampai di Garut dan merasa betah di kota
yang indah dan sejuk ini.

(2) Ketika berada di Garut, al-Zawâwî bertemu dengan Haji
Hasan Mustapa, kawannya ketika berada di Makkah dulu, dan menetap di rumah
Hoof-Penghulu (al-Qâdhî) Garut.

(3) Haji Hasan Mustapa lalu pergi ke Batavia.

(4) Di Garut, al-Zawâwî ditemui oleh sejumlah murid-muridnya
asal Priangan ketika mereka belajar di Makkah dulu.

(5) Al-Zawâwî merasa takjub dengan keindahan pemandangan alam
Garut, utamanya oleh sumber air panas yang mengalir abadi.

(6) Hoof-Penghulu Garut mengabarkan kepada al-Zawâwî tentang
pertemuannya dengan Tuan Holle (K.F. Holle), di mana dalam percakapan keduanya,
K.F. Holle menyebut dan memuji sosok al-Zawâwî.

(7) Al-Zawâwî mengabarkan kepada Snouck jika beberapa utusan
Sultan Kutai (Tenggarong) akan tiba di Batavia dan akan menemui Snouck atas
rekomendasi al-Zawâwî.

Al-Zawâwî membuka suratnya dengan kalimat berikut ini:

السلام التام مع
غاية التحية والاكرام حسب اللائق بعالي المقام حفظكم الله تعالى وأعانكم على الدوام
وكفانا واياكم شرور الحسدة

(Keselamatan yang sempurna bersamaan dengan puncak
penghormatan dan pemuliaan, sesuai dengan kepatutan, untuk seseorang yang
berkedudukan tinggi [maksudnya adalah Snouck Hurgronje], semoga Allah
senantiasa menjagamu dan menolongmu selamanya. Semoga Allah juga senantiasa
menjauhkan kita dan engkau dari keburukan para penghasad dan pendengki)

Kedatangannya di Garut dikabarkan sebagaimana berikut ini:

وقد وصلت قاروت بالصحة
والسلامة قرب مغرب يوم الثلوث

(Aku pun tiba di Garut dengan sehat dan selamat menjelang
waktu maghrib pada hari Selasa)

Al-Zawâwî juga menulis:

من الأخبار كذلك
أشتهي أعلم بوصول الحاج حسن مصطفى الى بتاوي وبعد كم يوم يكون وصوله لمحل وظيفته. وأما
نزول الفقير هنا فعند القاضي وهو بحسب الوصف الذي وصفتموه لنا ولكن ما خالف جزاه الله
خيرا. قابلنا أحسن مقابلة وذكر أن توان هولا ذكرنا عنده ومدحنا له في العام الماضي
وذكر له أن لي نية الوصول لمحلاتهم وذكر أيضا أنه يسمع باسمي ووجدت جملة من الطلبة
للفقير وغالبا أن جلوسي هنا يكون قرب عشرة أيام لأني رأيت الماء الحار وأعجبني

(Di antara kabar [lainnya] adalah aku sangat menunggu kabar
kedatangan Tuan Haji Hasan Mustapa ke Batavia, di mana setelah beberapa hari ia
akan memulai pekerjaannya. Adapun di Garut, aku [al-faqîr] tinggal di rumah
Tuan Penghulu. Sosoknya sebagaimana yang kamu gambarkan kepadaku, tidak
melenceng. Semoga Allah membalas kebaikannya. Kami bertemu dan
berbincang-bincang dengannya dengan hangat. Dia menceritakan kepadaku jika Tuan
K.F. Holle menyebut namaku dan memuji diriku pada tahun lalu. Dia juga
mengabarkan kepada Tuan Holle tentang niat kedatanganku ke tempatnya [di
Garut], sebagaimana Tuan Holle juga telah mendengar namaku. Di Garut aku
bertemu dengan sejumlah murid-muridku. Diperkirakan, masa keberadaanku di Garut
selama sepuluh hari. Di sini aku melihat air panas dan aku sangat takjub akan
hal itu)

* * *

Sayyid ‘Abdullâh al-Zawâwî bertemu dengan Snouck Hurgronje di
Jeddah pada tahun 1884. Keduanya diperkenalkan oleh Raden Aboe Bakar
Djajadiningrat, seorang Menak Sunda dari Pandeglang yang bekerja di kantor
Konsulat Belanda di Jeddah sekaligus murid al-Zawâwî. Antara al-Zawâwî dan
Snouck kemudian terjalin ikatan persahabatan. Keduanya juga saling
berkorespondensi dengan cukup intens.

Sejak tahun 1893 , Sayyid al-Zawâwî eksil ke Nusantara pasca
perselisihan dirinya dengan penguasa Makkah saat itu, Syarif ‘Aun al-Rafîq (m.
1882-1905 M). Al-Zawâwî berada di Nusantara selama lebih dari tujuh tahun.
Selama itu ia menjabat sebagai mufti di Kesultanan Pontianak (Kesultanan
al-Qadriyyah).

Al-Zawâwî juga banyak mengunjungi tempat-tempat di Nusantara,
seperti Singapura, Pulau Penang, Johor, Malaka, Riau, Palembang, Kutai,
Pontianak, Tenggarong, Banjar, Batavia, Garut, Cianjur, Bandung, Sukabumi,
Bogor, dan lain-lain. Di tempat-tempat itu al-Zawâwî bertemu dengan para
sultan, pejabat tinggi pribumi, dan utamanya para ulama besar daerah tersebut
yang terikat jaringan keilmuan dengannya.

Ayah dari Sayyid ‘Abdullah al-Zawâwî, yaitu Sayyid Shâlih
al-Zawâwî, juga tercatat pernah bermukim di Nusantara selama beberapa tahun,
yaitu di Kesultanan Riau-Lingga di Penyengat dan juga di Kesultanan Pontianak.

Di Kesultanan Riau-Lingga, Sayyid Shâlih al-Zawâwî bahkan
sempat mengarang sebuah kitab berjudul “Kaifiyyah al-Dzikr ‘alâ al-Tharîqah
al-Naqsyabandiyyah al-Mujaddidiyyah al-Ahmadiyyah”, yaitu manual tarekat
Naqsabandiah-Muzhariah/ Mujaddadiah.

Terkait kitab tersebut, sila baca:

https://web.facebook.com/photo.php?fbid=10156621603444696&set=pb.570469695.-2207520000..&type=3&theater

https://jatman.or.id/ini-kitab-tarekat-naqsyabandiyah-ahma…/

https://jaringansantri.com/kitab-tarekat-naqsabandiah-ahma…/

Sayyid Shâlih al-Zawâwî (sang ayah) juga yang tercatat
sebagai orang yang pertamakali menyebarkan tarekat tersebut di Nusantara,
melalui pintu masuk Kesultanan Riau-Lingga dan Kesultanan Pontianak. Wallahu
A’lam

Kontributor

  • A. Ginanjar Syaban

    Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.