Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Syekh Ihsan Jampes Kediri Terdzalimi

Avatar photo
23
×

Syekh Ihsan Jampes Kediri Terdzalimi

Share this article

Sampai saat ini, masih ada yang berulah bahwa kitab Sirâj ath-Thâlibîn adalah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mahaguru ulama Syafi’iyah di Mekah. Padahal, kitab tersebut merupakan karya seorang ahli sufi dari kota Kediri, Jawa Timur bernam Syekh Ihsan Jampes.

Kitab ini merupakan syarah (komentar atau penjelasan) dari kitab Minhâj al-‘Âbidîn karya Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali. Sang mualif (pengarang) sudah menjelaskan profilnya di bagian mukaddimah:

أما بعد: فيقول المرتجى
من ربه الغفران. الفقير الى رحمته إحسان ابن المرحوم محمد دحلان الجمفسي ثم الكديري،
أصلح له الله الحال و الشان و ستر عيوبه فى الدارين

Amma ba’du: maka berkata orang yang mengharap ampunan
Tuhannya, yang membutuhkan belas kasih-Nya, Ihsan putra al-Marhum Muhammad
Dahlan, asal dari Jampes, Kediri. Semoga Allah memberinya kebaikan serta
menutupi aibnya di dunia dan akhirat.

Pada bagian akhir kitab itu, Syekh Ihsan juga menyampaikan
bahwa kitab Sirajut Thalibin tersebut selesai ditulis di rumahnya yang berada
di Jampes, Kediri, Jawa Timur.

و كانت مدة تهذيبه مع شواغل الدهر و إبلائه ثمانية أشهر إلا أياما، آخرها فى نهار الثلاثاء التاسع و العشرين من شعبان المكرم الذي هو من شهور سنة إحدى و خمسين بعد الثلثمائة و الألف من هجرة من له تمام العز و الشرف

و ذلك بمنزلي فى محلة جمفس ببلد كديري من بلاد جاوه حرسها الله تعالى و سائر بلاد المسلمين

و الحمد لله في البدء و الختام ما كرت الدهور و مرت الأعوام، و صلى الله على نبيه و آله الكرام و سلم

Masa penulisan kitab ini adalah delapan bulan kurang beberapa
hari, yang berakhir pada siang hari Selasa, 29 Sya’ban 1351 H di rumah saya, di
Jampes, Kediri, Jawa (Timur).

Dari dua penjelasan di atas, kiranya sudah sangat jelas bahwa
penulis kitab Sirâj ath-Thâlibîn berasal dari tanah Jawa, bukan jazirah
Arab.

Selain itu, kitab tasawuf ini telah mendapat taqrîzh (endorsment)
dari ulama besar pada masanya, seperti Hadratussyekh Hasyim Asy’ari
(Tebuireng), Syekh Abdul Karim (Lirboyo), Syekh Muhammad Khazin bin Shalih
(Bendo Pare), Syekh Muhammad Ma’ruf bin Abdul Majid (Kedunglo), Syekh Muhammad
Yunus bin Abdullah (Kediri) dan Syekh Abdurrahman bin Abdul Karim (Nganjuk).

Dahulu, Gus Dur juga telah “menggugat” kesalahan ini pada
penerbit Timur Tengah.

Ala kulli hal, kitab yang kini dikaji di Masjid al-Azhar, Kairo
Mesir, ini adalah atsar dari pengarang dari Jawa Timur bernama Syekh Ihsan
Jampes.

Jika kita sebagai generasi setelahnya ingin mengenalnya maka
bacalah kitab-kitabnya, termasuk Sirâj ath-Thâlibîn ini, sebagaimana
ungkapan:

إن أثارنا تدل علينا # فانظروا بعدنا إلى الآثار

Peninggalan kita menunjukkan jati diri kita

Maka lihatlah jejak generasi sesudah kita

Syekh Ihsan Jampes telah meninggalkan atsar yang baik dan bermanfaat bagi umat berupa kitab, pesantren, putra dan putri serta santri.

Wallahu a’lam.

Hafifuddin,
Pengajar di Yayasan Ziyadatul Ulum, tinggal di Sumenep.

Kambingan Barat Jum’at, 27 Syawal 1441 H / 19 Juni 2020 M

Kontributor

  • Redaksi Sanad Media

    Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.