Seseorang menulis surat kepada Maulana Syekh Yusri
Rusydi al-Hasani hafizhahullah, meminta beliau agar menjelaskan hak-hak
anak dalam pendidikan, dalam kondisi mereka melawan dan membangkang orang tua.
Maka Maulana Syekh Yusri Rusydi menjawab sebagai
berikut:
Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa anak
tidak dilahirkan sebagai seorang yang melawan. Ibu dan ayahlah yang sebenarnya mengajari
mereka melawan, menentang, keras kepala dan akhlak yang buruk.
Aku beri contoh: anak dalam perut hidup dalam
kegelapan. Ketika lahir dan mulai mengetahui ibunya teriak saat lampu mati,
maka tersimpan ketakutan pada gelap dalam jiwa anak itu. Padahal sebenarnya dia
tidak perlu takut gelap karena dia sendiri juga berasal dari tempat yang gelap.
Namun kalau ibu tidak teriak saat mati lampu dan
berkata, “Masya Allah, semoga hati kita diterangi dengan iman,” maka si anak
tidak akan punya ketakutan pada gelap.
Jadi ayah dan ibulah yang memunculkan rasa takut
dalam dirinya. Misalnya mereka berkata, “Jangan keluar pada malam hari, supaya
tidak ada jin perempuan yang mengambilmu. Ia hantu yang kamu tidak dapat melihatnya.”
Maka tumbuhlah rasa takut, sehingga saat anak berjalan
di pinggir sungai Nil dalam kegelapan dan mendengar suara angin, dia pun ketakutan
sendiri membayangkan hal-hal yang menakutkan seperti di film hantu.
Padahal dia awalnya tidak penakut, kitalah yang
mengajarkan ketakutan, dusta.
Kemudian orang tua juga membiasakan menasehati anak-anaknya
dengan suara nyaring dengan berbagai kata-kata hinaan. Akhirnya si anak
terbiasa dengan suara nyaring, caci maki dan berbagai akhlak buruk.
Maka setelah tumbuh besar, anak itu berbicara
tinggi dan melawan karena dia bagaikan harddisk yang baru dibeli dan baru
keluar dari kotaknya, bagai komputer baru yang siap menyimpan.
Begitulah anak lahir tanpa mengetahui apapun. Orang
tua yang mengajarkan dan dia akan menyimpannya.
Mendidik anak sangat memerlukan perawatan,
perhatian dan upaya melawan nafsu.
Meskipun takut, ibu harus menyimpan rasa takutnya.
Kenapa? Agar jangan sampai anaknya tumbuh sebagai seorang penakut.
Ketika ibu merasa sedih dan ingin menangis, jangan
menangis di depan anak-anaknya, baik anak itu laki-laki atau perempuan. Solusinya:
dia masuk kamar, mengunci pintu, menangis sepuasnya dan tidak ada seorang pun
dari anaknya yang melihat. Kemudian setelah istirahat dan puas menangis, hendaklah
dia mandi, lalu mengenakan pakaian terbaik, keluar kamar dengan tenang dan
senyum.
Ini dilakukan dengan tujuan agar anak tidak
melihat kesengsaraan, agar dia tidak hidup merana sepanjang hidupnya, sehingga
tidak kena sakit mental dan memerlukan dokter jiwa, dikarenakan orang tualah
yang menyebabkan hal itu.
DR. Zainab rahimahallah, istriku biasa
sepanjang hari mengurus 5 anak dan mengajari mereka. Kadang dia mengeluh karena
mereka membuatnya emosi, sementara aku sepanjang hari sibuk mengurus pasien. Aku
pun mensiasatinya, “Jangan sampai kamu berteriak atau meninggikan suara meski
apapun yang mereka lakukan. Jangan pernah kamu menangis di depan mereka
meskipun mereka membuatmu emosi. Masuk kamar, tutup pintu, nangis sebentar lalu
mandi.”
Seringnya dia melaksanakan arahanku, tapi kadang
sebagai manusia, dia tidak melakukan arahan.
Jangan sampai saat mati lampu, langsung kaget
teriak. agar anak tidak menganggap itu sebagai bencana besar sehingga tidak
berani tidur di tempat gelap. Padahal tidur dalam gelap itu mengistirahatkan
hati dan mengobati berbagai penyakit yang diderita hati.
Dan yang paling berbahaya untuk hati adalah
begadang dan tidur dalam terang karena hal ini bertentangan dengan fitrah (asal
penciptaan).
Pada tahun 2010 aku merasa bahwa dalam masa-masa
itu aku merasa lelah pada hal yang sebelumnya tidak aku rasakan. Aku dulu
bekerja sampai selesai hari bukan sampai aku lelah. Allah memberiku kecintaan
pada pekerjaanku sehingga aku tidak merasa lelah.
Tiba-tiba aku mulai merasa letih. Meskipun
istirahat aku bangun dalam kondisi masih lelah. Aku ambil cuti juga tetap lelah.
Akhirnya aku tetap bekerja karena tidak ada gunanya juga istirahat dan cuti.
Aku pun melakukan berbagai cek darah dan tes
kesehaatan. Ternyata aku kena virus C (Hepatitis C). Sebelumnya aku tidak
pernah sama sekali melakukan cek kesehatan. Para dokter memang orang yang
paling tidak peduli keadaan mereka, tidak memeriksa kesehatan mereka, padahal dia
melakukan semua itu kepada pasien. Itulah tabiat mereka karena memang demikian pekerjaan
mereka, sebagaimana kata istilah, “Pintu tukang malah ambruk.”
Aku menanyai para dokter ahli, teman-temanku. Mereka
mengatakan aku harus mengambil pengobatan baru berupa intervo selama 48 pekan,
hasil kesembuhannya sekitar 60-70%. Artinya, bisa saja seseorang merasakan
sakitnya pengobatan tapi tidak sembuh.
Aku mengambil pengobatan itu, menanggung sakitnya dan
keadaanku membaik.
Kemudian aku mendengar nasehat bagus dari salah
seorang temanku, ahli hati mengatakan bahwa aku sudah kehilangan ¼ hati, jadi
yang berfungsi hanya ¾ hati.
Mulanya aku hanya tidur 3 jam dalam sehari. Biasanya
aku keluar rumah setelah Isya ke klinikku, pulang dari klinik jam 2 pagi, makan
malam, kemudian tidur sambil duduk agar tidak ketinggalan fajar, kemudian
shalat Subuh.
Dokter itu mengatakan, “Jangan begitu, buka
klinikmu siang berakhir sampai Isya. Jadi setelah Isya kamu di rumah dan tidur.”
Aku pun mengikuti nasehatnya, sampai sekarang.
Aku buka klinikku dari jam 10 sampai Ashar, aku
menyelesaikan semuanya sampai Isya lalu pulang. Aku matikan hp dari jam 10
malam sampai 10 pagi. Demikian pengobatan terbaik untuk hati. Alhamdulillah,
Allah bermurah kepadaku sehingga aku sehat kembali. alhamdulillah.
Maksudku apa? Kita sesuai fitrah. Allah SWT menciptakan
tidur di malam hari, malam yang gelap. Tidur
yang baik adalah tidur dalam gelap. Berbuatlah sesuai sistem yang diciptakan
Allah, maka kamu akan sehat.
Ketika kamu membuat anak-anakmu takut, menyebabkan
mereka tidak bisa menikmati tidur dalam gelap. Dan ketika kamu meninggalkan
mereka di rumah, maka mereka akan menyalakan semua lampu di rumah, sehingga
kadang terjadi konslet listrik dan mereka mati kebakaran atau kamu membayar
listrik dengan pembayaran yang tinggi.
Ketika kamu mendidik anak:
– Kamu harus menyimpan baik reaksi diri dan emosi
jiwa dari mereka.
– Buat mereka menjalani hidup yang penuh
ketentraman dan kebahagian, tanpa rasa ketakutan pada masa depan ataupun
sesuatu yang tidak diketahui.
Jadi jangan sibuk menakuti anak dengan hantu, jin
dan sebangsanya. Jangan juga kamu bercerita dengan istrimu tentang seseorang
yang isunya kerasukan di depan anak-anak. Karena nanti akan tumbuh anak yang
kalau terjadi apa-apa, mereka mengatakan, “Ayah, aku disihir.” Kenapa? Karena
si ayahlah yang membuat mereka hidup dalam khayalan itu.