Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Syekh Yusri jelaskan cara mensyukuri nikmat kesehatan

Avatar photo
27
×

Syekh Yusri jelaskan cara mensyukuri nikmat kesehatan

Share this article

Syekh Yusri hafidzahullah menjelaskan dalam pengajian kitab Bahjat An-Nufus, bahwa nikmat sehat adalah sesuatu yang tidak bisa dikira-kirakan dengan harta. Tidak ada orang yang mau menukar kesehatannya dengan uang berapapun besar nominalnya.

Menurut Syekh Yusri, setiap muslim hendaknya menjaga kesehatan dan bersyukur atasnya.

Baginda Nabi Muhammad SAW merupakan orang yang paling sayang pada umatnya, sehingga beliau selalu memberikan dan mengingatkan tentang bagaimana cara menjaga kesehatan. Di antaranya adalah dengan cara mensyukurinya, yaitu dengan memenuhi hak nikmat dari setiap persendian dan anggota badan kita, dengan cara menggunakannya dalam ketaatan.

Imam Bukhari RA meriwayatkan, bahwa baginda SAW bersabda, ” Setiap persendian dari kalian memiliki kewajiban untuk disedekahi pada setiap matahari terbit. Berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah, mempersilakan orang lain untuk naik kendaraannya atau menolong mengangkatkan barang orang lain adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah untuk shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan sesuatu (yang bisa membuat kemadharatan) di jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW telah mengajarkan dan meringkaskan tentang bagaimana cara mensyukuri nikmat-nikmat persendian yang berjumlah 360 itu dengan cara shalat Dhuha dua rakaat. Baginda Nabi bersabda:

 وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

Artinya: “Dan dua rakaatshalat Dhuha yang ia kerjakan telah mencukupinya (persendian). (HR. Muslim)

“Barang siapa yang melanggengkannya, maka Allah akan menjaga kesehatan persendiannya,” tegas syekh Yusri.

Mursyid Thariqah Yusriyyah Shiddiqiyyah Syadziliyyah Mesir itu menambahkan, bahwa cara mensyukuri nikmat adalah dengan menggunakannya untuk ibadah, tidak menggunakannya untuk bermaksiat, senantiasa ridha atas nikmat dan tidak membandingkannya dengan orang yang dikaruniai lebih darinya, serta senantiasa mengetahui bahwa perantara dari nikmat tersebut adalah baginda Nabi SAW.

Tidaklah dari sebuah kenikmatan, baik lahir ataupun batin, melainkan Nabilah yang menjadi perantaranya, sebagaimana dalam hadits:

 إِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَخَازِنٌ وَاللَّهُ يُعْطِى

Artinya: “Sesungguhnya saya adalah yang membagi dan yang menyimpan, dan Allah adalah Dzat yang memberi. (HR. Bukhari)

Kenikmatan merupakan bentuk rahmat Allah kepada hamba, yang terpancar melalui rahmat Allah untuk semua makhluk, yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW. Wallahu a‘lam.

Baca tulisan menarik lainnya tentang Syekh Yusri di sini.

Kontributor

  • Antony Oktavian

    Alumni MA Al Hikmah 2 Benda Brebes. Sekarang menempuh studi di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.