Syeikh Izzuddin bin Abdus Salam dalam kitabnya Maqashid al–Shalah menafsirkan kata muttaqin dengan tafsir yang unik menurut kami. Dan tafsir ini sebelumnya juga diajarkan Gus Baha ketika kami talaqqi dengan beliau.
Kata al–Muttaqin dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: “Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maidah: 27).
Syeikh Izzuddin dengan tegas menyatakan:
أي الذين اتقوا الكفر
Artinya: (Muttaqin) yaitu orang-orang yang menjaga dari kekufuran.
Dari sini bisa difahami bahwa memiliki keimanan saja sudahlah cukup untuk masuk ke dalam golongan muttaqin. Lalu bagaimana dengan pesan ketakwaan yang dikumandangkan para khotib di dalam khutbahnya?
Kami memahaminya bahwa pesan ketakwaan itu adalah ajakan menuju ketakwaan yang lebih sempurna, tidak lagi yang penting iman tapi sudah masuk dalam tahapan melakukan perintah dan menjauhi larangan.
Hal ini semakin singkron dengan keyakinan kita sebagai pengikut Asy’ariyah yang meyakini bahwa pelaku dosa sekalipun akan tetap bisa masuk ke surga. Hal ini karena perilaku dosa tidaklah menghapus keimanan. Mereka masih mukmin; mereka masih muttaqin selama mereka tidak menyatakan keluar dari Islam.
Inilah ajaran yang kita yakini:
وأهل الكبائر من أمة محمد صلى الله عليه وسلم في النار لا يخلدون
Artinya: Pelaku dosa besar dari umat Hadhrotur Rosul Muhammad صلى الله عليه وسلم tidaklah kekal di neraka.
Tentu kita memiliki keinginan agar ketakwaan kita di level yang sangat baik, tetapi tetap perlu disyukuri bahwa kita masih masuk dalam kriteria muttaqin dengan bermodalkan keimanan yang menancap di dalam dada kita. Alhamdulillah.
Achmad Roziqi
Santri Tebuireng