Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Tradisi ziarah kubur sebelum atau sesudah shalat Ied

Avatar photo
46
×

Tradisi ziarah kubur sebelum atau sesudah shalat Ied

Share this article

Ziarah kubur orang muslim termasuk sunnah Baginda Nabi saw. Banyak termaktub dalam berbagai riwayat bahwa beliau saw. senantiasa menyempatkan diri untuk menziarahi ahli Baqi’ dan Uhud, lalu mengucapkan salam dan doa keselamatan pada ahli kubur yang ada di sana.

Sayyidah Aisyah ra. meriwayatkan sebagaimana disampaikan oleh Imam Muslim dalam Ṣaḥīḥ-nya dan Imam Nasa’i dalam Sunan-nya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّمَا كَانَ لَيْلَتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ إِلَى الْبَقِيعِ فَيَقُولُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ غَدًا مُؤَجَّلُونَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَهْلِ بَقِيعِ الْغَرْقَدِ

“Rasulullah saw. itu saat giliran malam beliau di tempatnya (Aisyah ra.), keluar pada akhir malam ke makam Baqi’, kemudian mengucapkan: ‘Keselamatan atasmu semua hai perkampungan kaum mukminin, akan datang padamu apa-apa yang engkau semua dijanjikan esok, yang saat ini masih ditangguhkan waktunya. Sesungguhnya kita semua insyaallah akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah para penghuni makam Baqi’ al-Gharqad ini.”

Disampaikan juga oleh Imam Muslim bahwa kala Sayyidah Aisyah ra. diam-diam mengikuti baginda saw. keluar malam-malam dari kamarnya menuju Baqi’, beliau bersabda kepadanya:

فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي فَقَالَ إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ قَالَتْ قُلْتُ كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولِي السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ

“Jibril tadi datang padaku. Saat melihatmu dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah, karena kamu telah menanggalkan pakaianmu. Aku pun mengira kamu telah tidur, oleh sebab itu aku segan membangunkanmu khawatir kamu akan merasa kesepian.

Jibril berkata padaku, ‘Allah swt. memerintahkanmu datang ke Baqi’ dan memohonkan ampunan bagi para penghuninya.

Aku berkata, ‘Lalu apa yang kubaca sesampai di sana, wahai (Jibril) sang utusan Allah?

Jibril menjawab, Ucapkanlah: Semoga keselamatan tercurahkan untuk penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim, semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang kemudian, dan kami insyaallah akan menyusul kalian semua.’”

Imam Abu Syaibah meriwayatkan secara marfū‘, sebagaimana dikutip oleh Syekh Samhudi dalam Khulāṣat al-Wafā/ al-Wafā al-Wafā bi Akhbār Dār al-Muṣṭafā, juga Imam Thabari kala menafsiri ayat QS. al-Ra‘d: 23:

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يأتي قبور الشهداء بأحد على رأس كل حول فيقول : السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار. قال: وجاءها أبو بكر، ثم عمر، ثم عثمان رضي الله تعالى عنهم

“Sesungguhnya Baginda Nabi saw. mendatangi makam syuhada Uhud setiap awal tahun dan beliau berdoa: Semoga keselamatan tercurahkan untuk kalian sebab kesabaran kalian, maka sebaik-baiknya tempat kembali itu surga.  (Ibnu Abi Shalih) berkata, ‘Dan Abu Bakar, lalu Umar dan Usman juga mendatangi pemakaman Uhud (setiap awal tahun sebagaimana Baginda Nabi.)’”

Hadits di atas juga dapat kita jumpai menjadi dalil mazhab Hanafi saat menjelaskan kebolehan berziarah kubur sebagaimana disebut oleh Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu (2/540) juga dalam Ma‘rifat al-Sunan wa al-Āthār karya Imam al-Baihaqi yang diberi ta‘līq (komentar) oleh Dr. Abdul Mu‘thi Amin Qal‘aji (5/350) pada bab ziarah kKubur.

Bahkan sebelum wafat, Rasulullah saw. menyempatkan untuk berziarah syuhada Uhud sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahih Bukhari-Muslim dan juga Nasa’i dari sahabat Uqbah ra.:

صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَتْلَى أُحُدٍ بَعْدَ ثَمَانِي سِنِينَ كَالْمُوَدِّعِ لِلْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ

“Baginda Nabi saw. shalat untuk syuhada Uhud setelah delapan tahun (syahidnya mereka) layaknya perpisahan bagi yang hidup dan yang mati.”

Imam al-Abadi dalam ‘Awn al-Ma‘būd menjelaskan hadits di atas bahwa makna shalat dalam hadits ini bukanlah doa, namun memang shalat mayyit yang beliau laksanakan untuk para syuhada Uhud pasca delapan tahun selepas syahidnya mereka.

Masyhur disebutkan dalam riwayat lain bahwa pasca perang Uhud, para syuhada yang wafat langsung dikebumikan tanpa dishalati oleh beliau dan Nabi baru menshalati mereka setelah hampir 8 tahun syahidnya mereka sebagaimana disebutkan hadits di atas.

Tidak hanya berziarah ke makam Baqi’ dan Uhud, Baginda Rasulullah dalam riwayat yang lain juga pernah diceritakan telah berziarah ke makam ibunda beliau saw. (Sayyidah Aminah binti Wahab). Dan mayoritas dalam empat mazhab mu‘tabar membolehkan dan bahkan menghukumi sunnah berziarah kubur.

Ziarah kubur menjelang hari raya Ied

Kaitannya dengan tradisi ziarah kubur sebelum perayaan Ied atau di hari raya Ied yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara baik di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, hal demikian sebetulnya masuk dalam ranah kebolehan atau kesunnahan ziarah kubur di atas. Sebab dalil ziarah kubur tidak membatasi harus dilakukan di tertentu.

Hanya Syeikh Amru Wardani dalam siaran langsung Darul Ifta Mesir yang juga diwartakan oleh koran al-Balad pada 13 Mei 2021 menyampaikan bahwa fenomena ziarah Kubur di hari pertama Ied yang dilakukan oleh beberapa masyarakat Mesir pada dasarnya menyalahi hal yang utama. Maksudnya adalah bahwa ziarah kubur itu sunnah sebagaimana pendapat mayoritas ulama berbagai mazhab dan hari Ied merupakan hari perayaan dan kesenangan. Jika dengan berziarah itu menyebabkan hati sedih, seyogyanya tidak dilakukan sebab hari itu semestinya menjadi hari kegembiraan.

Namun jika kegembiraan hari Ied itu tidak berubah sebab berziarah maka tidaklah mengapa. Walau demikian beliau tidak mengharamkan ziarah kubur di hari Ied yang dapat berujung pada hati yang sedih sebab mengenang keluarga yang telah wafat, hanya jika ziarah berujung kesedihan maka afdhalnya ditinggalkan sebab khilāf al-awlā.

Pendapat demikian juga sebelumnya telah disampaikan oleh Syeikh Majdi Asyur, Aminul Fatwa Darul Ifta Mesir dalam laman facebook resminya seperti diwartakan koran al-Yaum al-Sābi‘ 3 Juni 2019. Dalam koran Akhbār al-Yawm 15 Mei 2021, Mufti agung Mesir Syeikh Syauqi Allam, menggariskan bahwa ziarah kubur disunnahkan pada hari apapun, bahkan ziarah kubur akan mempunyai keutamaan tersendiri saat dilakukan di hari-hari yang penuh berkah, semisal di hari Ied. Sebab di hari tersebut ziarah kubur dapat dimaknai sebagai bentuk silaturrahim pada kerabat yang telah wafat atau kebaktian seorang anak pada orang tua yang wafat dengan mendoakan mereka. Hanya, ziarah di hari Ied harus dapat menjaga hati dari kesedihan dan menjaga lisan dari penyesalan atau ratapan-ratapan kesedihan.

Dengan demikian, tradisi ziarah kubur yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat hari Ied adalah boleh bahkan baik jika tidak sampai membuat hati sedih. Terlebih jika ziarah itu dilakukan sebelum atau menjelang esok hari Ied atau setelah hari Ied dengan maksud mendoakan keluarga yang wafat, maka tidak menyalahi akan keharusan bergembira di hari Ied sebab aktifitas ziarah dilakukan di pra dan pasca hari Ied. Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.