Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Umat Islam berpenampilan keren

Avatar photo
21
×

Umat Islam berpenampilan keren

Share this article

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuknya yang terindah (aḥsan taqwīm). Demikian pula alam raya yang mengelilinginya. Semuanya indah dan penuh dengan keteraturan.

Aneka bunga, flora dan fauna begitu rapih menghiasi bumi, sebagaimana aneka planet dan bintang-gemintang yang menghiasi langit. الذي أحسن كل شيء خلقه , “(Dia juga) yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan”, demikian firman Allah dalam QS. As Sajdah/32: 07.

Nabi kita, Muhammad Saw., adalah manusia terbaik ciptaan-Nya. Segala hal tentang dia adalah keindahan: ibadahnya, perilakunya, akhlaknya, turur-katanya, dan juga penampilannya.

Beliau memang sangat sederhana dalam berpenampilan, akan tetapi justru kesederhanaannya inilah letak kesempurnaan keindahannya. Beliau tidak ingin keindahan yang terpuji dirusak oleh kemewahan yang berlebih-lebihan.

Berbagai pesan beliau sampaikan kepada umat Islam agar mencintai keindahan, baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk perilaku. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Kegagahan kaum muslimin dalam umrah 7 H

Tahun 7 Hijriyah, Rasulullah Saw. dan para sahabat berangkat ke Makkah untuk melaksanakan umrah qadha. Tahun sebelumnya, 6 Hijriyah, mereka telah berangkat ke Makkah untuk tujuan yang sama, akan tetapi kaum Quraisy menolak dengan keras kedatangannya. Rasulullah dan rombongan pun berhenti di Hudaibiyah—sekirat 24 km dari Masjidil Haram, dan sekitar 2 km. dari batas tanah Haram dari arah Jeddah. Di tempat inilah kemudian lahir Perundingan Hudaibiyah yang salah satu isinya adalah: Nabi Muhammad Saw. dan rombongan harus kembali ke Madinah. Tahun depannya mereka baru diperkenankan untuk memasuki kota Makkah.

Jika pada perjalanan umrah tahun 6 rombongan Rasulullah berjumlah 1400 sahabat, baik Muhajirin maupun Anshar, maka tahun 7 ini rombongan Rasulullah berjumlah 2000 di luar kaum wanita dan anak-anak. Banyak orang musyrik yang telah menunggu kedatangan rombongan Rasululah ini di Qu’aiqi’ān, gunung yang berada di sebelah utara Ka’bah.

Telah tersiar kabar di antara mereka bahwa umat Islam adalah kaum lemah akibat demam Yatsrib (nama Madinah sebelum kedatangan Rasul).

Tampaknya mereka telah bersiap-siap untuk mengolok-oloknya, namun yang mereka temui justru sebaliknya. Rasulullah memerintahkan umat Islam agar dalam tawaf mempertontonkan kegagahan. Mereka diperintahkan untuk berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama, dan menyelempangkan baju ihram untuk mempertontonkan bahu kanan yang berotot.

“Kamu sekalian mengira mereka adalah kaum lemah karena demam Yatsrib! Mereka (justru) lebih kuat dari ini dan dari itu ..” demikian bisik-bisik di antara mereka setelah melihat kegagahan umat Islam.[1]

Allah menyukai keindahan dan membenci kesombongan

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw., beliau mengatakan, “Orang yang dalam hatinya ada seberat zarrah (atom/biji terkecil) kesombongan tidak (akan) masuk sorga.” Seorang lelaki bertanya kepadanya, “Sungguh, seorang lelaki senang jika bajunya bagus dan sandalnya (juga) bagus.” Rasulullah Saw. menjawab, “Sesungguhnya Allah SWT. adalah Mahaindah dan mencintai keindahah. Kesombongan adalah keangkuhan menerima kenaran dan merendah manusia (lain).”[2]

Penampilan rapih Rasulullah

Anjuran berpenampilan rapih ini tidak saja beliau suarakan, akan tetapi juga beliau praktikkan. Al Barā` bin ‘Āzib al Anṣārī memberi kesaksiannya mengenai penampilan Nabi Muhammad Saw., “Beliau berpostur tinggi samedangan (tinggi menengah/tidak terlalu tinggi), kedua pundaknya saling berjauhan (lebar), dan rambutnya menggapai ujung telinga. Saya melihatnya memakai jas berwarna merah. Saya tidak pernah melihat apapun yang lebih indah dari beliau.”[3]

Menegur yang tidak rapih

Jābir bin Abdullah mengisahkan, (Pernah suatu ketika) Rasulullah Saw. datang kepada kami. Lalu, beliau melihat seorang lelaki yang rambutnya lusuh tak beraturan. Beliau (pun) berkata, “Tidakkah dia ini menemukan sesuatu untuk merapikan rambutnya?” Beliau juga melihat lelaki lain yang bajunya kotor. Lalu, kata beliau, “Tidakkah dia ini menemukan air untuk membasuhnya?”.[4]

Keterangan foto: Saat kami—saya dan dua adik, Taj Yasin dan Muhammad Idror—membersamai Santri Gayeng Gowes di Gembong Pati. Semoga bagian dari upaya berpenampilan keren seperti anjuran Baginda Nabi Muhammad Saw.

Rasanya memang menyenangkan melihat umat Islam segalanya serasa indah, termasuk toa masjid dan langgarnya, diskusi perihal pengaturannya, penyampaian idenya, dan juga cara penyampaian ketidak-setujuannya. Semoga semua bisa disampaikan dengan indah sehingga substansinya tidak hilang ditelan oleh hiruk-pikuk yang sering kali tidak diperlukan.

[1] Ṣafiyy ar-Raḥman Al Mubārakfūrī, Al Raḥīq al Makhtūm, hal. 152—153; Al Imām Al Bukhārī, Al Jāmi’ Aṣ Ṣaḥīḥ, jilid 2, hal. 150; Al Imām Muslim, Al Musnad Aṣ Ṣaḥīḥ, jilid 2, hal. 923.

[2] HR. Al Imām Muslim, Al Musnad Aṣ Ṣaḥīḥ, jilid 1, hal. 93.

[3] HR. Al Imām Al Bukhārī, Al Jāmi’ Aṣ Ṣaḥīḥ, jilid 4, hal. 188. Riwayat lain mengatakan, rambut beliau menggapai pundaknya. Lihat penjelasan berbagai riwayat ini dalam footnote Ṣaḥīḥ Muslim, taḥqīq Muhammad Fuād ‘Abd al Bāqī, jilid 4, hal. 1818.

[4] HR. Abū Dawūd, Sunan, jilid 4, hal. 51.

Kontributor

  • Abdul Ghofur Maimoen

    Nama lengkapnya Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, Lc., MA. Setelah menyelesaikan studi doktoral di Universitas Al-Azhar Mesir, kini beliau menjadi pengasuh PP. Al-Anwar 3 Sarang-Rembang, Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Anwar, Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.