Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Waktu Luang yang Sering Membuat Terlena

Avatar photo
21
×

Waktu Luang yang Sering Membuat Terlena

Share this article

Waktu memang elemen yang paling krusial dalam kehidupan manusia. Dengan mempunyai waktu, manusia bisa dikatakan hidup. Oleh karenanya, setiap manusia yang masih hidup pasti memiliki waktu. Hanya saja, setiap manusia akan berbeda dalam menggunakan waktu yang ada.

Dalam kitab Qimat Az-Zaman, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menuturkan perkataan Imam Syafi’i tentang bagaimana kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Beliau berkata:

صحبت الصوفية، فلم أستفد منهم سوى حرفين، أحدهما قولهم : الوقت سيف، فإن لم تقطعه قطعك، وذكر الكلمة الأخرى، : ونفسك إن شغلتها بالحق وإلا شغلتك بالباطل

“Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Dan aku tidak mengambil pelajaran dari mereka kecuali dua hal. Pertama, ucapan mereka: waktu itu ibarat pedang, jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan balik memenggalmu. Dan yang kedua, jika nafsumu tidak engkau sibukkan dengan hal-hal yang positif, ia akan menyibukkanmu dengan perkara-perkara yang negatif.”

Saking urgennya waktu, sampai-sampai ditekankan untuk selalu menyibukkan diri dalam kebaikan di seluruh waktu kita. Sesaat saja kita lengah, nafsu akan berbisik keburukan kepada kita.

Begitulah waktu. Itu sebabnya, dua nikmat yang membuat banyak orang terlena dan merugi adalah nikmat kesehatan dan waktu luang. Seperti yang dijelaskan oleh Nabi saw.:

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس : الصحة والفراغ

Maka, merujuk dari perkataan Imam Syafi’i diatas, solusi terbaik untuk tidak terjungkal di lembah keburukan adalah dengan selalu melakukan kebaikan, apapun itu.

Dalam arti yang paling sederhana, kebaikan berarti tidak melakukan hal-hal yang negatif atau hal-hal yang menurut kacamata syariat tidak membuahkan dosa. Termasuk hal ini adalah melakukan perkara-perkara yang sifatnya boleh atau mubah.

Tentunya tidur akan menjadi lebih baik, jika ia terbangun justru punya potensi kuat untuk melakukan kemaksiatan. Tentunya, nonton tv akan menjadi lebih baik, jika dibanding kumpul-kumpul dengan tetangga dan jadinya malah ngomongin keburukan orang kemana-mana. Tentunya, menggunakan HP untuk main game akan lebih baik, jika dibanding menggunakan HP untuk melihat yang tak senonoh. Dan masih banyak lagi hal-hal yang sifatnya perbandingan.

Baca juga: Imamah Al-Azhar dan Simbol Warna dalam Seni Islam

Inilah yang berulang kali diulas oleh Gus Baha untuk selalu memandang positif semua orang, meskipun mungkin kerjaannya cuman tiduran, nonton tv, YouTube-an, atau guyonan. Karena titik tekan Gus Baha adalah asal tidak bermaksiat. Jadi, melakukan perkara-perkara yang sifatnya mubah adalah kebaikan, karena secara otomatis ia telah meninggalkan kemaksiatan diwaktu itu.

Pemahaman yang dipaparkan Gus Baha seperti ini pastinya adalah pemahaman untuk orang-orang awam yang sifatnya minimal; minimal tidak bermaksiat. Yang namanya minimal, tentu akan sangat mungkin untuk ditingkatkan. Yang sebelumnya kerjaannya adalah tiduran, mungkin bertahap tidurannya dikurangi dan perlahan melakukan perkara-perkara yang membuahkan pahala. Yang sebelumnya suka nonton TV, perlahan porsi nontonnya dikurangi dan pelan-pelan sembari melakukan hal-hal positif yang lebih bermanfaat. Yang sebelumnya mungkin suka YouTube-an dan nonton hal-hal yang unfaedah, lambat laun ditingkatkan untuk nonton yang sifatnya nambah wawasan dan informasi.

Sehingga, dengan ini kita mulai berproses untuk menjadi muslim yang lebih baik dan berkualitas menurut sabda Nabi saw.:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

“Sebagian tanda baik islamnya seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak berfaidah baginya“

Kalau kita sudah bisa demikian, kita tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak berfaedah di waktu luang kita. Kita bisa saja main HP, tapi HP itu kita manfaatkan untuk baca artikel, buku, kitab. Atau yang jualan online, bisa digunakan untuk berjualan. Kita bisa saja YouTube-an, tapi yang kita buka adalah pengajian dari para masyayikh-masyayikh kita, atau mungkin video-video yang sifatnya menambah wawasan. Kita bisa saja kumpul-kumpul, tapi yang kita bahas tidak lagi keburukan orang, tapi kebaikan orang. Kita bisa saja main game, tapi kita main game hanya saat-saat kita jeda dari belajar atau aktivitas lainnya untuk rehat sejenak.

Baca juga: Bagaimana Para Ulama Dahulu Mujahadah?

Jadinya waktu kita tidak ada yang sia-sia, dan semuanya bisa bernilai ibadah, karena setiap detik waktu kita adalah kebaikan. Dengan melakukan ini, kita tidak hanya mengunci celah nafsu dan setan untuk membisiki kita keburukan, tapi di saat yang sama, kita telah mengamalkan ayat Al-Quran :

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepadaku.”

Harusnya, dari ayat ini kita bisa berkaca, bahwa semua aktivitas dan rutinitas kita di setiap detik haruslah bernilai ibadah. Karena kita tidaklah diciptakan oleh Allah swt. melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya.

Dan untuk yang sekarang lagi disibukkan oleh pekerjaan, syukurilah hal tersebut. Karena selain itu adalah ibadah, boleh jadi itu adalah rahmat yang Allah limpahkan kepada kita untuk menghindarkan kita dari waktu luang. Yang apabila jika kita sampai nganggur, terkadang malah tergagas untuk melakukan keburukan atau kemaksiatan.

Syaqiq bin Ibrahim berkata:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ لَوْ رَزَقَ الْعِبَادَ مِنْ غَيْرِ كَسْبٍ، لَتَفَرَّغُوا فَتَفَاسَدُوا، وَلَكِنْ شَغَلَهُمْ بِالْكَسْبِ حَتَّى لَا يَتَفَرَّغُوا لِلْفَسَادِ

“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla seandainya memberi rezeki para hamba tanpa melalui perantara bekerja, maka mereka akan punya waktu kosong sehingga akan saling bermaksiat. Karenanya, Allah membuat mereka sibuk dengan bekerja hingga mereka tidak punya waktu luang untuk bermaksiat.” (Tanbih al-Ghofilin, hlm 451). Wallahu a‘lam.

Kontributor

  • Turoobul Aqdam

    Bernama asli Kamal Abdillah. Asal Pati Jawa Tengah. Belajar dan nyantri di Mathali’ul Falah Kajen, kemudian melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar Kairo Mesir.