Grand Syekh Al-Azhar Dr. Ahmed At-Tayeb, mengeluarkan pernyataan keras pada Kamis (1/10) kemarin. Beliau mengecam para pejabat di negara-negara Barat yang menangani terorisme dalam statemen mereka yang mengaitkan aksi kekerasan dan teror dengan agama Islam.
Grand Syekh Al-Azhar tidak menerima dengan istilah “terorisme Islam” yang mereka ciptakan dan sebarluaskan. Dalam anggapan mereka, seluruh kejadian ekstremisme bersumber dari terorisme Islam.
Minggu lalu, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanan, seperti dilaporkan France 24, mengumumkan pada peringatan Hari Yom Kippur bahwa negaranya sedang “dalam perang melawan terorisme Islam”.
Statemen itu tercetus dua hari pasca serangan dengan senjata tajam di depan kantor lama majalah satir Charlie Hebdo, yang mengakibatkan dua orang terluka parah. Darmanan mengklaim 32 serangan telah digagalkan di Prancis selama tiga tahun terakhir.
Baca juga: Hipokritnya Macron dan Ketegasan Syekh Al-Azhar dalam Polemik Charlie Hebdo
Dalam pernyataan beliau seperti dikutip Masrawy Kamis (1/10) kemarin, Grand Syekh Al-Azhar mengungkapkan kemarahannya atas sikap beberapa pemangku kebijakan di negara-negara barat yang secara sengaja dan terus-menerus menggunakan istilah “terorisme Islam”.
“Mereka tidak menyadari telah melakukan kejahatan berat terhadap agama Islam dan para pemeluknya.” kata beliau.
Syekh Ahmed at-Tayeb menegaskan bahwa melekatkan tuduhan terorisme kepada Islam atau agama samawi lainnya merupakan tindakan memalukan.
“Esensi agama samawi yang turun untuk membahagiakan umat manusia, dicampuradukkan dengan upaya memperalat agama-agama tersebut untuk tujuan-tujuan jahat oleh segelintir orang yang menyimpang darinya,” terang beliau.
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa orang-orang yang tidak berhenti menggunakan ujaran kebencian ini tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya menghalangi jalan dialog antara Timur dan Barat dan justru menaikkan tensi ketegangan dan kebencian antar para pengikut berbagai agama dalam satu masyarakat.
Syekh Al-Azhar menyerukan kepada para cendekiawan dan orang-orang bijak di dunia Barat, termasuk para pejabat, pemikir, dan pemimpin opini (influencer) agar memperhatikan fakta bahwa istilah-istilah yang menyesatkan seperti tadi hanya akan meningkatkan masalah kebencian dan fanatisme.
“Ujaran kebencian seperti istilah itu mendistorsi prinsip-prinsip tolerasi agama yang pada hakekatnya menyerukan penghentian kekerasan dan mendorong hidup berdampingan secara damai antara sesama umat beragama.” tegas beliau.
Baca juga: Ilmu dan Keberanian, Meneladani Sikap Tegas Syekh Al-Azhar