Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Beli Tender Besar-Besaran Proyek Terusan Istanbul, Cina Langsung Jadi Sorotan

Avatar photo
34
×

Beli Tender Besar-Besaran Proyek Terusan Istanbul, Cina Langsung Jadi Sorotan

Share this article

 

Turki sering terjebak di tengah-tengah konflik
antara Barat dan Rusia dalam beberapa isu strategis.  Status Turki menjadi semakin rumit dengan
adanya berita bahwa China akan menjadi sponsor utama dalam pendanaan dan
pembangunan jalur air Turki yg kontroversial untuk Laut Hitam.

Gara- gara Turki membeli sistem pertahanan udara dari
Rusia, ditambah dengan tudingan AS terhadap bank publik Turki karena telah
membantu Iran dalam menghindari sanksi dari AS, hubungan mereka semakin
renggang. Belum lagi polemik terkait jajaran atas kurdi Syiria dan posisi Turki
di Mediteranian Timur malah menambah bara api dalam kobaran ketegangan antara Turki
dengan AS.

Maka agar membiarkan Turki semakin leluasa bergerak,
Ankara baru-baru ini pindah untuk memperbaiki hubungannya dengan Barat. Seperti
yang dilansir dari AlMonitor, mereka berusaha menjalin mitra dengan Barat
terutama di bidang kemiliteran dan ekonomi.

Salah satu usaha yang mereka lakukan yaitu keterlibatan
Turki di NATO untuk mencegah Rusia menghentikan agresinya ke Ukraina.

Turki sudah siap bekerja sama dengan Ukraina
membantu perkembangan militer termasuk menyediakan drone untuk Kyiv. Januari lalu,
Turki juga mengambil perintah satuan tugas NATO dengan kesiapan tinggi yang berdiri
sejak 2014 untuk menghalangi Rusia.

Dalam langkah nyata lainnya untuk membujuk Barat dan
dalam hubungannya dengan strategi Barat untuk menyusahkan Rusia di Laut Hitam,
Ankara mempercepat proyeknya untuk membangun alternatif buatan ke selat
Bosphorus, yg disebut kanal Istanbul, dengan maksud untuk membuka konvensi
Montreux 1936 untuk berdiskusi atau bahkan mengabaikannya.

Konvensi tersebut menghubungkan Bosphorus dan
Dardanella yang menjadi rute utama maritim dan menghubungkan Laut Hitam dan Laut
Mediterania.

Harapannya Turki memiliki kuasa agar bisa membatasi
masuknya pasukan angkatan laut non-pesisir ke laut hitam.

Kanal Istanbul, disebut ‘proyek gila’ oleh presiden Recep
Tayyib Erdogan saat pertama kali diluncurkan pada 2011 dan telah memancing minat
China untuk ikut andil.

Saat ini perusahaan Cina tampak mengincar tender
untuk jalur air tersebut,  dengan estimasi
biaya melebihi $ 9 milyar.

Mengingat keadaan ekonomi Turki yang sedang menurun,
banyak yg berasumsi bahwa masalah keuangan akan menghalangi proyek. Rupanya
tidak.

Sejak 20 maret, Ankara telah mengumumkan undang-undang
amandemen yang mengantarkan jalan untuk pembangun kanal Istanbul untuk
mendapatkan keuntungan dari jaminan negara, persetujuan rencana perkembangan
proyek dan persiapan untuk mengundang tawaran dari kontraktor.

Erdogan sendiri mengumumkan bahwa pembangunan akan
dimulai saat musim panas.

“Kanal atau Terusan Istanbul akan menjadi jalur
baru dan kami akan segera meluncurkan tender secara bertahap di musim
panas,” katanya pada 7 April lalu.

Apa yang membuat Erdogan tiba-tiba mempercepat
prosesnya? Tentu saja karena adanya dukungan sponsor dari Cina. Seorang jurnalis
Turki, Jale Ozgenturk, menyatakan,

“Dukungan sponsor yang ditunggu-tunggu akhirnya
datang dari pihak yang sama sekali tidak terduga, Cina. Ankara sibuk menangani
masalah ini. Ada empat proposal saat ini untuk tender yg akan datang, dan
semuanya berasal dari perusahaan Cina,” tulis Ozgenturkpada 9 April.

Dia juga menjelaskan bahwa selain sponsor, Cina juga
akan menanggung pembangunan dan banyak lagi lainnya.

Menurut jurnalis bisnis lainnya, Serpil Yilmaz, dana
dukungan dari Cina berasal dari ICBC dan bank Inggris yg berbasis di Hong Kong,
HSBC.

Sementara itu, situs berita keuangan finans365
melaporkan bahwa ICBC juga sedang mencoba untuk membuat sebuah konsorsium untuk
membiayai pembangunan jalur air tersebut.,

Karena tender kanal Istanbul telah diserahkan kepada
China, tetap saja Turki menghadapi beberapa rintangan.

Pertama, akan ada resiko yang biasa muncul dari
pendanaan yang berasal dari China. Menurut laporan media Turki, Cina pernah
mengajukan tawaran serupa dua tahun lalu, dengan dana mencapai 65 miliar USD,
termasuk pinjaman untuk membiayai pembangunan jalur air dan investasi lain
sebagai bagian dari proyek tersebut.

Berkaca dari kasus di atas, pembelian tender bisa
jadi hanya akal-akalan Cina. Banyak pengamat bisnis melihat bahwa pembelian
tender ini dimaksudkan sebagai hutang kasat mata yang harus ditebus Turki ke
Cina di kemudian hari.

Bahkan Desember lalu, Ahmad Davutoglu, mantan
perdana menteri dan menteri luar negeri Erdogan yang saat ini berdiri sebagai
pihak oposisi, menyatakan bahwa kesetujuan pemerintah untuk menyediakan lahan bagi
Cina di sekitar Terusan Istanbul itu bakal membunuh negara secara perlahan.

Dia memperingatkan, “Erdogan telah menginjak langkah
pertama menuju jalan untuk terhapusnya kedaulatan nasional dan kelangsungan
ekonomi Turki.”

Adapun resiko kedua, tampak Ankara telah menyusun siasat
untuk menjadikan Terusan Istanbul sebagai kambing hitam Turki agar mereka bisa
melewati konvensi Montreux dan mendekat ke Washington.

Tetapi dengan memberikan proyek tender tersebut ke Cina,
tentu Turki bakal mempunyai keuntungan geostrategis di titik temu antara Eropa
dan Asia ketika US mencoba menahan Cina.

Kontributor