Sebagaimana
infografis yang diunggah apnews.com
(03 April), sekelompok pria mengenakan helm, rompi, dan sepatu bot tengah
bekerja di kedalaman 500 meter di bawah permukaan tanah selama beberapa jam,
tepatnya di tambang batu bara di pusat kota Zenica, Bosnia.
Selama bulan suci Ramadhan,
mereka yang benar-benar taat di antara puluhan buruh tambang itu cukup mudah
dikenali. Pasalnya ketika berkumpul untuk absen sebelum naik lift ke terowongan
tambang, masing-masing membawa kantong plastik atau tupperware berisi
makanan yang mereka bawa dari rumah.
Di sepanjang
terowongan, para buruh tambang tidak bisa melihat matahari terbenam apalagi
mendengarkan azan, namun dengan bantuan jam tangan atau ponsel mereka dapat
mengetahui waktu yang tepat untuk menghentikan kerja, memilih spot duduk, membaca
doa pendek, membuka bungkus makanan dan berbuka puasa bersama.
Selepas makan dengan
setengah tergesa-gesa, salah salah seorang dari mereka mengumandangkan azan
atau cukup iqamah untuk kemudian salat Maghrib berjamaah sebelum kembali ke aktifitas
yang tidak hanya menguras tenaga, namun juga sangat berbahaya.
Tambang batu bara
Bosnia, termasuk yang ada di Zenica, selama ini tidak memperoleh maintenance
yang baik, bahkan hampir tidak ada penanaman modal maupun modernisasi material
lantaran masih menanggung luka akibat konflik etnis pada tahun awal 90-an.
Konflik etnis tersebut tidak lain adalah perang bersenjata yang terjadi
antara 1992 hingga 1995. Seteru besar ini melibatkan Bosnia, Republik Federal
Yugoslavia (kemudian berganti nama menjadi Serbia dan Montenegro), dan tentu
saja Kroasia. Terjadinya konflik ini sebagai akibat situasi di wilayah Bosnia
dan Herzegovina yang tidak menentu, juga dikarenakan perseteruan antara
beberapa etnis dan keyakinan yang berbeda.
Salah seorang
penambang bernama Fuad Hadzic mengaku selamat dari bencana keruntuhan yang
terjadi di tambang Zenica 2014 lalu. Buruh senior itu memercayai bahwa
kejadian itu hanya cobaan Tuhan dalam menguji keimanannya. Saat itu, di luar
kendali beberapa terowongan runtuh kemudian menyebabkan Tuan Hadzic berikut 33
penambang lainnya terjebak di bawah tanah selama beberapa jam. Lima di antara
mereka tewas di tempat.
“Semoga hal serupa tidak terulang atau terjadi
pada orang lain, toh selama beberapa jam yang mencekam itu orang-orang beriman
di antara kami memercayai bahwa Tuhan akan senantiasa menyelamatkan kami.” Kata
Hadzic menutup ceritanya tentang musibah yang hampir merenggut nyawanya.
“Dengan lantang kami mengucapkan semua doa
yang kami hafal sembari mendorong satu sama lain untuk tidak berhenti berharap,
karena kami tahu hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan kami,” imbuhnya.
Melalui kisah yang ia
tuturkan, Hadzic memberikan penegasan bahwa Tuhan telah dan akan senantiasa
melindunginya di saat-saat paling berbahaya dalam hidupnya, Ia juga selalu
memberinya kekuatan untuk menjalankan perintah-perintah agama.
“Saya bekerja di
tambang yang sama selama 30 tahun, dan atas pertolongan Tuhan saya selalu
berpuasa selama Ramadhan tanpa terkendala
sama sekali,” tuturnya kemudian.
Zenica merupakan kota industri yang juga salah satu kota terbesar di
Bosnia-Herzegovina, selain Sarajevo dan Tuzla. Di samping terkenal karena
perindustriannya, kota ini juga merupakan pusat perguruan-perguruan tinggi di
Bosnia. Sejak pendudukan Turki Usmani (1463-1878 M), mayoritas penduduk kota yang
secara geografis berada di paling tengah Bosnia-Herzegovina ini adalah Muslim.