Imam Besar al-Azhar melihat aspek spiritualitas terabaikan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Distribusi vaksin tidak adil dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Sudah lima juta orang meninggal dunia dalam waktu kurang dari dua tahun.
Dr. Ahmed at-Tayeb mengharapkan dunia segera berdoa dan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Mahakuasa di tengah krisis perubahan iklim dan pandemi Covid-19. Perhatian pada aspek spiritual harus sama kuat dengan ikhtiar mengandalkan obat-obatan, vaksin dan serum dalam memerangi wabah global.
Grand Syekh al-Azhar menyampaikan pidato dalam penutupan Konferensi Tahunan Saint Idigo yang digelar di Roma Italia pada Jumat (8/10) dengan judul “Doa untuk Kedamaian” di hadapan Paus Fransiskus, Kanselir Jerman Angela Markel dan sejumlah tokoh serta perwakilan agama.
Beliau menyampaikan bahwa kebijakan dunia terkait pandemi Covid-19 belum menunjukkan adanya kesadaran yang nyata tentang perlunya bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa lewat shalat dan doa yang mulai mengambil tempat dalam perilaku masyarakat.
Syekh Ahmed at-Tayeb mengatakan bahwa produksi vaksin dan falsafah pendistribusiannya kepada yang berhak mendapatkan sama-sama belum berada pada level tanggung jawab kemanusiaan. Jumlah korban meninggal akibat virus Covid-19 sudah mencapai 5 juta orang dalam waktu kurang dari dua tahun.
Beliau menyoroti bahwa kekacauan fatal dalam sistem distribusi vaksin menyebabkan seluruh benua kehilangan kesempatan memperoleh vaksin.
“Kita tahu bahwa statistik baru-baru ini menyebutkan bahwa proporsi penduduk benua Afrika yang menerima vaksin hanya dua sampai tiga persen, dibandingkan dengan benua-benua lain yang setegah atau tiga perempat penduduknya sudah mendapatkan hak hidup karena ketersedian vaksin.” kata Syekh Ahmed at-Tayeb seperti dilaporkan harian Mesir Dostor.
Grand Syekh al-Azhar menekankan bahwa krisis ini mengungkap kemiskinan luar biasa dalam bidang “tugas kerja, hati nurani dan tanggung jawab.” Dunia modern telah mengalami kemunduran walau upaya telah digalakkan oleh lembaga-lembaga keagamaan dan para pemuka agama untuk mempromosikan falsafah kerjasama dan pertukaran kebaikan antar sesama umat manusia, dan untuk mendahulukan kepentingan publik di atas kepentingan individu.
Imam Besar al-Azhar menekankan bahwa setiap seruan baru harus diperdengarkan kepada khalayak publik untuk mengingatkan mereka kepada Allah, dan perlunya kembali dan mendekatkan diri kepada-Nya, serta pentingnya berharap agar wabah global ini segera diangkat Tuhan.
“Tidak ada cara dan jalan lain kecuali dengan wasilah shalat dan doa, diiringi dengan kesucian hati dan konsistensi dalam berperilaku,” pungkas beliau.