Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Buku

Kitab Rujukan Hadis Utama dalam Islam

Avatar photo
46
×

Kitab Rujukan Hadis Utama dalam Islam

Share this article

Kitab rujukan hadis utama atau biasa disebut dengan kutubussittah merupakan sumber hadis yang dipakai untuk melandasi hukum dalam Islam.

Kitab rujukan hadis utama tersebut adalah Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.

Menurut Imam Adz-Dzahabi, kitab rujukan hadis utama yang paling tinggi derajatnya adalah Sahih Bukhari. Derajat keutamaannya bahkan hanya setingkat di bawah Al-Quran.

Mempelajari enam kitab rujukan hadis tersebut merupakan keharusan bagi ahli hukum Islam. Hampir tidak ada ulama hukum yang tidak menguasai kitab-kitab tersebut.

Kitab Rujukan Hadis Utama (Kutubussittah)

Sahih al-Bukhari

Nama lengkap kitab ini adalah Al-Jami’ Al-Musnad As-Sahih Al-Mukhtar min Umur Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam wa Sunanihi.

Kitab rujukan utama hadis ini merupakan yang paling tinggi derajatnya lantaran semua isi hadisnya sanadnya sampai ke Nabi Muhammad SAW.

Atas ketinggian nilai kebenaran yang terkandung di dalam kitab ini, maka Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa kitab ini paling tinggi nilainya dan paling baik di antara yang lain, bahkan derajatnya hanya setingkat di bawah Al-Quran.

Imam Bukhari menyusun kitab ini lantaran saat itu terdapat sejumlah kitab hadis yang menyantumkan riwayat dhaif, hasan dan sahih dalam satu kitab.

Dengan begitu, status sebuah hadis menjadi rancu yang berakibat menyulitkan, apakah sebuah hadis bisa dijadikan hujah yang terima atau yang ditolak.

Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadis yang terkandung dalam Sahih Bukhari berjumlah 7.397 hadis termasuk hadis yang ditulis ulang.

Dikisahkan bahwa Imam Bukhari menghafal kurang lebih 600 ribu hadis yang didapat dari kurang lebih 90 ribu perawi. Ribuan hadis tersebut berkaitan dengan akidah, hukum, etika, akhlak, hingga riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.

Untuk menyusun kitab ini, Imam Bukhari berkelana mencari kebenaran. Bertanya kepada orang-orang yang dianggap kompeten dalam ilmu hadis.

Imam Bukhari pun tak sembarangan menerima hadis dari seseorang. Dirinya bahkan memeriksa latar belakang setiap orang yang meriwayatkan hadis padanya.

Salah satu hal yang paling dipertimbangkan oleh Imam Bukhari adalah soal kekuatan hafalan seseorang. Hal ini tentu untuk meyakinkan bahwa hadis yang ia riwayatkan tidak ada kesalahan redaksi.

Setelah itu, orang yang meriwayatkan sebuah hadis pun dipastikan bertemu dengan guru yang mengajarkan hadis kepadanya. Jika tak bertemu secara langsung dengan gurunya, orang tersebut tidak masuk dalam kriteria dan langsung ditolak.

Baca Juga

Sahih Muslim

Pengarang kitab ini, Imam Muslim menyatakan bahwa semua hadis yang ada dalam kitabnya ini statusnya sahih baik dari matan maupun sanadnya.

Imam Nawawi menyatakan bahwa terdapat 7.275 hadis yang termuat di dalam kitab Sahih Muslim, termasuk yang ditulis ulang. Dikisahkan bahwa Imam Muslim menghafal kurang lebih 300 ribu hadis.

Tak berbeda jauh dengan kitab karya Imam Bukhari, kitab Sahih Muslim juga menggunakan sistematika dan topik yang sama.

Sejarah penyusunan kitab ini, Imam Muslim merasa prihatin dengan upaya pemalsuan hadis yang berlangsung kala itu oleh sebagian umat Islam. Hadis-hadis palsu tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi dan golongan masing-masing pihak.

Dengan banyaknya hadis palsu yang beredar, umat Islam mulai kesulitan dalam memilah mana hadis yang benar dan mana yang salah.

Berbeda dengan Imam Bukhari yang terkenal sangat ketat dalam menerima hadis, Imam Bukhari justru lebih longgar. Imam Muslim hanya menyaratkan bahwa antara guru dan murid tak harus bertemu, asal keduanya hidup semasa.

Sunan Abi Dawud

Kitab hadis Sunan Abu Dawud dikenal dengan kitab hadis hukum. Ulama hadis dan fikih menyatakan bahwa seorang mujtahid cukup menguasai kitab ini dan Al-Quran untuk merumuskan hukum.

Kitab ini sejatinya adalah merujuk pada Imam Bukhari dan Imam Muslim lantaran Abu Dawud merupakan murid dari kedua Imam hadis tersebut. Bedanya, Abu Dawud menyantumkan hadis yang statusnya hasan dan dhaif.

Meski demikian, kitab hadis ini banyak disyarah oleh para ahli hadis di masa setelahnya. Disebutkan bahwa di antara imam penulis Kutubussitah tersebut, Abu Dawud merupakan imam yang paling fakih.

Dalam kitab Sunan Abu Dawud terdapat 5.274 hadis yang terdiri dari sahih, hasan dan dhaif termasuk hadis yang ditulis ulang. Uniknya, mayoritas hadis di dalamnya berkaitan dengan persoalan hukum, yaitu 4.800 hadis.

Sunan At-Tirmidzi

Kitab rujukan hadis satu ini terdiri dari 50 bab yang terbagi menjadi delapan pokok pembahasan. Di dalamnya termaktub 3.956 hadis yang berstatus sahih, hasan, dan dhaif.

Ciri kitab ini adalah bahwa sang penulis menyantumkan isnad beserta komentar dari pada imam mazhab pada hadisnya. Selain itu, Imam At-Tirmdzi juga menyantumkan isitilah baru dalam penamaan kualitas hadis.

Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa Imam Tirmdzi adalah tokoh hadis pertama yang menggunakan istilah hasan dalam status sebuah hadis. Nama lain kitab ini adalah Jami’ At-Tirmidzi.

Di samping itu ia juga banyak menitikberatkan penialian tentang periwayat hadis melalui kaidah al-Jarh wa Ta’dil (cacat dan benar). Ketelitiaan dan kecermatan Imam Tirmidzi terlihat jelas dalam penerapan sistematika isnad dalam al-Sunan.

Merujuk Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, kitab karya Imam At-Tirmdzi ini terdapat 30 hadis palsu. Pendapat tersebut dibantah oleh ahli hadis dari Mesir, Abu Syuhbah.

Abu Syuhbah beralasan bahwa jika Imam At-Tirmidzi menyamtumkan hadis palsu, ia pasti memberi keterangan pada hadis tersebut.

Baca Juga:

Sunan An-Nasa’i

Frasa yang terkenal adalah bahwa Imam An-Nasa’i tidak berani meriwayatkan sebuah hadis yang masih bersengketa. Hal itu menunjukkan kehati-hatian pengarangnya dalam menyusun hadis.

Dalam pendahuluan kitab ini, Abdullah Ar-Rasyid menyatakan bahwa kitab ini adalah yang terbaik. Alasannya, mungkin karena kehati-hatian sang pengarang dalam menyeleksi hadis.

Selain itu, Nasa’i juga menggabungkan metodologi yang digunakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim serta menyantumkan keterangan yang berkaitan dengan kecacatan sebuah hadis (illat).

Kitab yang juga dikenal dengan nama Sunan Al-Mujtaba memuat 5.671 hadis yang menurut pengarangnya, semuanya berstatus sahih.

Kandungan hadis dhaif dalam kitab ini memang lebih sedikit. Tak heran jika sejumlah ulama menyebut kitab ini lebih utama ketimbang Sunan Abu Dawud Sunan At-Tirmdzi. Itu lah mengapa kitab ini berada di urutan ketiga setelah Sahih Muslim.

Sunan Ibnu Majah

Kitab hadis Sunan Ibnu Majah memuat 4.341 hadis. Sebanyak 3.002 hadis di dalamnya telah tertulis dalam lima kitab hadis karya Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i. Dan kurang lebih 1.339 hadis yang orisinil.

Dari 1.339 hadis yang disebut orisinil itu, Fuad Abadul Baqi’’ menyatakan bahwa ada 328 hadis yang berstatus sahih. Kemudian, 99 hadis berstatus hasan dan 613 hadis berkualitas dhaif, sedangkan 99 hadis lainnya berkualitas buruk.

Menurut Ibnu Hajar, kitab ini mempunyai sistematika penulisan yang rapi jika dibandingkan dengan sistematika penulisan dalam kitab hadis lain. Umumnya, penjelasan hadis di dalamnya juga jernih dan jelas.

Fuad melanjutkan, jika dibandingkan dengan Kutub al-Khamsah, maka Sunan Ibn Majah memiliki berbagai kelemahan.

Pertama, kitab ini memuat banyak hadis yang berkatagori zawaid atas hadis-hadis yang ada dalam Kutub al-Khamsah. Kedua, hadis yang berkualitas dhaif tidak mendapat kejelasan sebab kedhaifannya.

Fuad Abd Baqi’ mencatat, ada sekitar 712 hadis dhaif dalam Sunan Ibn Majah dan dibiarkan begitu saja tanpa komentar atau penilaian sedikit pun.

Demkian ulasan kitab rujukan hadis utama dalam Islam. Mempelajari ilmu agama tak cukup hanya lewat rujukan sekunder, untuk itu penting mengetahui rujukan utama dalam bidang ilmu.

Kontributor

  • Redaksi Sanad Media

    Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.