Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Esai

Melihat institusi pendidikan era awal pramadrasah (1)

Avatar photo
32
×

Melihat institusi pendidikan era awal pramadrasah (1)

Share this article

Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-Islamiyah, Nazumuha, Falsafatuha, disebutkan tempat-tempat pendidikan tersebut adalah Kuttab, al-Qushur, Hawamit al-Waroqiin, Mandzil al-Ulama’, al-Badiyah, dan al-Madrasah.

Ia membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sebelum madrasah dan sesuda madrasah, dengan demikian madrasah dianggap tonggak baru dalam pendidikan Islam.

Sementara itu ada juga yang mengungkapkan lembaga pendidikan sebelum madrasah adalah Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumah-rumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi).

Para penulis lain menyebut tempat-tempat pendidikan seperti al-Muntadiyah, al-Hawanit, al-Zawaya, al-Ribat, Halaqat al-Dzikir. Bahkan ada yang mengungkapkan lembaga-lembaga pendidikan Islam pramadrasah adalah Masjid, Kuttab, Zawiyah, Masjid Khan. Lembaga-lembaga inilah yang dipakai para guru dalam memberikan pembelajaran kepada murid-muridnya. Lembaga-lembaga itulah secara sederhana mewakili organisasi pendidikan Islam pada waktu itu. Memang, munculnya lembaga-lembaga tersebut tidak secara simultan karena lembaga itu lahir sebagai jawaban dari perkembagan zaman.

Munculnya Madrasah merupakan solusi bagi kebutuhan anak-anak tatkala kehadiran mereka di masjid dinilai mengganggu aktivitas ibadah. Faktor lain adalah karena kontrol pemerintah terhadap kegiatan masjid sungguh ketat, sehingga untuk menghindari bentrokan antara kepentingan para pewakaf disatu sisi dan kebijakan pemerintah atas masjid, maka madrasah sebagai lembaga independen merupakan solusi yang paling tepat. Sementara lembaga-lembaga pendidikan era klasik pramadrasah itu adalah Rumah, Kuttab, Masjid, dan Salon.

Dari berbagai sumber di atas penulis menyederhanakan tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang pada era awal atau pada era klasik adalah sebagai berikut; Rumah, Kuttab/Maktab, Lembaga Kesufian (Zawiyah, Ribath, dan Kanangah), Masjid, Khan, Rumah Ulama’, Tokoh Buku, Perpustakaan, Rumah Sakit, dan Salunat Al-Adabiyah (Majlis Sastra), Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi).

Rumah

Nabi Muhammad SAW tinggal di Makkah sejak beliau mulai menjadi Nabi sampai hijrah ke Madinah, lamanya 12 tahun 5 bulan dan 21 hari. Pengajaran yang diberikan Nabi selama itu ialah menyampaikan wahyu Allah, Al-Quran terdiri dari 93 surat yang diturunkan di Makkah sebelum hijrah, hingga pada waktunya Rasulullah hijrah ke Madinah. Setelah Nabi serta sahabat-sahabatnya (Muhajirin) hijrah ke Madinah, usaha Nabi yang pertama ialah mendirikan masjid. Nabi sendiri bekerja membangun masjid itu bersama-sama sahabatnya. Di samping masjid didirikan rumah tempat tinggal orang-orang miskin yang tiada mempunyai rumah. Di masjid itulah Nabi mendirikan sembahyang berjamaah. Bahkan di masjid itulah Nabi membacakan al-Quran dan memberikan pendidikan dan pengajaran Islam.

Sebagian pemikir mengatakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al-Arqam bin Ibn Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai tempat. Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun. Berdasarkan keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini berbentuk halaqoh dan belum memiliki kurikulum dan silabus seperti dikenal sekarang ini, sistem dan materi yang akan disampaikan diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW.

Sebelum masjid didirikan, Rasulullah SAW., menyampaikan wahyu yang diturunkan Allah selain menggunakan rumah Al-Arqam bin Abi Arqam sebagai tempat utama, Rasulullah juga menggunakan rumahnya sebagai tempat pembelajaran. Kondisi seperti ini berlangsung hingga turun Ayat Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 35. Ayat ini diturunkan di Madinah sesudah masjid dibangun. Dengan turunnya ayat itu Allah telah meringankan kesibukan Nabi disebabkan mengalirnya manusia kerumah beliau tanpa ada hentinya.

Dengan demikian semakin banyak para sahabat beliau menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, karena itulah dakwah Islam semakin meluas dari sahabat ke sahabat bahkan tanpa memperhatikan bentuk lembaga pembelajarannya. Terbukti dakwah Islam telah sanggup melewati berbagai siklus zaman hingga sekarang.

Dari proses pembelajaran rumah ini penulis dapat mengambil hikmah, adalah sangat ideal pembinaan anak-anak untuk menjadi shalih dan shalihah adalah dimulai dari lingkungan rumah. Artinya orang tua berperan utama dalam pembentukan karakter, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan mereka. Untuk itu tidak bisa kalau kemudian orang tua melepaskan anak keturunan mereka untuk dididik dan dibinah melalui lembaga  masyarakat dan sekolah tanpa diawali pendidikan keluarga, anak-anak bersangkutan diharapkan menjadi sempurnah. Karena apapun alasannya, pendidikan rumah tetap menjadi lembaga utama dan ideal dalam tumbuh kembang kepribadian anak-anak.

Kuttab dan Maktab

Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab,  khususnya Makkah telah mengenal adanya pendidikan rendah, yaitu kuttab. Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu “kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab atau maktab berarti tempat menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. Kebanyakan para ahli sejarah pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-Quran dan pengetahuan agama dasar.

Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini sebenarnya mengenal dua macam tempat pendidikan, yaitu; Rumah Arqam bin Ibn Arqam dan Kuttab. Dimasa Nabi Muhammad SAW, oleh karena peminat untuk belajar agama Islam semakin banyak, termasuklah golongan anak-anak yang gemar mendatangi masjid, maka dikhawatirkan anak-anak itu akan mengotori masjid, maka timbullah lembaga pendidikan di samping masjid yang bernama kuttab. Lembaga ini berfungsi sebagai media utama dalam pelaksasnaan pembelajaran membaca dan menulis al-Quran sampai kepada era Khulafaurrasyidin. Sedangkan materi-materi dan metode  pembelajarannya diserahkan kepada para guru yang mengajar. Sebenarnya kuttab ini sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab pra Islam, namun tidak begitu populer.

Setelah Islam datang bentuk dan fungsi kuttab tidak mengalami perubahan. Pada masa awal Islam sampai kepada era Khulafaurrasyidin, secara umum dilakukan tanpa ada bayaran. Karena mengingat kondisi pada waktu itu belum stabil. Akan tetapi, pada masa Bani Umayyah ada diantara penguasa-penguasa yang sengaja menggaji guru untuk mengajar anak-anaknya dan menyediakan tempat khusus di lingkungan istananya. Di tempat-tempat lain masih ada yang tetap mempertahankan budaya lama, dimana tetap melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran diperkarangan disekitar masjid terutama untuk siswa-siswa yang kurang mampu. Untuk kuttab jenis ini guru tidak menerima bayaran apapun, kecuali penghargaan dari masyarakat.

Lembaga pendidikan kuttab mempunyai dua fungsi, Pertama Kuttab berfungsi  mengajar baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab dan sebagian besar gurunya adalah non muslim. Kuttab jenis pertama ini hanya merupakan lembaga pendidikan dasar yang mengajarkan baca tulis. Pada mulannya pendidikan Kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau dipekarangan sekitar masjid. Materi yang diajarkan dalam baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun penggunaan Al-Quran sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Quran telah banyak, terutama setelah kegiatan kodifikasi pada masa kekhalifaan Utsman bin Affan.

Kebanyakan guru kuttab pada masa awal Islam adalah nonmuslim, sebab muslim yang dapat membaca dan menulis jumlahnya masih sangat sedikit disamping itu mereka sibuk dengan pencatatan wahyu. Oleh karena itu kebanyakan guru baca tulis adalah kaum zimmi dan para tawanan perang, seperti tawanan badar. Kedua sebagai tempat pendidikan yang mengajarkan al-Quran dasar-dasar keagaman. Pengajaran teks Al-Quran pada jenis kuttab yang kedua ini setelah ahli bacaan dan penghafal al-Quran telah banyak. Guru yang mengajarkannya dari ummat Islam sendiri. Pada tingkat kedua ini siswa diajarkan pemahaman tentang bahasa Arab dan Aritmatika, sedangkan Kuttab yang didirikan oleh orang-orang yang lebih mapan kehidupannya maka materi tambahannya adalah menunggang kuda dan renang.

Modifikasi kurikulum kuttab terjadi ketika jumlah qurra’ dan huffaz yang pandai tulis baca sudah cukup banyak, dan ummat Islam telah mengenal warisan Helenis dari daerah-daerah taklukan mereka, sehingga kurikulum kuttab mencakupi; puisi, al-Quran, gramatika bahasa Arab dan erithmetik di samping baca tulis. Begitupun Philip K. Hitti mengatakan bahwa, kurikulum pendidikan di Kuttab ini berorientasi kepada al-Qura’an sebagai text book. Hal ini mencakup pengajaran membaca dan menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa Arab, sejarah Nabi, Hadits. Khususnya yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Namun dalam hal penetapan materi, diutamakan dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah dimana Kuttab dilaksanakan.

Ibnu Khaldun mencatat variasi tersebut pada empat daerah yang berbeda. Pertama, ummat Islam Maghribi (Maroko) sangat menekankan pengajaran al-Quran. Anak-anak daerah ini tidak akan belajar sesuatu yang lain sebelum menguasai al-Quran secara baik. Pendekatan mereka adalah pendekatan ontografi (mengenali suatu bentuk kata dalam hubungannya dengan bunyi bacaan). Karena itu, anak-anak Maroko menuru Ibnu Khaldun lebih mampu menghafal al-Quran dari pada kaum Muslimin manapun.

Kedua, ummat Islam Spanyol menekankan kemampuan menulis dan membaca. Al-Quran tidak diutamakan dibandingkan dengan puisi dan bahasa Arab, sehingga daerah ini melahirkan kaligrafer-kaligrafer yang baik. Ketiga, ummat Islam Afrika Utara, menitik beratkan pada variasi bacaan (qira’at al-Qura’an) lalu diikuti dengan seni kaligrafi dan al-Haditas. Keempat, ummat Islam daerah Masyriq (Timur Tengah, Iran, Asia Tengah dan Semenanjung India) yang menurut pengakuannya tidak ia ketahui secara jelas dibandingkan dengan tiga daerah pertama,

Sejak abad ke 8 H, Kuttab mulai mengajarkan pengetahuan umum di samping ilmu agama Islam. Hal ini disebabkan karena adanya persentuhan Islam dengan warisan budaya Helenisme sehingga banyak membawa perubahan dalam bidang kurikulum pendidikan Islam. Dalam perkembagan selanjutnya Kuttab dibedakan menjadi dua, yaitu Kuttab yang mengajarkan pengetahuan nonagama (secular learning) dan Kuttab yang mengajarkan ilmu agama (relegious learning).

Karena adanya perubahan kurikulum tersebut, maka Kuttab pada awalnya merupakan lembaga pendidikan yang tertutup, namun setelah terjadi pergesekan dengan warisan budaya helenisme ini, maka Kuttab menjadi lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum, termasuk filsafat. Selanjutnya lama belajar pada Kuttab tidaklah sama antara anak yang satu dengan anak yang lain, karena sistem yang berlaku pada waktu itu belum sistem klaksikal seperti sekarang. Jadi lama belajar ditentukan oleh tarap kecerdasan masing-masing anak.

Jika dikaji dengan benar, sesungguhnya sistem pembelajaran Kuttab lebih efektif bila dibanding dengan sistem pembelajaran sekarang. Waktu belajar mereka dari pagi hingga ashar, sedangkan waktu belajar sekarang hanya dari pagi sampai dengan zuhur (kelas 3 sampai dengan kelas 6), untuk anak kelas 1 dan 2 sampai jam 10. Jumlah hari mereka dalam belajar digunakan dalam seminggu mulai hari Sabtu sampai hari Kamis, sedangkan hari Jum’at mereka libur, nampak waktu belajar mereka cukup padat dan efesien. Tetapi pada umumnya anak-anak menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang lebih 5 tahun.

Sistem pendidikan Kuttab ini memang sangat luar biasa kelebihannya, jika pembelajarannya benar-benar merujuk pada sistem Kuttab klasik maka akan dijamin pendidikan pasti berhasil. Berhasil karena nilai yang ditanamkan adalah keterampilan, tanpa ada unsur lain yang mempengaruhi proses pembelajaran. Bagi yang tidak bisa terampil maka ia tertinggal.

Kontributor

  • Salman Akif Faylasuf

    Sempat nyantri di PP Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo. Sekarang nyantri di PP Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.