Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Faedah di balik ucapan Bilal di sela setiap dua rakaat Tarawih

Avatar photo
35
×

Faedah di balik ucapan Bilal di sela setiap dua rakaat Tarawih

Share this article

Umumnya di mushalla dan masjid NU, shalat Tarawih dilaksanakan secara berjamaah dengan bilangan 20 rakaat dalam 10 kali salam.

Di sela-sela setiap 2 rakaat, biasa kita mendengar suara Bilal shalat Tarawih mengumandangkan lafal ajakan shalat dan shalawat untuk salam pertama. Sedangkan rakaat 2 selanjutnya untuk salam kedua, Bilal mengingatkan keberadaan fadhl (anugerah), nikmat dan mahgfirah (ampunan) Allah swt. dilanjutkan dengan bershalawat pada Baginda Nabi saw. Model zikir ini akan berulang pada 2 rakaat untuk salam ke-4, 6, 8 dan 10.

Lalu 2 rakaat untuk salam ke-3, 5, 7 dan 9, Bilal shalat mengingatkan keberadaan para Khulafaur Rasyidin yang mulia, dari Sahabat Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhum dengan penutup shalawat pada setiap akhir penyebutan 4 figur mulia tersebut.

Di Mesir, kita dapati para imam shalat Tarawih mengajak jamaah di sela setiap empat rakaat untuk membaca surat-surat pendek (al-Ikhlas 3 kali dan lain sebagainya).

Merujuk ulama besar al-Azhar Syekh Athiyah Muhammad Shaqr dalam kitab Fatāwā Dār al-Iftā’ al-Maṣriyyah juz 8 hal. 475 tentang zikir di sela-sela dua rakaat Tarawih, beliau memaparkan bahwa tidak ada nash yang melarang segala bentuk zikir, doa, dan bacaan al-Quran yang diucapkan di sela-sela dua atau empat rakaat Tarawih.

Justru bacaan zikir, doa, dan al-Quran di sela-sela dua atau empat rakaat Tarawih masuk pada dalil umum akan kewajiban muslim yang harus melakukannya pada setiap kesempatan hidup. Perkara bahwa orang saleh terdahulu (Salafuna Salih) tidak melakukannya di sela-sela Tarawih, bukan berarti apa yang kita lakukan saat ini terlarang.

Jika ada kelompok yang melarang dengan menukil pendapat Salaf maka nukilan tersebut tidak dapat dipercaya, atau jika ada yang membid’ahkan maka yang kita lakukan adalah masuk kategori bid’ah yang dituturkan oleh Sayyiduna Umar bin Khattab ra. نعمت البدعة هذه kala melihat banyaknya orang yang berjamaah shalat Tarawih di belakang sahabat Ubay bin Ka’ab ra.

Syekh Athiyah Muhammad Shaqr menuturkan bahwa doa, zikir atau bacaan al-Quran yang diucapkan di sela-sela dua atau empat rakaat Tarawih itu mirip dengan apa yang dilakukan oleh penduduk Makkah kala itu yang thawaf keliling Ka’bah 7 kali di sela-sela 2 rakaat shalat Tarawih mereka (yang berjumlah 8 rakaat). Aktifitas penduduk Makkah yang demikian itu membuat penduduk Madinah tak mau kala sehingga menambahi shalat Tarawih mereka menjadi 20 rakaat.

Jadi berbagai doa, zikir, bacaan al-Quran bahkan thawaf yg menyela 2-4 rakaat shalat Tarawih adalah susunan gaya (uslub tandzimi) yang menjadikan para jamaah shalat Tarawih mengerti berapa jumlah rakaat yang telah mereka lalui. Bahkan, uslub itu juga menjadi penyemangat para jamaah melaksanakan sisa bilangan shalat Tarawih yang ingin dicapai.

Maka membaca shalawat, mengingat fadhl, nikmah dan mahgfirah Allah swt., serta mengenang 4 figur mulia sahabat baginda Nabi saw. di sela-sela dua rakaat Tarawih sebagai model zikir dan penyemangat ala NU tidaklah terlarang. Bahkan banyak faedah di dapat yaitu: melaksanakan perintah zikir di setiap kesempatan, bershalawat pada Baginda Nabi saw., mengenang orang saleh (4 figur mulia kekasih baginda saw.) di mana sebagian Salaf telah berkata, ذكر الصالحين تنزل الرحمة (menyebut orangorang saleh akan menurunkan rahmat). Wa Allah a’lam.

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.