Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Bahaya tergesa-gesa sebelum waktunya

Avatar photo
21
×

Bahaya tergesa-gesa sebelum waktunya

Share this article

Saya pernah mendengar, KH. Maimoen Zubeir tidak begitu menyukai seseorang yang memakai peci putih padahal belum berhaji. Syekh Ibrahim al-Baijuri juga tidak terlalu suka pada orang muda yang berjalan agak membungkuk mengikuti gaya seorang syekh.

Diriwayatkan, Syekh Ibrahim al-Baijuri pernah menegur seorang muda yang berjalan layaknya seorang guru besar. “Berjalanlah seperti orang pada umumnya, jangan dibuat-buat!”

Di daerah kami, memakai sorban dan bergaya ‘syekh’ (tamasyukh) untuk anak muda, dianggap ‘kemlinti’. Apalagi sampai memakai tongkat. Penampilan ini secara lahir samar, karena bisa saja ia berargumen dengan banyak riwayat maupun cerita dari para ulama. Tapi kenyataannya, sisi takabbur dia lebih banyak dari pada sisi ia mengikuti sunnah maupun madzhar (tampilan luar) ulama.

Kita berkaca pada tradisi kita yang tidak terbiasa menampakkan penampilan demikian terkecuali pada mereka yang levelnya dianggap sudah sampai ke sana.

Ibnu al-Khallikan, dalam Wafayat al-A’yan menyebut perumpamaan orang-orang yang demikian.

تزببت وانت حصرم

“Kamu menjadikan dirimu seolah anggur matang, padahal masih belum siap petik.”

Perumpamaan ini dialamatkan pada seseorang yang belum sampai ke pangkat tertentu, namun sudah mendeklarkan diri mempunyai pangkat tersebut.

Abu al-Fath Utsman bin Jinni, pakar nahwu terkenal, duduk mengajar. Ia masih muda.

Abu Ali al-Farisi lewat. Ia lihat seorang muda (Ibnu Jinni) sedang mengajar. Abu Ali mengujinya dengan pertanyaan problematika sharaf. Ternyata Ibnu Jinni tidak bisa menjawab.

Abu Ali mengatakan,

تزببت وانت حصرم

“Kamu menjadikan dirimu seolah anggur matang, padahal masih belum siap petik.”

Setelah itu ia tinggalkan mengajar,  dan menimba ilmu 40 tahun pada Abu Ali al-Farisi.

Anggur melewati tiga fase: Hisrim (حصرم), ‘Inab (عنب ) dan Zabib (زبيب). Hisrim adalah anggur kecil yang belum matang. Jika sudah matang, maka ia disebut ‘inab. Dan saat mengering, ia disebut Zabib.

Seolah Abu Ali al-Farisi mengatakan, kamu ini baru di level ‘hisrim’. Jangan meloncat ke level ‘zabib’.

Hal ini artinya mempercepat sesuatu sebelum masanya (isti’jal as-syai qabla awanih). Dalam kaidah, seseorang yang mempercepat dirinya untuk sampai satu level yang ia belum sampai, konsekuensinya: ia akan dihukum tak akan pernah sampai ke sana.

من استعجل شيئا قبل اوانه عوقب بحرمانه

“Siapa yang mempercepat sesuatu sebelum masanya, ia akan dihukum tak akan bisa menggapainya.”

Ia enggan melewati sebuah proses, dan tergesa gesa untuk menggapai sesuatu yang seharusnya belum berhak untuk diperoleh. Keluputan, kesalahan, maupun kekeliruan adalah akibat dari ketergesa-gesaan ini.

انما الزلة من العجلة

“Kekeliruan muncul karena tergesa-gesa.”

Sedangkan tergesa-gesa itu sendiri adalah bagian dari setan.

انما العجلة من الشيطان

“Tergesa-gesa adalah bagian dari tipu daya setan.”

Kontributor

  • Ahmad Hadidul Fahmi

    Kiai muda NU, suka mengkaji pemikiran Islam, dan rutin menulis berbagai isu mutakhir agama. Mengaku suka musik metal sejak di pondok. Alumni Universitas al-Azhar Mesir dan sekarang menjadi salah satu pengasuh Pesantren Attaujieh al-Islamy Leler Rawalo Banyumas