Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Begini cara belajar al-Muhaddits Abdullah bin ash-Shiddiq al-Ghumari

Avatar photo
40
×

Begini cara belajar al-Muhaddits Abdullah bin ash-Shiddiq al-Ghumari

Share this article

Syekh Sayid Abdullah bin Muhammad bin ash-Shiddiq al-Ghumari (w. 1992 M) adalah ulama hadits kenamaan asal Maroko yang keilmuannya diakui oleh dunia Islam. Beliau secara garis keturunan adalah seorang sadah Alawiyah keturunan Sayidina Hasan bin Ali RA.

Sebagaimana para ulama lain, ketekunan beliau dalam belajar adalah kunci utama kepakarannya dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu hadits. Banyak ulama yang kemudian menulis profil beliau di saat beliau masih hidup, ini tentu menunjukkan bahwa keilmuan Sayid Abdullah memang benar-benar diakui dan disaksikan oleh ulama lain.

Beberapa ulama yang mengulas profil beliau di saat beliau masih hidup adalah, 1) Musnidul-‘Ashr Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani (w. 1990) dalam kitab Buhyatul-Murîd min ‘Ulûmil-Asânîd, 2) al-Faqih Syekh Ismail bin Utsman Zein al-Yamani (w. 1993) dalam kitab tsabat-nya, 3) al-Muhaddits Syekh Abdul Aziz bin ash-Shiddiq al-Ghumari dalam Ta’rîful-Mautâ, 4) al-Muhaddits Syekh Ahmad bin Muhammad ash-Shiddiq dalam Bahjatul-‘Aqîq fî Manâqibi Sayyidî Muhammad bin ash-Shiddiq, 5) Syekh Zaki Mujahid dalam juz keempat kitab al-A’lâm asy-Syarqiyyah, 6) Ustaz Syekh Abdul Hakim Hindi al-Mishri dalam lampiran kitab al-Jauhar fî Man Lahu Kahmsûna Kitâban aw Aktsar, 7) al-Muhaddits Syekh Mahmud Said Mamduh dalam dua kitab Irtisyâfur-Rahîq min Asânîdi Abdillâh bin ash-Shiddiq dan Tasynîful-‘Asmâ’ bi Syuyûkhir-Riwâyah was-Samâ’.

Tentu ketinggian ilmu yang dicapai oleh Sayid Abdullah berawal dari proses yang panjang. Ada satu kisah menarik yang beliau tulis sendiri dalam bukunya Sabîlutt-Taufîq fî Tarjamati ‘Abdillâh bin ash-Shiddiq. Kisah itu adalah tentang kitab al-Alfiyah yang pernah beliau pelajari saat di Universitas al-Qurawiyyin, Fez, Maroko. Sebagai informasi tambahan, universitas ini merupakan universitas Islam yang terbilang tua dan kharismatik. Di universitas ini pula para ulama Maroko termasuk keluarga al-Gumariyyah belajar ilmu agama.

Saat berada di Universitas al-Qurawiyyin, Sayid Abdullah menceritakan, metode belajar saat itu adalah dengan menggunakan sistem dulu, yaitu guru mengajar lalu murid mengelilingi guru dengan bentuk halakah.

Nah, Kebetulan pelajaran yang diberikan waktu itu adalah nahwu dengan materi kitab Alfiyyah Ibnu Malik. Sayid Abdullah mengaku sulit memahami disiplin ilmu tersebut. Pada akhirnya beliau memberi masukan melalui Sayid al-Abbas bin Harbith kepada sang guru nahwu, Ustaz Muhammad al-Kardudi, agar dalam mengajar kitab Alfiyah dilakukan dengan pelan, mudah dan gampang dimengerti.

Tidak hanya sampai di situ, Sayid Abdullah juga melanjutkan keluhannya kepada sang ayah yang merupakan ulama besar Maroko di masanya, dengan tujuan meminta nasehat dan arahan. Lantas Sayyid Muhammad ash-Shiddiq, sang ayah, memberi surat balasan:

لَا تَسْتَعِنْ بِأَحَدٍ وَاحْضُرِ الدُّرُوْسَ سَوَاءٌ فَهِمْتَ أَمْ لَمْ تَفْهَمْ وَعَنْ قَرِيْبٍ سَتَفْهَم وَالْعِلْمُ لَنَا مَضْمُوْنٌ وَإِنَّمَا نَسْلُكُ سُنَّةَ اللّهِ فِي الْأَخْذِ وَالتَّلَقِّيْ

Jangan meminta bantuan kepada siapa pun, hadiri semua kajian, baik paham atau tidak. Pada waktu yang dekat engkau akan paham juga. Ilmu itu bagi kita sudah dijamin oleh Allah SWT. Kita hanya menjalani sunnatullah dalam mendapatkan ilmu, yaitu dengan mengaji dan talaki di hadapan guru.”

Pesan sang ayah itu dipegang dan dilaksanakan oleh Sayid Abdullah dengan penuh ketekunan belajar dan usaha. Hingga pada saatnya, apa yang diwasiatkan oleh sang ayah benar-benar terjadi. Dalam waktu kurang dari enam bulan, kitab al-Alfiyah menjadi mudah bagi Sayid Abdullah.

Sayid Abdullah lalu melanjutkan kisahnya: “Aku juga punya keinginan kalau belajar ilmu harus dicicil. Belajar nahwu dulu, baru kalau sudah paham, nanti aku pindah ke pelajaran yang lain, fikih misalnya.”

Ternyata keinginan itu ditegur oleh sang ayah seraya berkata: “Umur itu pendek, dengan modal umur pendek tidak mungkin kita bisa membaca semua ilmu dengan detail. Karenanya hadiri berbagai macam majelis ilmu. Nanti kalau kamu mumpuni dalam satu bidang saja, maka bidang-bidang keilmuan yang lain akan mudah dikuasai.” (hlm. 15)

Dari kisah ini, paling tidak bisa menjadi solusi bagi kita atau siapa pun yang menyandang gelar pelajar. Ilmu akan dibuka oleh Allah jika pelajar bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar. Pesan lain adalah, pelajarilah segala bidang ilmu, nanti jika ada satu ilmu yang kita kuasai maka bidang keilmuan yang lain akan menjadi mudah ditaklukkan. Kisah Sayid Abdullah ini sudah cukup sebagai contoh dan teladan. Sebab beliau adalah ulama yang sukses dalam bidang keilmuan Islam yang tentu patut kita tiru.

Kontributor