Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Berkah Qasidah Burdah, Seorang Nasrani Memeluk Islam

Avatar photo
39
×

Berkah Qasidah Burdah, Seorang Nasrani Memeluk Islam

Share this article

Syekh Muhammad Thahir
bin Asyur dalam kitab Syifa Al-Qalbi Al-Jarih bi Syarah Burdah Al-Madih menuliskan
 sebagai berikut:

Salah satu kisah
keberkahan Qasidah Burdah, seperti apa yang diceritakan oleh Ibnu Fadhlillah
dalam kitabnya Masalik Al-Abshar. Diceritakan suatu kisah oleh beberapa orang
yang terpercaya:

Ada seorang penulis
dari Mesir yang sangat terobsesi dengan Qasidah Burdah. Dia begitu meyakini
kemanfaatannya. Dia memiliki seorang teman beragama Nasrani yang sering
menertawakan obsesi dan keyakinan dia atas Qasidah Burdah.

Suatu ketika, anak
penulis itu terkena musibah, matanya menjadi buta. Dia dibawa oleh seorang
pemuda ke rumah ayahnya, tepat saat dia bersama teman Nasraninya.

“Tolong bawa anak
saya ke dokter mata supaya dia mengobatinya,” Pinta penulis itu kepada
pemuda.

Mendengar itu, teman
Nasraninya menimpali, “Kamu tidak perlu membawanya ke dokter mata, bukankah
kamu menyangka bahwa Qasidah Burdah dapat memberikan kesembuhan?”

Penulis tersebut
menjawab, “Iya! Demi Allah, aku tidak akan mengobati anakku kecuali dengan
Burdah.”

Singkat cerita, penulis
itu meletakkan Qasidah Burdah di atas mata anaknya. Belum lewat dua hari, mata si
anak kembali pulih sebagaimana mestinya.

Melihat kejadian itu,
teman yang beragama Nasrani itu berkata, “Tidak ada keraguan setelah melihat
langsung.” Dia pun masuk Islam, dan beragama dengan baik.

Dalam Syarah
Al-Anthaki: salah seorang Syekh memiliki kebiasaan memberikan wasiat
murid-muridnya untuk membaca Burdah. Beliau berkata, “Burdah salah satu
perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah, sudah banyak orang yang
beruntung dengan membacanya. Dengan membaca Burdah, orang yang ketakutan akan
merasa aman, kegelisahan akan hilang, masalah akan mudah terselesaikan, dan
tempat yang dibacakan Burdah akan senantiasa dihujani kasih sayang Tuhan dan
keberkahannya.”

Kontributor

  • Fahrizal Fadil

    Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.