Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Abu Bakar mendapat julukan As-Shiddiq

Avatar photo
47
×

Kisah Abu Bakar mendapat julukan As-Shiddiq

Share this article

Alasan Sayyidina Abu Bakar mendapat julukan As-Shiddiq, bermula dari kisah peristiwa Isra dan Mikraj yang dialami Rasulullah Saw. Tak disangka, salah satu hikmah yang lahir dari peristiwa tersebut ialah membuktikan betapa kuatnya keimananan sosok laki-laki yang pertama masuk Islam itu.

Selepas berlangsungnya kejadian Isra dan Mikraj, keesokan paginya Rasulullah Saw menceritakan kepada orang sekitarnya apa yang beliau alami. Sontak kaum musyrik Makkah mengingkari, menganggap Muhammad telah mengada-ngada dan tak waras. Bahkan di antara mereka ada pula yang mengolok-ngolok sambil menentang pernyataan Rasulullah Saw.

Berita ini tersiar ke berbagai pelosok bangsa Arab, dan hanya segelintir orang saja yang meyakini bahwa Nabi telah melakukan perjalan Isra dan Mikraj. Tak heran, apabila peristiwa ini membuat mereka yang baru memeluk Islam kembali murtad karena keimanannya yang lemah.

Sebagian dari mereka berkata, “Demi Allah, ini adalah sesuatu yang sangat ganjal. Kenapa tidak?! Rombongan musafir saja memerlukan jarak tempuh selama sebulan untuk pergi dari Makkah ke Syam, bagaimana mungkin Muhammad pergi ke sana lalu pulang ke Makkah hanya dalam waktu semalam?”

Lalu mereka mendatangi Abu Bakar, seraya berkata, “Coba toleh sahabatmu, wahai Abu Bakar? Ia mengklaim dirinya pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana pada malam ini, kemudian pulang ke Makkah sebelum fajar terbit!”

Abu Bakar berkata kepada mereka, “Apakah kalian menngingkari apa yang Ia katakan?”

Mereka menjawab, “Ya, benar! Kami tak percaya sedikitpun.”

Abu Bakar berkata, “Demi Allah, jika itu yang ia ucapkan, pasti dia berkata benar. Apa ada yang janggal bagi kalian? Demi Allah, sesungguhnya dia berkata kepadaku bahwa ia berpindah dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya. Jadi inikah puncak keheranan kalian?”

Setelah itu, Abu Bakar pergi menemui Rasulullah Saw dan bertanya langsung kepada-Nya, “Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada orang-orang bahwa tadi malam engkau pergi ke Baitul Maqdis?”

Rasulullah Saw menjawab, “Ya, benar.” Seketika Abu Bakar pun membenarkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah Saw tanpa keraguan.

Di antara mereka yang mendustakan mukjizat Nabi ialah Abu Lahab, Muth’im bin Adi dll.

Saking ingkar dengan apa yang Nabi ucapkan, Muth’im bin Adi berkata, “Saya meyakini bahwa apa yang kamu beritakan ini adalah dusta, kami sering melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis. Bila pernyataanmu itu benar, beritahulah ciri-ciri Baitul Maqdis kepada kami! Demi Latta dan Uzza, kami tak mempercayaimu.”

Lantas Abu Bakar menjawab, “Wahai Muth’im, celakalah dirimu atas apa yang kamu ucapkan. Kamu telah mendustakan apa yang dia katakan. Sungguh, aku amat yakin bahwa dia adalah orang yang jujur.”

Hiruk piruk pertikaian bangsa Arab semakin menjadi-jadi. Mereka meminta Nabi untuk membuktikan kebenaran ucapannya dengan menanyai ciri-ciri Baitul Maqdis. Tanpa diduga, Nabi menerangkan secara detail mengenai itu, tanpa kekeliruan sedikit pun. Padahal, sesampainya beliau di sana, tak terpikir sedikit pun untuk memperhatikan setiap sudutnya, menghafal bentuknya, apalagi menghitung pilar-pilarnya.

Dalam kitab Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Saat kaum Quraisy tidak memercayaiku, ketika aku berdiri di Hijir Ismail, Allah memperlihatkan Baitul Maqdis kepadaku sehingga aku bisa menceritakan kepada mereka tentang pilar-pilarnya dengan gambaran yang jelas.”

Dalam riwayat lain, kaum musyrik pernah bertanya kepada Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar, Apakah kamu membenarkan bila Muhammad pergi satu malam ke Baitul Maqdis dan kembali tepat sebelum fajar?”

Abu Bakar menjawab, “Jika memang beliau mengatakan itu maka beliau berkata benar. Dan, aku sungguh percaya andai beliau menceritakan sesuatu yang lebih heboh daripada itu.”

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menukil riwayat dari Sirah Ibnu Hisyam, bahwa asal usul bermulanya Abu Bakar mendapat gelar As-Shiddiq berasal dari peristiwa Isra dan Mikraj, karena ia langsung membenarkan kejadian ini, selagi semua orang mendustakan.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini, menggambarkan keberanian dan keimanan sosok sahabat kepada Nabi saat semua orang malah mengingkarinya. Sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk berpegang teguh kepada keyakinannya, beriktikad kepada semua yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam bis showab.

Referensi:

  • Al-Anwar Al-Bahiyyah min Isra’ wa Mi’raj Khairul Bariyyah, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.
  • Ar-Rahiq Al-Makhtoum, karya Syaikh Shayyifurrahman Al-Mubarakfuri.
  • Fiqh Sirah, karya Syaikh Dr. Said Ramadhan Buthi.
  • Sirah Nabawiyyah, karya Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Bashri.
  • Sirah Nabi Muhammad Saw, karya Syaikh Ismail bin Umar bin Katsir.

Kontributor

  • Faisal Zikri

    Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.