Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah al-Biruni dan 3 unta penuh perak

Avatar photo
30
×

Kisah al-Biruni dan 3 unta penuh perak

Share this article

Al-Biruni lahir pada tahun 973 M, meninggal pada tahun 1048 M. Al-Biruni adalah sosok ilmuwan yang sangat masyhur, baik di kalangan ilmuwan barat, ataupun di kalangan umat Islam.

Al-Biruni adalah termasuk sosok ilmuwan muslim yang masuk dalam kategori ilmuwan ensiklopedis: menguasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Al-Biruni dikenal luas sebagai seorang ilmuwan ahli astonomi dan juga ahli grografi. Al-Biruni juga dikenal seorang yang ahli dalam berbagai ilmu agama.

Semasa tinggal di kota Bairun, pinggiran kota Khawarizm, Persia, Al-Biruni mempelajari berbagai ilmu bahasa Arab, Fikih, dan Filsafat selama kurang lebih 20 tahun. Kemudian melanjutkan pengembaraan ilmiah ke berbagai daerah di wilayah Persia, Iraq, dan Syam.

Selain ahli astronomi dan geografi, Al-Biruni juga ilmuwan yang memiliki karya nomental dalam bidang etnografi yang berjudul: Tahqiqu Ma Lil Hindi min Maqulatin Maqbulatin fi Al-Aqli aw Mardzulatin (Investagi terhadap Tradisi India yang dapat diterima dan ditolak oleh akal).

Karya ini ditulis setelah Al-Biruni melakukan penelitian langsung dengan cara tinggal dan mempelajari tradisi India, mulai dari bahasa Sansekerta, pola pikir masyarakat, berbagai keyakinan, dan sekte-sekte yang ada di India pada masa tersebut.

Karya Al-Biruni tentang masyarakat India ini menjadi salah satu sumber yang cukup valid sebagai rujukan dalam mempelajari tradisi masyarakat Timur. Selain karya tersebut, Al-Biruni juga menulis buku “Tarikhul Umam Asy-Syarqiyyah” (Sejarah Bangsa-bangsa Timur), dan “Tarikhul Hindi” (Sejarah India).

Al-Biruni juga seorang ilmuwan yang sangat mencintai bahasa Arab. Meski Al-Biruni adalah seorang keturunan Persia, dan menyandang status kebangsaan Persia, namun kecintaannya terhadap bahasa Arab sangat tinggi. Al-Biruni pernah berujar, “Saya lebih baik dicaci menggunakan bahasa Arab, daripada dipuji menggunakan bahasa lain.”

Keluasan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki oleh Al-Biruni menghantarkan dia menjadi salah satu “ilmuwan istana”. Dia memiliki posisi strategis sebagai penasihat istana pada masa kekuasaan Dinasiti Sasaniyah dan Ghaznawiyyah di Persia.

Al-Biruni pernah menulis sebuah buku yang diberi judul “Al-Qanun Al-Mas’udi fi Haiati An-Nujum” (Hukum Mas’ud dalam Pergerakan Bintang), dalam bidang astronomi dan geografi.

Buku ini dipersembahkan dan dinamakan sebagai hadiah untuk Sultan Dinasti Ghaznawiyyah pada masa tersebut, Mas’ud bin Mahmud bin Sabaktakin, penguasa Ghaznah pada tahun 421 H.

Terkesan dengan persembahan Al-Biruni, Sultan Mas’ud ingin mencukupi kebutuhan Al-Biruni dengan mengirimkan tiga ekor unta yang di punuknya penuh membawa tas berisi uang perak.

Namun sesampainya padanya, Al-Biruni dengan penuh sopan menolak hadiah tersebut dengan menyatakan:

إنما يخدم العلم للعلم لا للمال

“Sesungguhnya, ilmu itu berkhidmat pada ilmu, bukan kepada harta.”

Kontributor

  • Landy T. Abdurrahman

    Asal Purworejo, Jawa Tengah. Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir. Sekarang sedang menyelesaikan program doktoral di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta