Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Hati Manusia Tunduk pada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Avatar photo
27
×

Kisah Hati Manusia Tunduk pada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Share this article

Disebutkan dalam kitab Khulasat al-Mafakhir fi
Manaqib al-Syaikh ‘Abd al-Qadir
, bahwa Syekh Umar al-Bazzar sedang menemani
Kanjeng Syekh Abdul Qadir pergi shalat Jumat di Masjid Jami’ Kota pada tanggal
15 Jumadil Akhir tahun 550 H. 

Syekh Umar heran kenapa orang-orang tidak berebut
musafahah (bersalaman tangan) ke Kanjeng Syekh. Padahal hal inilah yang
sebenarnya Syekh Umar kuatirkan kalau Kanjeng Syekh keluar shalat Jumat di
Masjid besar. 

Tidak sampai rasa kuatir Syekh Umar reda, Kanjeng Syekh
memandang Syekh Umar dengan tersenyum dan seketika orang-orang sekitar berebut
musafahah dengan kanjeng Syekh hingga Syekh Umar terdorong menjauh dari kanjeng
Syekh akibat banyaknya orang yang ingin bermusafahah. 

Kerumunan yang tak terkendali ini membuat Syekh
Umar bergumam dalam hati:

ذلك
الحال خير من هذا الحال

“Kondisi itu (maksudnya tidak ada kerumunan
berebut musafahah) itu lebih baik dari pada kondisi ini (kerumunan).”

Gumam Syekh Umar tersebut ditimpali oleh Kanjeng Syekh
Abdul Qadir:

يا
عمر فانت الذي أردت هذا، اما علمت ان قلوب الناس بيدي، ان شئت صرفتها عني، وان شئت
أقبلت بها إلي

“Hai Umar, kamu loh yang menginginkan kondisi ini,
tidakkah kamu tahu bahwa sesungguhnya hati (maksudnya, perhatian) para manusia
itu dalam kuasaku. Jika saya mau saya bisa palingkan itu dariku dan jika saya
mau saya juga bisa menerima itu padaku.”

Keramat Kanjeng Syekh Abdul Qadir yang demikian
ini dapat kita jumpai juga dalam salah satu ceramah Sayyidil Habib Umar bin
Hafidz. Suatu ketika Kanjeng Syekh mempersilahkan putranya yang telah mapan
mendalami ilmu syariah untuk berceramah di hadapan jamaah (murid-murid) Kanjeng
Syekh.

Ceramah mauidhoh hasanah yang diutarakan oleh
putra Kanjeng Syekh tersebut dipaparkan beserta dalil-dalil Qur’an Hadis yang sahih,
sangat bertolak belakang dengan kebiasaan Kanjeng Syekh yang jika memberikan
ceramah tidak pernah menyebutkan dalil. 

Namun ceramah yang disampaikan oleh putra kanjeng Syekh
tidak sedikitpun membuat jamaah menangis sebagaimana biasa diperbuat oleh
Kanjeng Syekh. 

Maka pasca sang putra menyampaikan ceramahnya, Kanjeng
Syekh berdiri dan bercerita, bahwa Ummul Fuqara (maksud beliau adalah istrinya)
tadi memasak daging dan daging tersebut dipersiapkan sedemikian baik hingga
menjadi hidangan makanan yang lezat. Namun apa daya, hidangan yang siap tersaji
di meja makan tersebut dimakan oleh kucing. 

Cerita yang simpel ini membuat para jemaah
menangis dan hati mereka ingat atas kekuasaan Allah swt, membuat putra Kanjeng Syekh
heran. Ternyata cerita sang Ayah (Kanjeng Syekh) dimaknai oleh Jemaah hadirin
bahwa bisa jadi amal yang dipersiapkan baik di dunia, tidak ada artinya sama
sekali kelak di akhirat sebab tidak diterima oleh Allah swt. Bisa jadi kelak
tidak bisa husnul khatimah dst. Oleh karena ini mereka menangis.

اللهم انشر نفحات الرضوان عليه #
وأمدنا بالأسرار التي أودعتها لديه

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.