Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah pemindahan arah kiblat pada bulan Sya’ban

Avatar photo
33
×

Kisah pemindahan arah kiblat pada bulan Sya’ban

Share this article

Pada bulan Sya’ban terjadi beberapa peristiwa besar nan bersejarah dalam Islam. Salah satunya ialah kisah pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah sebagai jawaban atas harapan Nabi Muhammmad Saw.

Sebelumnya Nabi diperintah oleh Allah untuk menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat untuk menarik perhatian kaum Yahudi Madinah selama kurang lebih 16 bulan.

Ibnu Katsir dalam kitabnya “Tafsir al-Quran al-Adzim, Juz 1 hal. 458 mengutip riwayat Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas:

Hal pertama yang dinaskh (dihapus ketentuannya) dari Al-Quran ialah permasalahan kiblat. Hal tersebut terjadi sehubungan ketika Nabi Muhammad hijrah ke kota Madinah sedang kebanyakan penduduknya ialah Yahudi. Maka Allah memerintahkan Nabi untuk menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat (untuk menarik perhatian umat Yahudi saat itu).

Baca juga: Enam Hikmah di balik Pergantian Kiblat dalam Malam Nisfu Sya’ban

Hal tersebut membuat umat Yahudi bahagia. Nabi Muhammad menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat selama kurang lebih 16 bulan. Sedang ia lebih menyukai kiblat Nabi Ibrahim (Ka’bah) sebagai kiblat. Nabi Muhammad Saw berdoa kepada Allah. Kemudian Allah mengabulkan dengan menurunkan ayat 144 surat Al-Baqarah berikut:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَه وَإِنَّ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Kejadian pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke arah Masjidil haram tersebut terjadi pada bulan Sya’ban.

Syekh Muhammad Alawi Al-Maliki dalam kitabnya Madza fi Sya’ban hal. 10 mengutip pendapat Abu Hatim Al-Busti:

صلى المسلمون إلى بيت المقدس سبعة عشر شهرا وثلاثة أيام سواء, وذلك أن قدومه المدينة كان يوم الاثنين لاثنتي عشرة ليلة خلت من شهر ربيع الاول وأمره الله عز وجل باستقبال الكعبة يوم الثلاثاء للنصف من شعبان

“Umat Islam shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan, 3 hari. Hal tersebut dikarenakan Nabi Muhammad sampai di kota Madinah pada hari Senin 12 Rabiul Awal. Dan Allah memerintahkan untuk menghadap Ka’bah pada hari selasa separuh bulan Sya’ban.”

Baca juga: Kisah Imam Syafi’i, Ibnu Jinni dan Sibawaih jadi ulama besar

Hal tersebut bukanlah apa-apa melainkan jawaban atas harapan Nabi Muhammad Saw dan pembenaran atas ayat 5 surat ad-Duha yang artinya, “Dan sungguh Tuhanmu pasti akan memberikan karunia-Nya sehingga engkau menjadi puas.” Selain juga merupakan legitimasi ucapan Siti Aisyah terhadap Nabi Muhammad Saw:

ما أرى ربك إلا ليسارع فى هواك

Aku tidak melihat Tuhanmu kecuali selalu cepat dalam memenuhi keinginanmu.” Wallahu a’lam

Referensi:

1. Muhammad Alawi Al-Maliki, Madza fi Sya’ban.

2. Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adzim, Juz 1. 1999. Riyadh: Daar At-Thayyibah.

Kontributor

  • Alwi Jamalulel Ubab

    Alumni Khas Kempek, Cirebon. Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.