Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah seorang salafi tobat setelah mengaji pada ulama al-Azhar

Avatar photo
38
×

Kisah seorang salafi tobat setelah mengaji pada ulama al-Azhar

Share this article

Pada suatu hari ada salah seorang murid Maulana Syekh Abdul Aziz Syahawi, guru besar fikih Syafi’i Universitas al-Azhar bercerita tentang kisah masa lalunya yang bermanhaj Salafi Wahabi. Dulu dia mengkafirkan ulama-ulama besar Sunni, menganggap semua orang salah kecuali hanya dirinya yang benar.

Murid Syekh Abdul Aziz Syahawi itu sangat menyesali perbuatannya. Sebaliknya sekarang di rajin mendoakan dan mengirim surat al-Fatihah untuk ulama-ulama yang pernah beliau salahkan.

Beliau bercerita: Sebab aku menjadi salafi adalah televisi, karena dulu yang tampil di televisi kebanyakan adalah syekh-syekh Wahabi. Sebenarnya masyarakat Mesir mayoritas sufi, karena ajaran inilah yang turun-temurun dari dulu. Kemudian ketika itu, al-Azhar pernah redup dan tidak terlalu dianggap di Mesir, sehingga sangat minim pengaruh ulama-ulama al-Azhar di sini.

Hingga datanglah Syekh al-Azhar Ahmad at-Tayeb sebagai penghidup al-Azhar dan mengembalikan kewibawaan al-Azhar yang pernah ada. Beliau membuat banyak program yang sangat hebat.

Dalam pandangannya, Imam Besar al-Azhar Syekh Ahmad at-Tayeb memang sosok pendiam dan tidak terlalu banyak bicara. Akan tetapi sekali berstatemen, semua orang mendengarkannya. Beliau sangat ditakuti di pemerintahan, dan sangat dicintai oleh masyarakat Mesir karena ilmu dan akhlaknya yang sangat mulia.

Tobat dari ajaran Wahabi

Kemudian murid Maulana Syekh Abdul Aziz Syahawi itu lanjut bercerita sebab bertobat dari ajaran Wahabi.

Dia bercerita: Aku bertobat dari Wahabi adalah karena ilmu dan akhlak guru kami Syaikhina Abdul Aziz Syahawi. Banyak teman seperjuanganku berbelok dari ajaran salafi karena beliau. Bagaimana tidak, beliau sangat menyayangi kami. Beliau tidak pernah menyinggung hal yang dipermasalahkan antara dua kubu. Beliau sosok yang alim ‘allamah (sangat alim sekali).

Hal itu membuat berpikir akan jalan yang telah kami jalani sekarang. Yang kami rasakan hanyalah keras dalam hati, tidak ada nikmat agama islam yang katanya penuh kasih sayang antar sesama.

Syaikhuna telah berhasil menggabungkan fikih lahir dan batin. Wirid beliau ketika masih khalwat adalah kitab-kitab tasawuf Imam al-Ghazali. Kitab yang sangat beliau gandrungi adalah Ihya’ Ulumiddin. Jalan beliau hanyalah mengajar dan menjelaskan tanpa harus menghardik sana sini.

Hingga saat ini, banyak yang hadir di majelis beliau dari saudara-saudara salafi kami. Beliau pernah dawuh yang kurang lebih manknanya begini: Tugas kita hanyalah mengajar dan menjelaskan ilmu, dan bukan menghina sana sini.

“Yang penting mereka mau ngaji, kalau berubah ya baik dan kalau belum berubah semoga segera berubah.” ujar beliau.

Metode ini sangat ampuh. Terbukti banyak teman salafi yang kukenal kini berubah menjadi sufi karena beliau. Banyak metode ulama dalam menyampaikan ajaranya, semoga kita mampu dan pantas untuk meniti jalan yang telah beliau-beliau lalui.

Kontributor

  • Ade Rizal Kuncoro

    Dari Madiun Jawa Timur. Alumni PP Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang. Sekarang menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadits.