Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdul Qadir al-Jilani bin Abu Shalih Janki Dausat. Nasab beliau sangat mulia karena garis silsilah dari ayahnya bersambung kepada Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib yang merupakan menantu Rasulullah saw.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani–selain seorang fakih–juga dikenal sebagai tokoh tasawuf. Sebagaimana yang telah masyhur, beliau merupakan pendiri tarekat Qadiriyah yang hingga saat ini telah banyak pengikutnya.
Dalam kitab al-Faidur al-Rahmani yang berisikan manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani, yang dihimpun oleh Romo Kyai Achmad Asrari al-Ishaqi ra., terdapat beberapa gelar yang disandangkan kepada beliau. Salah satunya adalah al-Quthbu al-Rabbani. Kata al-Quthbu berarti orang yang penuh hikmah dan amal, sementara al-Rabbani adalah orang yang makrifat kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasyiyah Syarwani sebagai berikut:
قوله: (القطب) أي المشبع علما وعملا قوله: (الرباني) أي المتأله والعارف بالله تعالى
Terdapat banyak kisah menarik tentang Kanjeng Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab al-Faidur al-Rahmani. Di antaranya adalah kisah Syekh Abdul Qadir yang didatangi dan dirayu oleh setan agar melakukan kemaksiatan.
Pada suatu ketika muncul sebuah cahaya besar yang menyinari beberapa sisi. Kemudian cahaya tersebut tampak berubah menjadi sebuah bentuk, lalu berkata, “Aku adalah Tuhanmu dan sungguh aku telah menghalalkan segala sesuatu yang diharamkan.”
Ketika mendengar perkataan tersebut, Syekh Abdul Qadir ra. mengucapkan, “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang dilaknat, pergilah wahai mahluk yang tercela.”
Seketika itu juga, kilauan cahaya yang mengeluarkan rayuan kepada Syekh Abdul Qadir tadi berubah menjadi cahaya yang gelap dan bentuknya berubah menjadi asap yang mengepul.
Si setan pun menjerit dan berkata kepada Syekh Abdul Qadir, “Engkau telah selamat dari godaan dan rayuanku karena ilmu (pengetahuanmu) tentang ketentuan-ketentuan Tuhanmu dan pemahamanmu dalam menetapkan pendirianmu (fiqhika fi ihkami manazilik)! Sungguh aku telah menyesatkan melalui godaan seperti ini sebanyak tujuh puluh ulama ahli tarekat.”
“Segala keutamaan dan karunia hanyalah milik Allah swt semata.” Jawab Syekh Abdul Qadir.
Lalu Syekh Abdul Qadir ditanya:
بم عرفت أنه شيطان ؟
“Dengan sebab apa (wahai Syekh) engkau mengetahui bahwa ia adalah setan?”
Dijawab oleh kanjeng Syekh:
من قوله : أبحت لك المحرمات فعلمت ان الله تعالى لاياءمر بالفحشاء
“Dari perkataanya, ‘Aku menghalalkan segala yang diharamkan.’ Maka, aku mengetahui sesungguhnya Allah swt. tidak memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan kejelekan-kejelakan.”
Dari kisah Kanjeng Syekh Abdul Qadir al-Jilani ini, banyak hikmah yang dapat dipetik. Salah satunya adalah pentingnya memiliki, menimba dan terus mencari ilmu, terutama yang berkenaan dengan hukum fikih dan ilmu-ilmu agama (Islam) yang lain.
Dalam kitab Ta’lim Muta’alim disebutkan:
تَعَـلَّـمْ فَــإِنَّ الْـعِلْـمَ زَيـْنٌ لِأَهْــلــِهِ # وَفَــضـْلٌ وَعـُـنـْوَانّ لِـكـُلِّ مَـــحَامِـدٍ
وكــن مـستـفـيدا كـل يـوم زيـادة # من العـلم واسـبح فى بحـور الفوائـد
“Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia (ilmu) merupakan keutamaan, dan pertanda segala pujian,
Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan yang penuh dengan faidah.”
Dengan ilmu, seseorang akan mengetahui mana yang hak dan mana yang batil. Oleh karena itu, terdapat suatu riwayat dan juga sebagai kabar gembira bagi pencari ilmu dari Rasulullah saw.
Sahabat Abu Darda’ pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِى الأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Barang siapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu maka, Allah permudahkan baginya jalan menuju surga. Para malaikat pun juga akan membentangkan sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di lauta pun akan memintakannya ampun, sungguh keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah ibarat bulan purnama atas semua bintang.” (HR. Abu Dawud)