Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Nasruddin Hoja dan keledai jenakanya

Avatar photo
118
×

Nasruddin Hoja dan keledai jenakanya

Share this article

Suatu hari yang cerah, Nasruddin Hoja memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri jalan desa yang ramai. Seperti biasa, ia ditemani oleh sahabat setianya, seekor keledai tua yang sudah sangat ia kenal. Namun, kali ini ada yang berbeda. Ketika orang-orang melihat mereka, mereka tak kuasa menahan tawa. Pasalnya, Nasruddin Hoja sedang menunggang keledainya dengan cara yang sangat unik: terbalik!

Ia duduk di atas pelana, namun dengan posisi membelakangi arah perjalanan. Kaki-kakinya menjuntai ke depan, seolah-olah ia sedang melakukan aksi akrobatik di atas keledai. Keledai tuanya pun tampak pasrah saja mengikuti tingkah majikannya yang aneh itu.

Tentu saja, pemandangan yang tak biasa ini menarik perhatian banyak orang. Anak-anak kecil berlarian mengejar Nasruddin Hoja sambil tertawa terbahak-bahak. Para pemuda saling berbisik, mencoba menebak apa yang ada di pikiran Nasruddin Hoja. Sementara para orang tua hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

“Hei, Nasruddin! Kenapa kau naik keledai dengan cara seperti itu?” tanya seorang pemuda dengan nada bercanda.

Nasruddin Hoja hanya tersenyum tipis. “Kenapa kamu bertanya begitu?” jawabnya santai. “Bukankah lebih baik jika aku tidak tahu ke mana aku akan pergi? Siapa tahu nanti aku menemukan sebuah harta karun di belakangku!”

Jawaban Nasruddin Hoja itu membuat orang-orang semakin terpingkal-pingkal. Ada juga yang berseloroh, “Mungkin Nasruddin Hoja sedang mencari jalan pintas menuju surga!”

Nasruddin Hoja terus berjalan dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tatapan heran orang-orang di sekitarnya. Sesekali ia menoleh ke belakang, sambil berkata pada keledainya, “Cepatlah sedikit, kawan! Kita harus segera sampai di surga!”

Keledai tuanya hanya mendengus pelan, seolah mengerti maksud majikannya yang aneh itu.

Meskipun cerita ini terlihat konyol, sebenarnya terdapat pesan moral yang ingin disampaikan, yaitu tentang pentingnya bersikap santai dan tidak terlalu memikirkan masa depan. Nasruddin Hoja mengajarkan kita untuk menikmati hidup dan menjalani setiap momen dengan penuh kegembiraan.

Kontributor

  • Rayhan Mubarok

    lahir di Jakarta, 1999. Pernah menempuh studi di Pondok Modern Darussalam Gontor dan Universitas Al-azhar Kairo.