Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Gus Baha jelaskan etika bertamu ke kiai, kamu harus tahu!

Avatar photo
25
×

Gus Baha jelaskan etika bertamu ke kiai, kamu harus tahu!

Share this article

Sebagian ulama atau kiai acapkali tidak senang jika sering disowani oleh banyak orang. Bukan karena eksklusif dan alasan jual mahal. Menurut Gus Baha, tipikal orang alim itu sangat menjaga lisan, tidak banyak bicara dan hanya berkenan bicara panjang lebar dan serius saat mengaji saja.

“Orang alim itu tidak mau banyak bicara sebab khawatir terpeleset. Jadi bicaranya, ya saat mengajar. Selesai ngaji, kok, masih disowani lagi? Innalillahi wainna ilaihi rojiun!” ujar Gus Baha dilansir dari Channel Santri Gayeng.

Yang dimaksudkan Gus baha di sini adalah mengedepankan rasa saling pengertian satu sama lain. Bagi Gus baha, orang yang mengaku cinta ulama semestinya hadir saat pengajian-pengajiannya diselenggarakan. Bukan malah sebaliknya.

Baca juga: Gus Baha: Ditakdirkan pernah sujud itu keren

Hal ini menandakan kesungguhannya dalam mencari ilmu. Sementara orang yang sering bertamu ke kiai secara pribadi itu kebanyakan curhat masalah dan meminta solusi untuk dirinya sendiri.

Kiai bernama lengkap KH. Bahaudin Nursalim itu bahkan sampai menyatakan, siapa saja yang mengaku cinta saya, tetapi malah gemar sowan ke saya itu keliru.

Kemudian Gus Baha mengutip hadits yang berbunyi:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dipundak seorang ulama terpanggul tanggung jawab yang besar. Ia adalah suluh yang selalu menerangi masyarakat sekitarnya dari kabut kebodohan. Siap sedia waktunya dipangkas, tenaga dan pikiranya diperas. Sehingga ketika urusan di luar dengan publik selesai, baik mengaji atau mengajar, kepulangannya ke rumah adalah hak sepenuhnya milik keluarga. Sepantas dan seyogyanya seseorang tidak berniat sowan di waktu-waktu tersebut.

Etika bertamu sahabat pada zaman Nabi

Kemudian Gus Baha mengisahkan bahwa Nabi juga mengalami hal serupa, secara alami kerap disowani oleh umat. Tetapi lama-kelamaan banyak dari mereka lebih condong curhat masalah pribadi. Lalu trurunlah ayat yang menjelaskan larangan sowan ke Nabi, kecuali dipanggil. Karena Nabi sekali di masjid berarti milik publik. Sedangkan ketika sudah di rumah berarti milik keluarga.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar)..” (QS. Al-Ahzab ayat 53)

Baca juga: Gus Baha: Berbanggalah Kamu ketika Bisa Berbakti kepada Orang Tua

“Sering sowan ke Nabi, itu sama saja melukai hati Nabi. Cuma Nabi mau bilang itu tidak pantas. Nabi kok mengusir tamunya? Akhirnya ada etika sahabat: kalau Nabi di rumah, tidak boleh sowan,” tandas Gus Baha.

Kontributor