Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
adalah sosok besar yang sangat masyhur kealimannya pada banyak bidang keilmuan,
seperti tauhid, fiqih, ushul fiqih, akhlaq, tasawuf dan ilmu-ilmu lainnya. Dan
pengkaji karyanya hampir merata di pondok pesantren dengan segala jenjang
pendidikannya dan perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri.
Hadhrotusy Syeikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam
beberapa karya beliau menyebutkan Imam al-Ghazali berikut karyanya. Di antaranya
adalah tahapan para santri dalam tafaqquh fi ad-din (memperdalam agama),
dihaturkan Hadhdotusy Syeikh haruslah tertib dalam tadarruj atau
bertahap, tidak boleh loncat-loncat. Tahapan awal bagi santri adalah menguasai
ilmu atas apa yang menjadi kewajibannya, yaitu tauhid, fiqh dan tasawuf. Dan
kitab awal guna menggugurkan kewajiban itu, di antaranya adalah Bidayah al-Hidayah
karya Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali.
Panduan belajar ini ditulis oleh Hadhrotusy Syeikh
dalam Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim. Selain dalam kitab ini, Hadhrotusy
Syeikh juga menyebutkan Imam al-Ghazali dalam karya beliau, Risalah Ahl al
Sunnah wa al Jama’ah. Beliau menegaskan Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan
asy-Syadzili sebagai dua tokoh ulama besar yang diikuti Muslim Jawa dalam
bertasawuf sejak berabad-abad lamanya.
Dalam bacaan kami, dua tokoh besar ini; Imam al-Ghazali
dan Imam Abu al-Hasan asy-Syadzili walau tidak semasa tetapi memiliki kedekatan
hubungan yang luar biasa. Hal ini tampak di antaranya dalam beberapa pujian
Imam al-Syadzili sebagai berikut:
●
إذا عرضت لكم إلى الله حاجة فتوسلوا إليه بالإمام أبي حامد الغزالي رضي الله
عنه
Jika engkau memiliki hajat kepada Allah, maka
bertawassullah kepada Allah dengan wasilah Imam Abi Hamid al-Ghazali radhiyallahu
‘anhu.
●
رأيت المصطفى صلى الله عليه وسلم في
المنام باهى عيسى وموسى عليهما السلام بالغزالي وقال هل في أمتكما مثله؟ قالا لا
Dalam mimpi, aku melihat Hadhratur Rasul
membanggakan Imam al-Ghazali kepada Nabi Isa dan Musa ‘alaihima as-salam wa ‘ala
nabiyyina ash-shalatu wa as-salam seraya berkata: “Apakah dalam umatmu ada
sosok layaknya al-Ghazali?” Lalu mereka berdua menjawab, “Tidak ada.”
Dan dari kekaguman Imam Abu al-Hasan asy-Syadzili
kepada Hujjatul Islam Imam al-Ghazali inilah, maka tak heran diantara wasiat beliau
kepada para santri adalah mengkaji karya-karya Hujjatul Imam al-Ghazali.
Layaknya laut tanpa tepi yang bisa menenggelamkan
siapa saja, inilah gambaran kehebatan Imam al-Ghazali di mata guru beliau, Imam
al-Haramain al-Juwaini. Ketika sang murid menyelesaikan karya ushul fiqhnya; al
Mankhul, Imam Juwaini berkata:
دفنتني وأنا حي هلا صبرت حتى أن أموت
“Engkau telah menguburku hidup-hidup, hendaknya
engkau bersabar menunggu aku mati.”
Sebuah pujian yang begitu dalam dan menggetarkan
dari sang guru kepada Imam al-Ghazali.
Tentunya masih sangat banyak lagi pujian-pujian para
ulama kepada Hujjatul Islam al-Ghazali tetapi langkah nyata dari bentuk
kecintaan kita kepada beliau tentunya tidak berhenti mengaguminya tanpa
mengkaji karya-karya beliau.