Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Kesan Pertama Berjumpa dengan Rasulullah SAW

Avatar photo
50
×

Kesan Pertama Berjumpa dengan Rasulullah SAW

Share this article

Berbeda dengan warga Makkah yang biasa atau pernah berjumpa dengan Rasulullah SAW sebelum diutus, maka dari perjalanan hijrah dan setelahnya, beliau SAW bertemu dengan banyak orang yang baru melihat beliau pertama kalinya.

Beliau begitu berwibawa. jadi tidak banyak orang yang berani memandang dan menelusuri raut wajah Rasulullah SAW dengan rinci sebagai berikut.

Dalam sirah, hanya dua orang yang menyebutkan raut wajah beliau SAW dengan detail.

  1. Sayyiduna Hind bin Abi Halah, putera Sayyidah Khadijah `alaihassalam dari suami sebelum Sayyiduna Rasulullah SAW. Anak tiri yang diasuh & dibesarkan oleh Sayyiduna Rasulullah SAW.
  2. Umm Ma`bad, seorang perempuan yang ditemui oleh Sayyiduna Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah ke Madinah..

Beliau SAW & Sayyiduna Abu Bakar kehausan dan singgah di sebuah kemah di tengah sahara. Saat itu suami Umm Ma`bad tidak ada di rumah..

Sayyiduna Rasulullah meminta minum, dan Umm Ma`bad mengatakan bahwa keluarganya hanya punya kambing yang kurus, mempersilakan untuk memerahnya sendiri.

Kambing itu biasanya menghasilkan sedikit sekali susu, tapi ketika Rasulullah SAW memerahnya, keluar banyak susu, sehingga beliau dan Sayyiduna Abu Bakar minum, juga menyisakan banyak untuk keluarga Umm Ma`bad.

Baca Juga:

Umm Ma`bad merupakan seorang yang sangat cerdas, beliau memperhatikan secara detail raut tamu yang membawa berkah ini, untuk kemudian menceritakannya pada sang suami, yang merupakan gambaran paling rinci yang diriwayatkan dalam sirah Sayyidina Rasulullah SAW.

Apa saja ciri-ciri Nabi Muhammad SAW yang disebutkan?

  1. Berkulit lembut; tampak nyata perasaan dan emosi jika sedang bahagia ataupun marah.
  2. Apabila senang tampak seperti rembulan. Jika marah, wajah beliau memerah. Apabila dilihat dari jauh, kamu merasakan wibawa. Jika dilihat dari dekat, kamu mencintai. Apabila beliau SAW tersenyum, hatimu menjadi lapang, Apabila memandang ke matamu, maka iman tercurah dari hati beliau ke hatimu.
  3. Berambut hitam pekat, tidak keriting keras dan tidak juga terlalu lurus. Rasulullah SAW Arab dan tidak tampak uban sampai beliau SAW wafat.
  4. Berkening rata, maksudnya tidak bengkok. Tidak bersambung antara kedua kening, ada batas & ada sedikit bulu yang membuat makin indah.
  5. Bentuk wajah yang sangat rapi; jarak antara awal dahi sampai awal hidung sama dengan jarak dari awal hidung sampai awal bibir, juga sama dengan jarak awal bibir sampai dahu. Dan menurut ukuran ketampanan internasional, maka semakin sama ukuran itu maka makin bertambah ketampanan kaum laki-laki.
  6. Beliau SAW berkulit putih merona kemerahan, seperti orang-orang Madinah dan warga Sruiah, bukan putih pucat seperti orang Eropa.
  7. Bermata besar.
  8. Bertangan kuat, tapi telapak tangan lembut, suatu hal yang tidak biasa di kawasan sahara. Sayyiduna Anas bercerita juga bahwa telapak tangan itu lebih lembut dari sutera, selalu harum bagaikan baru keluar dari wadah minyak wangi. Kalau berjabat tangan, maka wewangian itu nempel di tangan yang bersebtuhan dengan tangan beliau.
  9. Berbadan tegap, dada & perut beliau SAW rata, sampai beliau SAW wafat.
  10. Tinggi beliau SAW ideal, tidak terlalu tinggi dan tidak pendek.
  11. Cap kenabian di pundak sebelah kiri, warna kulit tapi menonjol, semua Nabi punya cap itu, berada di tempat tertutup agar iman bukan berbentuk materi yang terlihat nyata. Para shahabat melihatnya di peperangan Khandaq.

Lalu apa komentar orang-orang yang pertama kali melihat beliau SAW di Madinah?

Sayyiduna Anas radhiyallahu `anhu berkata: “Ketika beliau datang, Madinah pun bercahaya..”.

Ada juga yang awalnya mau menyampaikan pertanyaan untuk menguji kebenaran dakwah beliau SAW, tapi begitu bertemu, dia membuang semua pertanyaan itu dan mengatakan: “Ini bukan raut wajah pendusta.”

Dan yang paling mewakili, adalah ungkapan Sayyiduna Hassan bin Tsabit:

لما رأيتُ أنواره سطعت • وضعتُ من خيفتى كفى على بَصرى

خوفاً على بصرى من حُسن صورته • فلستُ أنظره إلا على قَدرى

روحٌ من النور فى جسم من القمر • كحلية نُسجت من الأنجم الزهر

“Ketika aku melihat cahaya beliau muncul, aku langsung meletakkan tanganku di mataku
karena mengkhawatirkan mataku dari keindahan beliau, aku tidak bisa memandang beliau kecuali sesuai dengan kadar/posisiku. Ruh beliau dari cahaya dibungkus dalam tubuh dari rembulan, seperti hiasan yang ditenun dari bintang-bintang yang gemilang”

Maulana Syekh Ali Jum`ah hafizhahullah ditanya: “Bagaimana kalau seandainya anda berada di Madinah saat beliau datang?”

Maulana menjawab: “Aku akan berlari jauh untuk bersembunyi di belakang pohon kurma ataupun di belakang dinding, aku akan memandang dari kejauhan, karena pertemuan muka dengan beliau SAW hanya bisa dilakukan oleh mereka kaum yang sempurna, sementara aku tidak sampai ke tingkat itu”.

Al-Fatihah untuk Sayyidina Rasulillah SAW & para sahabat beliau yang diridhai Allah SWT.


Sumber: acara “as-Sirah Hayah” (Sirah adalah kehidupan)

Kontributor

  • Hilma Rosyida Ahmad

    Bernama lengkap Ustadzah Dr. Hilma Rasyida Ahmad. Menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Beliau juga salah satu murid Syekh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani asy-Syadzili.