Ketika duduk di teras istana, Khalifah al-Manshur melihat ada seseorang berjalan dengan perangai aneh. Setelah mengutus orang untuk mencari tahu keadaannya, ternyata dia sedang mengalami masalah berat dan tak tahu bagaimana menyelesaikannya. Laki-laki itu seorang pedagang yang berjualan ke luar daerah. Setiap keuntungan yang dia peroleh selalu dia bawa pulang dan diserahkan kepada istrinya.
Sekembalinya yang terakhir, istrinya bilang bahwa harta hasil jualanya raib dicuri. Namun ia tidak melihat ada tanda-tanda rumahnya kecurian. Tidak ada pintu yang rusak, tidak ada tanda jendela habis dibobol. Kondisi rumah mengisyaratkan keadaan dalam keadaan aman selama dia tidak ada.
Khalifah al-Manshur bertanya padanya, “Sejak kapan kamu menikah dengannya?”
“Sejak setahun yang lalu.” Jawab pedagang itu.
“Istrimu itu masih gadis atau sudah janda?”
“Sudah janda.”
“Apakah dia sudah mempunyai anak dari suami sebelumnya?”
“Tidak.”
“Dia masih muda atau sudah tua?”
“Masih muda.”
Baca juga: Nubuwat Tanah Merah dan Hari-hari Terakhir Khalifah Harun Ar-Rasyid
Kemudian, Khalifah al-Manshur mengambil sebotol minyak wangi yang sering ia gunakan. Harumnya menyengat dan jarang yang punya. Dengan maksud yang tidak diketahui pedagang itu, Khalifah menghadiahkannya kepadanya. Al-Manshur sengaja ingin terlihat sekedar menghibur ketika berpesan, “Pakailah minyak wangi ini. Kesedihanmu akan hilang olehnya.”
Setelah pedagang itu pergi, Khalifah al-Manshur memanggil empat orang kepercayaannya dan memberi mereka tugas, “Berjagalah masing-masing dari kalian di empat gerbang kota Baghdad. Bila ada yang melewatinya dan kalian dapati bau minyak wangi seperti ini padanya, bawa dia ke hadapanku!”
Sesampai di rumah, pedagang itu menyerahkan hadiah Khalifah kepada istrinya. Sekali menghirupnya, si istri langsung jatuh hati pada semerbak wanginya. Tanpa sepengetahuan suaminya, separuhnya ia berikan kepada seorang pria yang dia cintai. Kepada pria itulah, istrinya selama ini memberikan keuntungan dagang suaminya. Dia bilang padanya, “Pakailah minyak wangi ini. Amirul Mukminin menghadiahkannya kepada suamiku.”
Ketika sedang melewati salah satu gerbang kota, salah satu orang kepercayaan Khalifah al-Manshur mengendus bau minyak wangi tersebut. Pucuk dicinta ulam tiba. Laki-laki itu ditangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah.
Khalifah al-Manshur bertanya padanya, “Darimana kamu memperoleh minyak wangi ini? Baunya begitu aneh dan juga menarik.”
“Aku membelinya.” Kata pria itu.
“Darimana kamu membelinya?”
Pria itu langsung gagap. Semakin dia berdusta, semakin dia terjepit. Khalifah al-Manshur memanggil kepala polisi agar menginterogasinya lebih lanjut. “Jika dia mengaku dan menyerahkan sekian uang dinar, maka biarkan dia bebas!” Perintah Khalifah, “Jika dia tidak mengaku, lepas pakaiannya dan cambuk dia.”
Demi selamat, pria itu akhirnya mengaku dan menyerahkan sekian banyak uang yang selama ini diperoleh dari istri si pedagang.
Baca juga: Ketika Khalifah Al-Makmun Dibuat Ketawa oleh Nabi Palsu
Kemudian Khalifah al-Manshur mengundang pedagang tersebut ke istana. Khalifah berkata, “Seandainya aku mengembalikan uang dinarmu yang telah dicuri, apakah kamu bersedia apabila aku menjatuhkan keputusan menyangkut istrimu?”
“Tentu saja, Wahai Amirul mukminin.” Kata si pedagang.
“Ini uangmu.” Kata Khalifah, “Adapun istrimu, ceraikanlah!” Pedagang itu pulang dengah wajah berseri.
Setibanya di rumah, ia menceritakan kepadanya apa yang disampaikan khalifah kepadanya.