Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Nasehat Hasan Al-Bashri kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Avatar photo
22
×

Nasehat Hasan Al-Bashri kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Share this article

Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz mengirim sepucuk surat kepada seorang alim dari generasi tabi’in bernama Hasan al-Bashri. Di dalam surat itu, Khalifah meminta agar ulama zuhud itu berkenan menjelaskan sifat dan ciri-ciri pemimpin yang adil.

Kemudian Hasan al-Bashri membalas surat Khalifah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut:

Ketahuilah, wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah menjadikan pemimpin yang adil sebagai pelurus bagi setiap yang bengkok, pengendali bagi segala kebolehan, pembenah bagi tiap-tiap kerusakan, kekuatan bagi mereka yang lemah, keadilan bagi mereka yang teraniaya dan penolong bagi mereka yang terlantar.

Seorang pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, ibarat penggembala yang menyayangi hewan-hewan gembalaannya, mengantar mereka ke padang rumput terbaik, menjauhkan mereka dari marabahaya, dan melindungi mereka dari incaran binatang buas dan menjaga mereka dari kepanasan dan kedinginan.

Baca juga: Penerapan Manajemen Zakat Umar bin Abdul Aziz di Masa Corona

Pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, layaknya seorang ayah yang bijak terhadap anak-anaknya, yang menafkahi mereka semasa kecil dan membantu mereka kala beranjak dewasa, yang membanting tulang demi kebahagiaan mereka dan meninggalkan peninggalan yang berharga untuk mereka setelah tiada. Pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, bagaikan ibu penyayang yang mengasihi anaknya. Dia ikhlas mengandung dan melahirkan dengan susah payah, kemudian merawatnya.Seorang ibu siap terjaga di malam hari ketika buah hatinya tidak tidur dan baru tenang setelah anaknya terlelap. Dia akan menyusuinya sesekali dan menyapihnya di kali lain. Dia berbahagia apabila anaknya sehat serta sedih apabila anaknya sakit.

Pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, laksana wali pengayom anak-anak yakim dan pahlawan penolong bagi orang-orang miskin yang akan mendidik mereka semasa kecil dan melindungi mereka sewaktu tua.

Pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, bagaikan hati di antara kerangka tulang rusuk. Tulang rusuk itu akan sehat apabila hati sehat dan akan rusak jika hati rusak.

Pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, ialah orang yang berdiri di antara Allah dan hamba-Nya. Dia mendengar firman Allah kemudian menyampaikannya kepada rakyatnya. Dia patuh kepada perintah Allah kemudian mengajak rakyatnya supaya turut mematuhi-Nya.

Jangan sekali-sekali engkau, wahai Amirul Mukminin, dengan kuasa yang dikaruniakan Allah kepadamu,  menjadi seperti budak suruhan yang diberi amanah oleh tuannya untuk menjaga keluarga dan harta bendanya, kemudian dia berkhianat, menghabiskan harta majikannya, memiskinkan dan menelantarkan keluarganya.

Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah sesungguhnya Allah menurunkan sanksi-sanksi hudud karena Dia melarang manusia dari melakukan kejahatan dan perbuatan keji. Lantas bagaimana jika yang melakukan kejahatan itu justru orang yang seharusnya menjadi pelaksana hukuman?

Tuhan menurunkan hukum qishash sebagai jaminan kehidupan para hamba-Nya. Tetapi apa jadinya apabila mereka, para hamba itu, dibunuh oleh pemimpin yang seharusnya menjamin keselamatan kehidupan mereka dengan menerapkan hukum qishash?

Wahai Amirul Mukminin, ingat-ingatlah akan kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ingatlah akan sedikitnya pengikut dan penolongmu di hadapan kematian. Oleh karena itu, berbekallah dengan ketakutan terbesar untuk menyongsong saat itu tiba.

Wahai Amirul Mukminin, senantiasa ingatlah bahwa engkau akan punya kedudukan yang berbeda dengan kedudukan yang kamu tempati sekarang. Di dalam tempat barumu nanti itu, kamu akan berbaring sangat lama, kamu akan ditinggalkan oleh orang-orang yang kau cintai.

Mereka akan membaringkanmu di sana sendirian tak berkawan. Oleh karena itu, persiapkanlah bekal, maka bekal itu akan menemanimu di hari ketika seseorang melarikan diri dari saudaranya, ibu bapaknya, serta istri dan anak-anaknya.

Wahai Amirul Mukminin, jangan pernah engkau lupa, ketika orang-orang dibangkitkan dari dalam kubur dan apa yang tersimpan di dalam dada dikeluarkan, maka semua rahasia akan tersingkap dan buku catatan amal tidak melewatkan perkara kecil dan besar kecuali telah memperhitungkannya.

Maka sekarang, Wahai Amirul Mukminin, pada saat engkau masih ada waktu sebelum ajal tiba dan sudah tidak bisa lagi berharap, jangan engkau memimpin hamba-hamba Allah seperti kepemimpinan orang-orang dungu! Jangan engkau menggirim mereka di jalan yang dilalui orang-orang zhalim!

Dan jangan engkau mengangkat orang-orang sombong sebagai penguasa bagi orang-orang yang tidak berdaya karena mereka, menyangkut nasib seorang mukmin, tidak memelihara hubungan kekerabatan dan mengindahkan perjanjian sehingga kelak engkau akan kembali sambil memikul bebanmu sendiri ditambah beban-beban lain yang dijatuhkan pada pundakmu.

Jangan sampai engkau teperdaya oleh orang-orang yang berbahagia di atas penderitaanmu dan melahap kenikmatan-kenikmatan dunia mereka dengan melenyapkan kenikmatan akhiratmu!

Baca juga: Fenomena Ulama Muda, Definisi dan Siapa Saja Mereka?

Jangan melihat kemampuanmu hari ini tapi lihatlah kemampuan yang engkau punya esok hari ketika engkau tertawan dalam jaring-jaring kematian (sakaratul maut) dan diberdirikan di hadapan Allah dalam majlis pertemuan yang dihadiri malaikat, nabi dan rasul. Dan semua wajah tertunduk di hadapan Allah yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri.

Akhir kata, wahai Amirul Mukminin, walaupun nasehatku ini tidak sebaik dan setinggi nasehat orang-orang cerdik pandai sebelumku, namun surat ini kutulis dengan setulus hati dan sepenuh cinta sayaepadamu. Anggaplah surat yang kukirimkan kepadamu ini bagaikan orang yang tengah mengobati kekasihnya dan meminumkan obat-obatan pahit kepadanya dengan harapan agar orang yang dikasihinya sembuh dan sehat.

Semoga keselamatan senantiasa tercurahkan kepada Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.