Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Biografi Kiai Sholeh Darat; Ulama Inspiratif Asal Semarang

Avatar photo
84
×

Biografi Kiai Sholeh Darat; Ulama Inspiratif Asal Semarang

Share this article

Berbicara mengenai Pahlawan Nasioal dari kalangan santri, tentu nama KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan akan keluar sebagai daftar urutan pertama.  Dari keduanya inilah kemudian lahir organisasi sosial kemasyarakatan Islam berhaluan religius nasionalis terbesar seantero Tanah Air, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Kedua ormas ini tidak hanya berkembang di negeri sendiri, bahkan sudah merambah ke kancah internasional.  Mengutip dari situs NU Online, tercatat telah ada sekitar 25 lebih Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) maupun Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah ( PCIM) yang tersebar di lebih dari 30 negara.

Namun, dibalik kesuksesan dua tokoh diatas, ternyata terdapat sosok guru yang sangat berjasa terhadap keberhasilan kedua muridnya itu. Ya, ia adalah Kiai Sholeh Darat al-Samarani.

Lantas siapa sebenarnya sosok Kiai Sholeh Darat?

Kiai Sholeh Darat dilahirkan di Desa Kedung Jumbleng, Mayong, Jepara, Jawa  Tengah. Kiai yang memiliki nama lengkap Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani ini lahir pada tahun 1820 Masehi yang bertepatan dengan tahun meletusnya perang Jawa. Meski demikian, Kiai Sholeh Darat cukup beruntung karena ia adalah anak dari seorang tokoh pejuang kemerdekaan sekaligus ulama di wilayah Pantai Utara Jawa. (Amirul Ulum, KH Muhammad Sholeh Darat al-Samarani Maha Guru Ulama Nusantara, [Yogyakarta: Global Press, 2020] halaman 36).

Pendidikan Kiai Sholeh Darat

Masa kecil dan remaja Kiai Sholeh Darat dihabiskan untuk menimba ilmu agama dari sang ayah, seperti al-qur’an, tajwid, nahwu, shorof, akidah, akhlak, hadits dan fiqih. Baru setelah itu, ia melanjutkan rihlah ilmiahnya dengan melanglang buana ke berbagai pesantren di Jawa hingga Haramain. Karir keilmuannya terus melesat hingga menjadi pengajar di Masjidil Haram.

Pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke 20, banyak ulama tanah Jawa yang berhijrah ke Tanah Suci untuk belajar. Hal itu seakan sudah menjadi tradisi ulama Nusantara bahwa belajar ke Makkah adalah suatu keharusan, tak terkecuali Kiai Sholeh Darat yang menghabiskan waktu 45 tahun lamanya belajar di Haramain.

Seiring berjalannya waktu, putra Kiai Umar itu kemudian mendirikan pesantren kecil di daerah Darat, Semarang. Berkat kealiman dan keluasan ilmunya, banyak murid Kiai Sholeh Darat yang menjadi ulama dan tokoh berpengaruh. Tercatat, beberapa tokoh terkemuka Tanah Air pernah menimba ilmu kepada Kiai Sholeh Darat, diantaranya :

  1. KH. Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan (1258 H/1866 M – 1338 H/1920 M) lebih akrab dengan Syekh Mahfud at-Tarmasi seorang ahli Hadis, pengajar di Masjidil Haram.
  2. Kiai Abdul Syakur al-Syauda’i bin Kiai Muhsin Sarang Rembang.
  3. KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyyah (1868-1923 M).
  4. KH. Hasyim Asy’ari, (1871-1947 M) pendiri Nahdlatul Ulama, dan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
  5. KH. Dahlan dari Termas, (1329 H/1919 M), ahli falak yang kemudian hari diambil menantu Kiai Sholeh Darat.
  6. Kiai Amir dari Brebes (1357 H/1939 M) pendiri pondok pesantren di Simbang Kulon yang diambil menantu Kiai Sholeh Darat.
  7. Kiai Muhammad Munawwir, Pendiri Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
  8. Kiai Idris dari Solo (1341 H /W I927 M), yang menghidupkan kembali Pondok Pesantren Jamsaren yang didirikan oleh Kyai Jamsari, prajurit Diponegoro yang ditawan Belanda.
  9. Kiai Abdullah Sajad, pendiri Pesantren Sendangguwo
  10. Kiai Abdul Hamid, Kendal (1348 H/1930 M), pengarang kitab Al-Jawahir al-Asami fi Manaqibi Syekh Abdul Qadir al-Jilani.
  11. Kiai Sya’ban bin Hasan, Kampung Wot, Prau, Semarang (1364 H/W 946 M).
  12. Kiai Abdullah Bandungrejo, Mranggen, Demak.
  13. Kiai Tohir, penerus Pondok Pesantren Mangkang Wetan, Semarang.
  14. Kiai Sahli, salah seorang kyai di Kauman, Semarang.
  15. Kiai Dimyati dari Termas (1934 M) adik Syekh Mahfudz at-Tarmasi.
  16. Kiai Cholil Rembang.
  17. Kiai Ridwan bin Mujahid, Semarang. Pengarang kitab I’anah Al-‘Awafi Mufhimmati Syar’i Islam.
  18. Kiai Abdussamad Surakarta.
  19. Raden Ajeng Kartini. Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai pelopor emansipasi Wanita. (Ahmad Zainal Abidin, Thoriqul Aziz, Khazanah tafsir Nusantara para tokoh dan karya-karyanya, [Yogyakarta: ICRISoD, 2023] halaman 39).

Strategi Pegon

Selain dikenal sebagai tokoh yang menelurkan banyak ulama, Kiai Sholeh Darat juga seorang kiai yang produktif dan inovatif. Berkat karya tulisnya yang memakai aksara Arab Pegon Jawa, banyak masyarakat pribumi yang dapat memahami agama Islam dengan mudah. Aksara yang diperkirakan muncul pada abad ke 15 Masehi ini menjadi strategi yang dipilih Kiai Sholeh Darat dalam berdakwah dan menuangkan pemikirannya.

Pemilihan aksara Arab Pegon tentu merupakan ide yang sangat cemerlang. Kiai Sholeh Darat paham betul bagaimana situasi dan kondisi masyarakat Jawa pada waktu itu yang amat susah untuk belajar agama karena tidak mengerti bahasa Arab. Dalam kitabnya yang berjudul Al-Mursyid Al-Wajiz fii ‘ilm al-Qur’an al-Aziz, Kiai Sholeh Darat menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kedekatan dan keridhaan Allah tidak harus berbahasa Arab. (Aziz Masyhuri, 99 Kiai Kharismatik Indonesia, [Yogyakarta: Diva Press 2023]).

Kiai Sholeh Darat merasa prihatin dengan kondisi masyarakat Nusantara yang selalu tertindas oleh kaum  Kolonial. Ia mengajarkan jihad melalui pendekatan kultural apabila tidak mampu berjuang mengangkat senjata, dalam konteks ini adalah perjuangan melawan penjajah. Pemikiran inilah yang kemudian diikuti oleh mayoritas kaum santri pada generasi setelahnya.

Nasionalisme Kiai Sholeh Darat

Kiai Sholeh Darat menuangkan pemikirannya tentang nasionalisme dalam kitabnya yang berjudul Majmu’at asy-Syari’at al-Kafiyat li-al-Awwam. Selain Fiqih, kitab ini juga menyinggung banyak hal mengenai sikap nasionalisme, baik secara langsung maupun tersirat. Tujuan dari pemikirannya adalah untuk memberi pemahaman dan membebaskan kebodohan masyarakat  muslim Jawa akibat cengkraman kaum penjajah.

Kesimpulan

Kiai Sholeh Darat merupakan sosok kiai yang inspiratif. Di saat kondisi bangsa mengalami keterpurukan akibat cengkraman penjajah, Ia mampu menunjukkan kapabilitasnya dalam mendidik pribumi Jawa yang kosong dari nilai-nilai agama. Kehadirannya seakan menjadi angin segar bagi masyarakat Semarang dan sekitarnya yang ingin mengenal Islam meski tidak bisa berbahasa Arab. Metode brilian aksara Arab Pegon miliknya benar-benar mempermudah kaum pribumi yang ingin belajar Islam. Hampir semua karya Kiai Sholeh Darat berbahasa Jawa. Beliau menyebutnya dengan al-Lughah al-Mrikiyah atau bahasa penduduk setempat. Dengan begitu, Kiai Sholeh bisa mengedukasi orang-orang awam Jawa melalui pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk kitab-kitab berbahasa Jawa.

Kontributor