Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Cara Habib Ja’far Alkaff Sahabat Dekat Gus Dur Mencintai Indonesia

Avatar photo
25
×

Cara Habib Ja’far Alkaff Sahabat Dekat Gus Dur Mencintai Indonesia

Share this article

Gus Dur
memasuki salah satu Mall di Jakarta. Entah bertujuan apa gerangan ke Mall.
Boleh jadi mau ke Gramedia atau ke bagian pakaian. Secara tidak sengaja,
kebetulan, ada seseorang yang memanggil, “Gus..Gus Dur!!!..”

Merasa ada yang memanggil, Gus Dur pun menoleh ke arah orang
yang memanggilnya. Ternyata yang memanggil adalah orang yang sangat dikenal
oleh Gus Dur, yaitu Habib
Ja’far Alkaff
Kudus. Karena memang mereka berdua sahabat karib, atau bolo
plek
.

Gus Dur menghentikan langkahnya dan berbelok menuju dan
menghampiri Habib Ja’far Alkaff Kudus. Mereka berjabat tangan erat.
Masing-masing tanya kabar dan berbicara ringan. Ngobrol ngalor ngidul.

Tiba-tiba saja Habib Ja’far mengajak Gus Dur berkunjung ke
toko kaset. Ya toko kaset pita. Karena ini kisah jauh sebelum reformasi. Orba
sedang di atas puncak kekuasaan dan kekuatannya. Gus Dur masih Ketua PBNU.
Habib Ja’far tahu kalau Gus Dur suka musik. Gus Dur pun bersemangat mengikuti
ajakannya.

Sesampai di toko kaset. Habib Ja’far memborong kaset Obbie
Mesakh dan dihadiahkan kepada Gus Dur. Sambil memberikan kaset-kaset ke Gus
Dur, Habib Ja’far berkata,
Ini Gus kaset yang bagus
sekali
,” sembari menunjukkan kaset Obbie Mesakh.

Lanjut Habib Ja’far, Begini lagunya Gus.
SUNGGUH ANEH TAPI NYATA, ORANG BUTA JADI PRESIDEN,
dengan suara lantang dan dinyanyikan berkali-kali oleh beliau.

Syair itu gubahan atau plesetan Habib Ja’far dari sepenggal
syair “Sungguh aneh tapi nyata, tak kan terlupa..” yang
terdapat dalam lagu Kisah
Kasih di Sekolah, Obbie Mesakh yang
meluncur tahu 1987.

Tentu saja Habib Ja’far tidak berniat menghina dengan kata
“buta”. Akan tetapi Habib Ja’far sedang menyuarakan suara hatinya
yang jujur atas suatu misteri masa depan yang akan terjadi. Sebentuk menyibak
tabir dengan bahasa simbolik atau tanda yang menandai sesuatu yang dituju.

Gus Dur yang paham betul dengan sahabat karibnya itu, memilih tersenyum dan berterimakasih. Gus Dur paham bahwa
sahabatnya itu adalah kekasih Allah, wali, yang weruh sadurunge winara
(tahu sebelum kejadian). Barangkali inilah yang disebut la ya’rifu al-wali
illa al-wali
(tidak mengenal seorang wali, kecuali wali).

Beberapa tahun kemudian. Pak Harto lengser keprabon. Orba
runtuh. Reformasi meletus. Lagu Habib Ja’far gubahan dari lagu Obbie Mesakh
menjadi kenyataan: Gus Dur jadi Presiden Republik Indonesia.

Perlahan tapi pasti. Weruh sadurunge winara Habib
Ja’far dikenal publik. Dua pemilihan presiden, SBY dan Jokowi, membuktikan itu.
Habib Ja’far bersuara bahwa yang akan jadi SBY, ya betul SBY jadi Presiden 2
priode. Habib Ja’far bilang yang akan jadi Presiden adalah Jokowi, ya benar
Jokowi jadi Presiden 2 periode. Habib Ja’far dengan suara yang mantap
menyatakan, “Pak Jokowi dadi meneh. Ping pindo
(Pak Jokowi jadi lagi. 2 kali).

Kalau kita menyimak suaranya, sepertinya Habib Ja’far sangat
yakin dengan apa yang diucapkannya. Bahkan seakan sesuatu yang sedang dikatakan
adalah nyata dan hadir di depan mata. Padahal berisi sebuah prediksi masa depan
yang masih banyak kemungkinan yang akan terjadi. Sebab, seringkali beliau
mengatakannya berkali-kali. Jokowi Presiden. Jokowi dadi meneh
... Jokowi dadi meneh.

Habib Ja’far terkenal majdzub. Orang yang kesadarannya
ditarik dari kesadaran manusiawi ke kesadaran Ilahi. Karena memang jadzab arti
dasarnya tertarik. Sehingga gaya hidup dan pandangan hidupnya sering kali
berbeda dengan masyarakat umum. Kehidupan dan cara memandang sesuatu terlihat
anti mainstream, khawariq al-‘adat
(di
luar kebiasaan umum)
.

Mungkin bagi kita yang awam, kita hanya melihat fisiknya
Habib Ja’far. Rambut gondrong. Kumis tebal sampai menutupi bibirnya. Jenggot
panjang. Cambang tumbuh lebat. Kuku-kukunya yang panjang-panjang. Akan tetapi
fisiknya terlihat selalu bersih. Tapi kita tidak tahu gerak perubahan
substansial yang terjadi di alam spiritualitasnya yang dinamis dan dahsyat.

Ada satu hal yang bagi saya menarik dari pakaian Habib
Ja’far, yaitu konsisten menggunakan kopiah hitam. Bagi saya, Habib Ja’far
menggunakan kopiah hitam mengandung pesan simbolik kepada umat Islam. Kopiah
atau peci hitam merupakan simbol keshalihat keislaman yang bersinergi dengan
keshalihan kebangsaan. Mayoritas masyarakat muslim Indonesia menggunakan peci
hitam.

Peci hitam dipopulerkan oleh Bung Karno. Sehingga orang Mesir
menyebutnya qalansuwa Ahmad Soekarno. Disaat kita masih sekolah di
Mesir, ada salah satu teman yang menghadiahkan peci hitam pada salah satu
pemikir muslim Mesir. Dengan reflek sang pemikir berkata,
Qlansuwa Sorkarno. Rajulun kabir. (peci Soekrno. Orang besar).

Boleh dibilang, peci hitam sebentuk representasi nasionalisme
Indonesia. Habib Ja’far dengan sengaja sedang memberi pesan nasionalisme
sekaligus pesan Islam nusantara. Sebab, peci hitam sejatinya sudah ada dan
dipake kaum santri dan tukang sate jauh sebelum diviralkan oleh Bung Karno.
Sehingga Bung Karno menggunakan peci hitam sebagai representasi masyarakat
muslim Nusantara yang mencintai bangsanya (nasionalisme).

Peci hitam paling sederhana dan paling mudah untuk ditangkap
maknanya oleh semua masyarakat Indonesia. Habib Ja’far sangat mengerti itu.
Beliau tampil sebagai Habib yang nasionalis, mencintai tradisi, budaya, dan
simbol-simbol yang hidup di tengah-tengah masyarakat bangsa ini.

Selain Habib Ja’far Alkaff. Ada Habib Syaikhon yang terkenal
majdzub. Di kalangan para kiyai pun kita banyak mengenal kiyai-kiyai yang
majdzub atau jadzab.

Dalam kitab dan dalam pengalaman realitas bahwa jadzab itu
ada dua macam. Pertama, jadzab yang bersifat sementara alias berbatas waktu.
Ketika sedang jadzab, seseorang hidup anti manstream. Setelah move on dari
jadzabnya, ia kembali hidup seperti manusia pada umumnya. Kedua, jadzab yang
bersifat semi permanen sampai ajal menjemputnya.

Hari ini, 1 Januari 2021 Habib Ja’far Alkaff telah kembali ke
Haribaan-Nya. Meninggalkan alam fana, dan baqa bersama Kekasihnya, yaitu Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Kedua sahabat karib, Habib Ja’far dan Gus Dur, meninggalkan
alam fana ini hanya beda satu hari. Gus Dur wafat 30 Desember. Habib Ja’far 1
Januari.

Pesan substansial yang saya tangkap, bahwa betapa Habib
Ja’far Alkaff
sangat mencintai bangsa dan negara ini. Sehingga tak pernah
berhenti memikirkan dan mendoakan untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa ini.
Habib Ja’far adalah salah satu patok panceng dan rujukan bagi bangsa ini,
marja’, telah meninggalkan kita semua. Al
fatihah.

Kontributor

  • Mukti Ali Qusyairi

    Nama legkapnya KH. Mukti Ali Qusyairi, Lc. MA. lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Selain aktif menulis, mengajar dan mengisi kajian, juga menjabat sebagai Ketua LBM (Lajnah Bahtsul Masa'il) PWNU DKI Jakarta.