Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Grand Syekh Al-Azhar 2: Syekh Ibrahim Al-Barmawi dari Mazhab Syafi’i

Avatar photo
44
×

Grand Syekh Al-Azhar 2: Syekh Ibrahim Al-Barmawi dari Mazhab Syafi’i

Share this article

Dalam menyiarkan ajaran Islam wasathiyah, ulama Al-Azhar selalu mengutamakan prinsip-prinsip kebebasan berpendapat. Tidak ada seorang pun berhak menghalangi seseorang dari menyampaikan pendapatnya dan juga tidak seorang pun boleh dipaksa untuk mengamini pendapat yang lain. Salah satu ulama Al-Azhar yang getol menyuarakan hal ini adalah Syekh Ibrahim Al-Barmawi.

Beliau bernama lengkap Ibrahim bin Muhammad bin Syihabuddin bin Khalid. Sebutan Al-Barmawi dinisbatkan ke desa tempat beliau dilahirkan. Yaitu desa Barma yang terletak di Thantha, sebuah provinsi barat Mesir. Desa Barma dikenal telah melahirkan banyak sosok ulama terkemuka. Sehingga tidak heran, di Barma banyak majelis-majelis keilmuan yang mengkaji ilmu-ilmu syariat.

Suasana Desa Barma yang demikian lantas menjadi faktor utama yang mempengaruhi perkembangan keilmuan Syekh Ibrahim al-Barmawi kecil. Selain belajar ilmu bahasa dan ilmu syariat dasar kepada para ulama di Desa Barma—sebelum akhirnya beliau melanjutkan sekolah di  Al-Azhar, beliau pun berhasil menyelesaikan hafalan al-Quran 30 juz di desa itu saat usianya masih muda.

Jabatan Grand Syekh Al-Azhar

Dalam kitab Ajâibul Âtsâr, al-Jabarti menyebutkan bahwa Grand Syekh Al-Azhar kedua adalah Imam al-Nasyarti, pengarang kitab Kanzul Jauhar. Akan tetapi, jika ditelisik kembali kita akan menemukan bahwa Imam an-Nasyarti menduduki jabatan Grand Syekh Al-Azhar pada tahun 1106 H. Sedangkan Imam al-Kharasyi (Grand Syekh Pertama Al-Azhar) wafat pada tahun 1101 H. Sehingga bisa dipastikan bahwa sepeninggal Syekh al-Kharasyi, ada sosok yang menduduki jabatan Grand Syekh Al-Azhar sebelum Imam an-Nasyarti. Beliau tidak lain adalah Syekh Ibrahim al-Barmawi.

Hal ini juga dibenarkan oleh Syekh Rifa’ah Thahthawi. Pemikir terkemuka Mesir abad 20 itu menegaskan bahwa Imam an-Nasyarti adalah Grand Syekh Al-Azhar ketiga. Sedangkan yang kedua adalah Syekh Ibrahim al-Barmawi.

Ada yang unik dari terpilihnya Syekh Ibrahim al-Barmawi sebagai Grand Syekh Al-Azhar yang kedua. Beliau adalah ulama Syafi’i pertama yang menduduki jabatan tertinggi di institusi al-Azhar, setelah Syekh al-Kharasi yang bermazhab Maliki.

Sebagaimana yang kita tahu, Syekh al-Kharasi sebagai sosok ulama Malikiyah memiliki banyak teman dari kalangan mazhabnya. Di belakang beliau ada ratusan lebih ulama Malikiyah yang paham betul seluk beluk mazhab maliki. Bahkan setiap dari mereka sudah mencapai derajat mufti jika menilik kredibilitas keilmuannya. Melihat fakta ini ditambah pemilihan penerus Grand Syekh al-Azhar ada di tangan ulama mazhab yang berkuasa di al-Azhar saat itu,  menjadi hal yang menakjubkan bila Syekh Ibrahim al-Barmawi yang notabenenya bermazhab Syafi’i bisa menduduki jabatan Grand Syekh al-Azhar.

Meskipun bisa dikatakan bahwa saat itu ulama Malikiyah banyak mendominasi, akan tetapi melihat kealiman Syekh Ibrahim al-Barmawi yang begitu mencorong, ulama Syafai’iyah terus memperjuangkan beliau untuk bisa diangkat menjadi Grand Syekh al-Azhar. Sehingga saat itu terjadi perdebatan yang cukup sengit antara ulama Syafi’iyah dan ulama Malikiyah (yang merupakan teman serta murid-murid dari Syekh al-Kharasi). Sampai akhirnya terpilihlah Syekh Ibrahim al-Barmawi menjadi Grand Syekh al-Azhar yang kedua.

Guru Syekh Ibrahim al-Barmawi

Sebelum mengenyam pendidikan di Al-Azhar, Syekh Ibrahim al-Barmawi telah menyelami ilmu-ilmu agama bersama guru-gurunya di Desa Barma. Di antara guru beliau di kampung halamannya adalah Syekh Syamsuddin al-Barmawi dan Syekh Ali al-Barmawi.

Selama hidupnya, beliau juga berguru kepada Syekh Syams al-Syaubari, Syekh al-Mazzahi, Syekh al-Babli, dan Syekh al-Syabramalsi. Mereka semua merupakan ulama-ulama tersohor di zamannya.

Baca juga: Sejarah Jabatan Grand Syekh Al-Azhar

Syekh Ibrahim al-Barmawi juga berguru kepada Syekh Abu al-Abbas Syihabuddin Ahmad bin Ahmad bin Salamah al-Qalyubi, ulama besar Fikih Syafi’i di Mesir pada saat itu. Beliau sosok yang majelisnya selalu ramai dipenuhi para penuntut ilmu. Di antara karya fenomenal Syekh Syihabuddin al-Qalyubi yang hingga kini masih masif dipelajari oleh para pelajar adalah Hâsyiyatâ Qalyûbi wa Amîrah, Tuhfah al-Râghib, al-Hidâyah min al-Dhalâlah dan lain-lain.

Saat berguru kepada Syekh Syihabuddin al-Qalyubi, Syekh Ibrahim al-Barmawi berteman baik dengan Syekh al-Malihi. Di kemudian hari, Syekh al-Malihi menuliskan biografi teman karibnya tersebut. Beliau menceritakan di dalamnya kisah hidup Syekh Ibrahim al-Barmawi, pun mengulas keistimewan-keistimewaan Syekh Ibrahim al-Barmawi. Sayangnya, tulisan Syekh al-Malihi tersebut tidak sampai ke tangan kita.

Murid-murid Syekh Ibrahim al-Barmawi

Sebagai ulama senior mazhab Syafi’i saat itu, Syekh Ibrahim al-Barmawi menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar para pelajar di Masjid Al-Azhar.

Baca juga: Grand Syekh Al-Azhar 1: Imam al-Kharasyi yang Berjuluk Syeikhul Malikiyah

Salah seorang murid beliau yang amat jenius adalah Syekh Ibrahim bin Musa al-Fayumi. Di kemudian hari beliau menjabat sebagai Grand Syekh Al-Azhar keenam. Selain beliau, murid-murid Syekh Ibrahim al-Barmawi lainnya adalah Syekh al-‘Ajluni dan Syekh Ali bin al-Marhumi.

Kitab Karya Syekh Ibrahim al-Barmawi

Syekh Ibrahim al-Barmawi meninggalkan karya-karya tulisan dari berbagai disiplin keilmuan; hadits, fikih Syafi’i, ilmu warits, dan tasawuf.

Berikut kitab-kitab karangan beliau:

1. Hâsyiyah ‘ala Syarh al-Qarrâfi li mandzûmah ibn Farh al-Asybîli tentang ilmu hadits.

2. Hâsyiyah ‘ala Syarh ibn Qâsim tentang Fikih Syafi’i.

3. Risâlah fî Ahkâm al-qaul tentang Fikih Syafi’I (najis mughalazhah anjing dan babi).

4. Hâsyiyah ‘ala Syarh al-Sibth ‘ala al-Ruhbiyyah fi al-Farâidh tentang ilmu waris.

5. Al-Mîtsâq wa al-‘Ahd fi Man Takallama fi al-Mahdi tentang tasawuf.

6. Risâlah fi al-Dalâil al-Wâdhihât fi Itsbât al-Karâmah wa al-Tawassul bi al-Auliyâ’ ba’d al-Mamât tentang tasawuf (karamah dan tawasul).

Wafat

Sampai sebelum menjabat sebagai Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ibrahim al-Barmawi hampir tidak pernah absen dari majelisnya bersama para penuntut ilmu di Masjid Al-Azhar.

Tidak berselang lama dari menduduki jabatan sebagai Grand Syekh Al-Azhar pada 1101 H (1690 M), pada tahun 1106 H (1695 M) beliau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Sangat singkat dalam hitungan tahun, akan tetapi kehadiran beliau terasa begitu kuat dan melekat di hati para pelajar. Sebab karya-karya yang dituliskan untuk mereka, serta keistikamahan beliau saat mengajar di Masjid Al-Azhar di berbagai disiplin ilmu, terutama fikih Syafi’i.

Mendengar kabar wafatnya Syekh Ibrahim al-Barwami, saat itu orang-orang berbondong-bondong menghampiri rumah beliau untuk bisa turut mengantarkan ke persinggahan terakhir. Kepergian beliau membuat masyarakat Mesir dari berbagai kalangan—tidak hanya para syekh dan pelajar Al-Azhar—merasakan kehilangan yang sangat mendalam.

Kontributor

  • Tanzila Feby Nur Aini

    Alumni Pondok Pesantren Denanyar, Jombang. Sekarang Mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo Jurusan Aqidah dan Filsafat. Menyukai kajian Ulumul Quran dan pemikiran Islam.