Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Mengenal Imam Ath-Thabari, Sosok Mufassir Polimatik

Avatar photo
33
×

Mengenal Imam Ath-Thabari, Sosok Mufassir Polimatik

Share this article

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Ath-Thabari adalah seorang mufassir dan sejarahwan polimatik. Beliau dilahirkan di kota Amil, Tabaristan pada akhir tahun 224 hijriyah. Beliau mulai menghafal Al-Qur’an sejak kecil, dan mendapatkan perhatian serius dari orang tuanya.

Pada waktu itu, kota Baghdad adalah sentral dunia Islam Arab, juga tempat berkumpulnya ilmu dan ulama. Imam Ath-Thabari melalang buana ke sana untuk mencari ilmu, karena tidak mungkin seseorang mendapatkan ilmu tanpa langsung bertatapan langsung dengan para guru. Beliau rihlah ke Baghdad untuk mendengarkan secara langsung di depan para ulama besar.

Di Baghdad ada sosok Imam Ahmad bin Hambal. Namun Ath-Thabari kurang beruntung. Beliau datang belum lama setelah Imam Ahmad wafat. Tetapi beliau tidak putus asa.

Manuskrip Tafsir Ath-Thabari

Ath-Thabari tetap teguh mencari ilmu dengan cara mempelajari kitab-kitab Imam Ahmad lewat para masyayikh yang ada di sana. Seperti Muhammad bin Abdul Malik bin Abi Syawarib, Ishaq bin Abi Israil, Ahmad bin Mani’ Al-Baghowi, Muhammad bin Hamid Ar-Rozi, Ya’qub bin Ibrahim Ad-dhauraqi, Umar bin Ali Al-Falasi, Sufyan bin Waqi’, dan lain-lain.

Ibnu Jarir Ath-Thabari memiliki banyak karangan, yang terkenal adalah karangan kitab tafsirnya yang berjudul Jami’ul Bayan ‘an Takwili ay al-Quran dan kitab sejarahnya, Tarikh ar-Rusul wa al-muluk. Tafsirnya terkenal dengan nama Tafsir-Ath Thabari dengan tebal sebanyak 12 jilid (dalam cetakan lain sampai 13).

Baca juga: Imam Muslim, Ulama Kaya Raya Dedikasikan Hidup untuk Ilmu dan Hadits

Dalam tafsir ini, banyak terdapat statemen dari para ulama salafus shalehyang dikutip Ath-Thabari dengan sanad yang jelas. Beliau juga tidak menyebutkan perkara-perkara bid’ah di sana dan juga tidak menukil dari orang yang dicurigai seperti Ibnu Bukair. Tafsir At-Thabari, salah satu kitab tafsir monumental dalam sejarah Islam. Banyak ulama memberikan pendapat dan apresiasi tentang keistimewaan dan kelebihan kitab tafsir ini. Di antara para ulama yang memuji karya ini adalah:

Imam Jalaluddin As-Suyuthi

انه من اجل التفاسير و اعظمعا, فانه يتعرض بتوجيه الاقوال و توجيه بعضها على بعض و الاعراب و  الاستنباط فهو يفوق بذلك على الفاسير الاقدمينز

Tafsir Ath-Thabari termasuk di antara tafsir yang paling bagus dan agung,  karena memberikan penjelasan dengan pendapat-pendapat dari beberapa perspektif, dari segi i’rab, dan istinbat. Tafsir ini mengungguli karangan-karangan tafsir yang telah ada.

Imam An-Nawawi

اجمعت الامة على انه لم يصنف مثل التفسير الطبريز

Umat bersepakat bahwa mereka tidak bisa mengarang kitab semisal Tafsir Ath-Thabari.

Imam Abu Hamid Al-Isroyini

لو كان رجل سافر الى الصين حتى يحصل على كتاب تفسير محمد بن جرير لم يكن بذلك كثيرا

Jika ada seorang lelaki yang pergi ke Cina sampai dapat menghasilkan (seperti) kitab tafsir Ibnu Jarir, maka itu tidaklah cukup.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah

و اما التفاسير التى في ايدي الناس فأصحها تفسير بن جرير

Dari semua tafsir yang ada di tengah-tengah umat, yang paling kredibel adalah tafsir Ibnu Jarir.

Awal Penulisan Tafsir Ath-Thabari

Abu Ja’far Ath-Thabari mengarang kitab tafsir ini selama 7 tahun. Beliau mengarangnya di kota Baghdad dari tahun 283 H sampai 290 H. Beliau berkata telah memikirkan hal ini pada saat beliau masih kecil. Beliau shalat istikharah mengenai apa yang akan dilakukannya dalam mengarang tafsir ini dan meminta petunjuk atas apa yang sudah beliau niatkan sejak 30 tahun yang. Lalu Allah mengabulkan dan menuntun.

Tafsir Ath-Thabari, karya monumenal Ibnu Jarir

Ternyata Imam Ath-Thabari memiliki kemampuan tinggi dalam mengarang kitab tafsir tersebut. Di dalamnya pun termuat berbagai ilmu pengetahuan. Beliau sempat bertanya pada sahabatnya, “Bukankah kalian memiliki semangat dalam menafsirkan Al-Qur’an?”

Mereka menjawab, “Berapa lembar jumlahnya?”

Lalu dijawab oleh Ath-Thabari, “Sebanyak 30.000 lembar.”

Mereka menimpali, “Maka akan habis umur kami sebelum kami merampungkannya.”

Maka mereka pun meringkasnya menjadi 3000 lembar. Sedangkan Imam Abu Muhammad Abdul Aziz Ath-Thabari mengatakan bahwa dirinya melihat naskah tafsir tersebut di Baghdad sebanyak 4000 lembar.

Baca juga: Persekusi Syekh Ali Jaber dan Sejarah yang Terus Berulang

Begitulah sekilas mengenai Imam Ath-Thabari dan karangan tafsirnya yang masyhur bernama Jami’ul Bayan ‘an Takwili ay al-Quran. Para mufassir lainnya menaruh hormat padanya, juga para mufassir setelahnya. Kitab tafsir ini tentu menjadi rujukan bagi para mufassir sesudahnya dalam menafsirkan Al-Qur’an.

Kontributor

  • Grand Colin Amdhana Priin Putra

    Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir, Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat. Asal dari Gresik Jawa Timur. Mengaku memiliki hobi membaca dan menulis.