Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Menziarahi Makam Syaikh Abu Hamid al-Qandali di Kendal Jawa Tengah

Avatar photo
23
×

Menziarahi Makam Syaikh Abu Hamid al-Qandali di Kendal Jawa Tengah

Share this article

Risalah Rihlah Kendal, Jawa Tengah (2): Makam Abû
Hâmid al-Qandâlî (Wali Hadi Kendal, w. 1930), pengarang kitab “al-Salsal
al-Madkhal fî ‘Ilm al-Sharaf” yang mendunia.

Di antara
ulama besar asal Nusantara yang menulis karya dalam bahasa Arab dan dicetak di
Timur Tengah pada akhir abad ke-19 adalah Syaikh Abû Hâmid b. al-Qâdhî Muhammad
Ilyâs al-Qandalî al-Jâwî, atau yang dikenal dengan nama Wali Hadi Kendal (w.
1930).

Merujuk
pada nisbat yang terdapat pada akhir namanya, yaitu al-Qandalî, sosok Syaikh
Abû Hâmid atau Wali Hadi berasal dari daerah Kendal, Jawa Tengah. Adapun judul
kitab karya beliau yang dimaksud adalah “al-Salsal al-Madkhal fî ‘Ilm
al-Sharaf” dalam bidang kajian ilmu morfologi Arab (ilmu sharaf).

Dalam buku
“Mekka” yang ditulis oleh Snouck Hurgronje (1888), disebutkan jika sosok Wali
Hadi Kendal menjadi representasi wilayah Jawa Tengah sebagai salah satu daerah
di Nusantara yang memasok para ulama besar yang punya pengaruh di Makkah pada
akhir abad ke-19 M. Selain Wali Hadi, sosok ulama asal Jawa Tengah lainnya yang
dimention oleh Snouck adalah Syaikh Ma’shum b. Sâlim al-Samarânî asal Semarang
(pengarang kitab Hâsyiah Tasywîq al-Khallân ‘alâ Syarah al-Âjurûmiyyah), juga
Syaikh Muhammad Shâlih b. ‘Umar al-Samarânî atau yang dikenal dengan Syaikh
Soleh Darat.

Snouck juga
menyebut jika kitab “al-Salsal al-Madkhal” karya Wali Hadi Kendal tersebut
telah dicetak pada tahun 1885. Kemungkinan kitab tersebut dicetak di Makkah
oleh al-Mathba’ah al-Mîriyyah al-Kâ’inah bi Makkah al-Mahmiyyah, sebuah
percetakan resmi milik pemerintahan Turki Usmani. Snouck menulis:

أما منطقة قندال فيبرز دورها العلمي أيضا
من خلال كتاب أبي حامد محمد في علم التصوف والنحو، والذي طبع في عام 1885

(Adapun
daerah Kendal, maka peran intelektualnya juga tampak pada dua buah kitab
karangan Abû Hâmid Muhammad dalam bidang ilmu tasawuf dan tata bahasa Arab,
yang dicetak pada tahun 1885)

Di Timur
Tengah, kitab “al-Salsal” karya Wali Hadi Kendal ini bukan hanya dicetak di
Makkah (Hijaz) saja. Kitab tersebut juga tercatat pernah dicetak di Kairo
(Mesir) oleh Maktabah Dâr Ihyâ al-Kutub al-‘Arabiyyah (‘îsâ al-Bâbî al-Halabî)
pada awal abad ke-20. Pada versi cetakan tersebut, terdapat taqrîzh (endorsement)
dari tiga ulama besar Makkah yang menjadi mahaguru ulama Nusantara pada
masanya, yaitu Syaikh ‘Abd al-Hamîd b. ‘Alî Quds al-Makkî (w. 1913) yang
terletak di halaman depan, juga dari Syaikh Abû Bakar Muhammad Syathâ
al-Dimyâthî (Sayyid Bakri, w. 1893), serta Syaikh Ja’far al-Nabi yang terletak
di halaman belakang. Sayyid Bakri menulis:

وبعد:  فيقول خادم طلبة العلم بالسمجد الحرام كثير
الذنوب والآثام راجي العفو والغفران من ربه ذي العطا أبو بكر بن المرحوم محمد شطا.
قد اطلعت على كتاب السلسل المدخل في علم الصرف تأليف النبيل الفاضل واللوذعي
الكامل الشيخ أبي حامد محمد بن القاضي محمد إلياس القندلي، فوجدته في غاية الضبط
كأنه لآل في سمط، قد جمع في علم الصرف شوارده وقيد بأوتاد التحبير أوابده. فهو حرى
بأن يقرأ ويدرس وحقيق على أن لا يعفى ويدرس. فجزى الله مؤلفه كل خير وحرسه من كل
سوء وضير

(Wa ba’d.
Berkatalah seorang pelayan bagi para penuntut ilmu di Masjidil Haram, seorang
yang banyak dosa dan kesalahan, seorang yang mengharapkan pengampunan dari
Tuhannya Dzat yang Maha Memberi, yaitu Abu Bakar putra almarhum Muhammad
Syatha. Saya telah memeriksa kitab as-Salsal al-Madkhal fi ‘Ilmis Sharaf
karangan seorang yang cerdas dan pemilik keutamaan, seorang yang jenius dan
pemilik kesempurnaan, Syaikh Abu Hamid Muhammad putra al-Qadhi Muhammad Ilyas
al-Qandali. Saya mendapatkan kitab ini sangat luar biasa. Kitab ini seumpama
intan manik dalam untaian. Di dalamnya terhimpun kajian-kajian ilmu sharaf yang
terpenting yang semula tercecer, menghimpunkan hal-hal yang luput dari kajian
ilmu sharaf itu dengan keluasan ilmu pengaranganya. Kitab ini sangat penting
untuk ditelaah dan dipelajari, tidak boleh terlewatkan dan harus diajarkan.
Semoga Allah membalas pengarangnya dengan segala kebaikan, dan menjaganya dari
segala keburukan)

Menariknya,
salah satu cucu dari Abû Bakar Syathâ al-Dimyâthî al-Makkî ini ada yang
berhijrah dari Makkah ke Kendal. Nama sang cucu itu adalah Sayyid Bakûr b.
Ahmad b. Abû Bakar Syathâ al-Dimyâthî yang wafat dan dimakamkan di Kaliwungu,
Kendal pada tahun 1965.

* * *

Meski kitab
karya Wali Hadi ini tersohor di Timur Tengah, sayangnya saya tidak banyak
mendapatkan limpahan data dan informasi terkait biografi dan kiprah intelektual
Wali Hadi di Nusantara. Sebatas yang saya ketahui, Wali Hadi ini adalah seorang
pengajar di masjid agung Kendal. Ayah beliau, yaitu Syaikh Muhammad Ilyas,
adalah penghulu besar Kendal pada masanya. Wali Hadi wafat di Kendal pada tahun
1930 dan dimakamkan di kompleks pemakaman para ulama di depan Masjid Agung
Kendal.

Daerah
Kendal memiliki tradisi intelektual Islam yang sangat kaya dan lama. Salah satu
tokoh terkenal dalam sejarah Islam di Kendal adalah Syaikh Asy’ari yang wafat
dan dimakamkan di distrik Kaliwungu pada awal abad ke-19 M. Di Kendal juga,
pada abad ke-19, telah terdapat banyak lembaga pendidikan Islam tradisional yang
terbilang mapan. Potret kemapanan tradisi intelektual Islam di yang berkembang
Kendal pada kurun masa tersebut tercermin, misalnya, dalam laporan yang ditulis
pada 1886 oleh seorang pensiunan pejabat kolonial Belanda bernama W.E. Bergsma.
Laporan tersebut selain meliputi daerah Kendal, juga mencakup daerah Tegalsari
di Ponorogo (Laffan: 2015, 163-4). Disebutkan di sana, bahwa kitab-kitab yang
dijadikan bahan acuan kajian-kajian keislaman di Kendal mencakup yang berbahasa
Arab, Jawa dan Melayu.

Pada hari Selasa
(23/2) yang lalu, saya berkesempatan menziarahi makam Wali Hadi di kompleks
Masjid Agung Kendal. Di sana dimakamkan juga ayah beliau, yaitu Syaikh Muhammad
Ilyas (w. 1300 H/1883 M), juga ibu beliau, yaitu Raden Ayu Halimah (w.
1311/1894 M). Di sampingnya lagi, terdapat juga makam Syaikh Abu Syuja’, yang
tak lain adalah kakek dari Kiyai Ahmad Rifa’i Kalisalak (w. 1875).


Ziarah
tersebut dilakukan bersama para kiyai Muda Nusantara pegiat literasi dan
pelestari karya ulama Nusantara, yaitu Kiyai Usman Hasan dari Lajnah Turats
Ilmi Syaikhona Bangkalan (Madura, Jawa Timur), Kiyai Nanal Ainal Fauz dari
Turats Ulama Nusantara (Pati, Jawa Tengah), Kiyai Tubagus Bakri dan Kiyai
Syafiq Ainurridho dari Komunitas Pecinta Karya Ulama dan Manuskrip atau
KOPIKUMANIS (Kaliwungu, Jawa Tengah) Kiyai Asep Abdul Qadir Jaelani dan Kiyai
Ahmad Qusyairi dari Dâr al-Fâdânî (Bogor, Jawa Barat), Ustadz Mabda Dzikara
dari Sanad Media (Jakarta) dan lain-lain.

Wallahu
A’lam.

Kendal-Bogor,
Rajab 1442 H/Februari-Maret 2021
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

Kontributor

  • A. Ginanjar Syaban

    Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.