Nama lengkap sahabat
Nabi ini adalah Abu Muhammad Rawahah bin Tsa’labah bin Umrul Qais bin Amr bin
Umrul Qais bin Malik al-Aghar al-Anshari. Dia berasal dari kabilah Khazraj
Madinah. Dia tercatat sebagai salah satu tokoh penyair Islam yang memuji dan
membela Rasulullah SAW.
Bait syair-syair Abdullah
bin Rawahah menjadi perisai yang menangkit celaan dan cemoohan orang-orang
musyrik yang menghina Nabi Muhammad. Keahliah bersyairnya sudah menonjol pada
masa jahiliyah. Sesudah masuk Islam, dia memanfaatkan kemampuan berpuisinya
untuk mengangkat harkat agama Islam dan membela Rasulullah. Nabi pun suka dan
menyenangi syair-syair gubahannya.
Abdullah bin Rawahah
adalah saudara laki-laki sahabat Abu Darda dan paman dari sahabat an-Nu’man bin
Basyir, yang kelak menjadi salah satu panglima perang pada era kekhalifahan
Umawiyah.
Sejarah Islam
mencatat bahwa Abdullah bin Rawahah termasuk dari dua belas perwakilan kau
Anshar Madinah yang menyatakan baiat sumpah setia sebelum hijrah. Dia memiliki
andil peran dalam menyebarkan Islam ke Madinah.
Abdullah bin Rawahah
mengikut banyak perang bersama Nabi Muhammad SAW. Perang-perang besar seperti
Perang Badar dan Khandaq pernah diikutinya. Dia wafat pada Perang Mu’tah tahun
629 M. Mendengar dia gugur di medan tempur, Nabi memanjatkan doa untuknya, “Semoga
Allah merahmati Abdullah bin Rawahah, sungguh dia mencintai majelis yang para
malaikat berlomba-lomba di dalamnya.”
Salah satu kasidah
pujian Abdullah bin Rawahan untuk Rasulullah adalah:
أنت الرسول فمن يحرم نوافله والوجه منه فقد أزرى به القدر
Engkau Sang Utusan sesiapa menolak
kemurahannya
Dan berpaling dari wajahnya, pasti akan dihinakan
takdir
Diriwayatkan bahwa Abdullah
bin Rawahah sangat sedih mendengar turun ayat yang menyebut sosok penyair secar
negatif. “Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang
sesat.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 224)
Akan tetapi dirinya
lantas terhibur manakala turun ayat lain yang menepis kesedihannya:
“Kecuali
orang-orang (penyair) yang beriman, beramal saleh, banyak mengingat Allah, dan mendapat
kemenangan sesudah menderita kezaliman.” (QS Asy-Syu’ara [26]: 227)
Maksudnya, kalangan
penyair yang mengikuti tuntunan dan petunjuk ketuhanan serta berbuat kebaikan sehingga
tercetak kepribadian yang luhur dalam diri mereka, dan dengan khusyuk selalu
mengingat Allah hingga lahir rasa takut kepada Tuhan, adalah penyair-penyair
yang memfungsikan syairnya sebagai sarana untuk membela Islam dan
mempertahankan kebenaran pada saat kebenaran dihinakan.
Simak kisah
selengkapnya sahabat Abdullah bin Rawahah
dalam ceramah Syekh Ali Jum’ah berikut: