Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Karamah Imam an-Nawawi, ulama besar mazhab Syafi’i

Avatar photo
74
×

Karamah Imam an-Nawawi, ulama besar mazhab Syafi’i

Share this article

Imam Ibnu al-Attar (murid Imam Nawawi) menceritakan bahwa Syekh Abul Qosim al-Mizzi menyampaikan kepadanya bahwa suatu malam beliau bermimpi melihat banyak bendera dikibarkan dan gendang-gendang yang dipukul.

Kemudian Abul Qosim al-Mizzi beliau bertanya, “Apa ini?”

Kemudian dijawab:

الليلة قُطِّبَ يحيى النووي

“Malam ini, Yahya An-Nawawi diangkat menjadi wali qutub.”

Syekh Al-Mizzi melanjutkan, “Kemudian aku terbangun. Aku tidak tahu siapa Yahya An-Nawawi dan belum pernah mendengarnya. Hingga suatu saat aku pergi ke Damaskus karena sebuah hajat, dan bertanya tentang nama itu. Orang-orang menjawabku bahwa Yahya An-Nawawi adalah guru besar di Darul Hadits dan sekarang beliau sedang duduk di sana. Kemudian aku masuk, tatkala Imam an-Nawawi melihatku, beliau bangkit dari duduknya dan mengarah kepadaku. Beliau mengatakan,

اكتم ما معك ولا تحدث به أحد

“Sembunyikan apa yang kamu lihat dan jangan ceritakan kepada siapapun!” Kemudian beliau balik ke tempat duduk semula.

Sangat masyhur di kalangan para ulama bahwa selain seorang yang alim dan faqih, Imam an-Nawawi juga adalah seorang wali Allah yang sangat zuhud dan warak.

Di antara karamah Imam an-Nawawi

1. Imam as-Suyuthi menukil kisah dari Syekh Syamsuddin Al-Aizari bahwa penjaga gerbang madrasah Rawahiyyah (di Damaskus) bercerita:

“Suatu malam saya melihat Imam an-Nawawi hendak keluar madrasah. Kemudian saya membuntuti beliau dari belakang. Anehnya gerbang madrasah terbuka untuk Imam an-Nawawi padahal beliau tidak membawa kuncinya.

“Beliau pun keluar dan saya berjalan bersamanya beberapa langkah. Tiba-tiba kami berada di Mekkah. Imam Nawawi kemudian berihram, tawaf, dan sa’i hingga pertengahan malam, setelah itu beliau balik dan saya masih berjalan di belakangnya, tiba-tiba kami kembali di Rawahiyyah.

)المنهاج السوي في ترجمة الإمام النووي للسيوطي، ٤٧(

2. Imam Qolyubi menulis dalam Hasyiahnya atas Syarah Mahalli bahwa di antara karamah Imam an-Nawawi adalah telunjuk beliau bersinar saat menulis ketika penerang beliau habis.

)حاشية قليوبي، ٧٠(

Dan masih banyak lagi, tapi karamah beliau yang terbesar adalah diterimanya setiap karangan beliau oleh umat dari masa ke masa, dari matan yang terkecil sampai karangan beliau yang berjilid-jilid.

Kita bisa saksikan, hampir setiap majelis ada kajian Riyadhus Sholihin, hampir setiap pelajar menghafal hadits Arbain. Bahkan hampir setiap syekh punya karangan syarah hadits Arbain. Hampir setiap penghafal al-Quran mengkaji At-Tibyan. Hampir setiap madrasah menjadikan Minhajut Tholibin sebagai kurikulum fikihnya, dll.

Imam adz-Dzahabi mengatakan,

ليتني أعلم ما فعل النووي مع الله تعالى حتى كانت له هذه المكانة والقبول

“Seandainya saya tahu apa amalan Imam an-Nawawi sehingga ia memperoleh derajat dan penerimaan seperti ini.”

Murid terdekat Imam an-Nawawi, Imam Ibnu al-Attar pernah berkata:

وجرى لي معه وقائع، ورأيت منه أمورا تحتمل مجلدات

“Banyak kejadian hebat yang saya alami bersama beliau. Saya melihat dari beliau hal-hal (luar biasa) yang jika ditulis bisa sampai berjilid-jilid.”

Kontributor

  • Amru Hamdany

    Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah, Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Asal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suka mengkaji fikih.