Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Muslihat Syekh Sya’rawi Supaya Gagal Masuk Al-Azhar

Avatar photo
47
×

Muslihat Syekh Sya’rawi Supaya Gagal Masuk Al-Azhar

Share this article

Imajinasi anak udik Daqadus Sya’rawi kecil hanya kelak ingin menjadi petani, tapi ayahnya ingin ia masuk Al-Azhar. Berbagai muslihat ia gunakan supaya tak masuk Al-Azhar.

Sebelum tes masuk SD Al-Azhar di Zaqaziq Prov, syarqiyah, ia memasukkan debu ke matanya supaya ruam dan sakit. Tujuannya ketika tes kesehatan, ia gagal masuk sekolah.

Bahkan ia merencakan hal yang mengerikan. Dia memasukkan sambal ke matanya supaya tak sehat secara medis sehingga gagal masuk sekolah. Untungnya ia tak melalukan rencana kedua, sebab akan sia-sia belaka sebab Al-Azhar nyatanya menerima anak tunanetera. 

Tak hanya itu, anak kecil yang sudah hafal al-Quran sejak belia itu ketika dites hafalan al-Qurannya, sengaja membaca ayat-ayat dengan keliru. Tapi masyayikh penyelenggara pendaftaran paham betul. Dari pelafalan yang fasih ia bukan orang yang tak hafal al-Quran, tapi sengaja membaca dengan keliru.

Setelah dilaporkan ke ayahnya yang sedang menunggu di luar kelas, syekh penguji di SD Zaqaziq itu berkata, “Permisi, Pak, anak Anda tak hafal al-Quran.”

Ayahnya terheran. Pasti anaknya berulah lagi. Setelah beberapa saat bicara secara personal, Sya’rawi kecil akhirnya melewati ujian hafalan al-Quran dengan lancar. 

“Sebenarnya saya paham sejak awal kalau kamu hafal al-Quran. Kesalahan tadi yang kamu buat memang kamu sengaja. Bahkan kalau saja kamu tak hapal sekalipun, tetap saja saya terima masuk di Al-Azhar,” kata syekh yang menguji hafalan al-Quran sebagaimana dikutip oleh Muhammad Mahjub Hasan dalam Asy-Syeikh Asy-Sya’rawi Minal Qaryah ilal ‘Alamiyah. 

Bahkan saat kelas 3 SD Al-Azhar ia tetap tak mengubah ambisi awalnya. Jadi petani masih saja menjadi ambisi besarnya. 

Ia membuat muslihat lagi. Ia sekongkol dengan salah satu maktabah (toko buku) bahwa nanti Selasa kalau bapaknya menyambanginya, ia akan ke maktabah membawa senarai judul kitab-kitab turats berjilid-jilid yang hendak dibeli. Ia mengklaim bahwa judul kitab yang disenaraikan adalah kitab pegangan wajib sekolah. Tujuannya tak lain adalah supaya ayahnya kaget dengan diktat sekolah yang sebanyak itu, sehingga ia tak mampu membelikan, lalu keluarlah Sya’rawi dari Al-Azhar dengan mulus. 

Naas. Ayahnya tahu dan paham betul kalau kitab-kitab itu memang bukan diktat sekolah. “Amin [di keluarga dan kampungnya ia dipanggil Amin] anakku, jangan kira aku tak paham kalau kitab-kitab itu bukan diktat sekolah. Aku paham betul. Aku berharap semoga Allah memberikan manfaat isi kitab-kitab itu dengan baik kepadamu.”

Kejadian itulah terminal pemberhentian ambisi Sya’rawi menjadi petani. Ia telah menghabiskan banyak uang buat muslihatnya. Dan gagal. Ia yakin kabar ia memborong banyak kitab di masa Sekolah Dasar itu akan segera sampai ke telinga orang-orang kampungnya. Kalau ia balik kampung saat liburan nanti, ia bakal jadi olok-olok orang sebab membeli banyak kitab hanya buat muslihat saja. 

Ia segera membuat senarai kitab-kitab yang dibelikan ayahnya. Membacanya dengan baik satu persatu. Setidaknya secara global. Setidaknya tahu kitab apa yang ia beli. 

Betul. Saat balik kampung. Masyayikh di kampungnya bertanya pada Sya’rawi dengan nada mengejek. “Kamu itu loh, kok bisa-bisanya beli kitab seharga beli kerbau. Jangan-jangan kamu jual lagi.” 

Ia kaget dengan ucapan itu meski sudah dibayangkan bakal terjadi. Sebab belanja kitab dengan bujet yang sebesar itu jelas tak masuk akal. Apalagi ia masuk anak-anak. 

“Tidak, Tuan, kitab-kitab itu saya baca. Saya pelajari,” terang anak yang kelak jadi Menteri Agama Mesir itu.

Dia lalu menceritakan judul-judul kitab yang dibelikan ayahnya. Penulisnya, juga isi globalnya. 

Ayahnya melihat itu amat bahagia. Anak yang berkali-kali melakukan muslihat agal gagal masuk Al-Azhar itu sudah berubah. Ia nampak telah mantap melupakan ambisi menjadi petani, dan menghadap ambisi baru menjadi ulama. 

Gamaleya, 10 Des 2021

Kontributor

  • Alfan Khumaidi

    Alumni Blokagung yang kini berdomisili di Mesir. Meminati kajian keislaman dan aktif di PCI NU Mesir.