Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Satu Keluarga Perancis Masuk Islam, Tersentuh Akhlak Imam Besar Al-Azhar

Avatar photo
37
×

Kisah Satu Keluarga Perancis Masuk Islam, Tersentuh Akhlak Imam Besar Al-Azhar

Share this article

Imam Besar Al-Azhar Dr. Ahmad at-Tayeb menceritakan kisah satu keluarga dari Perancis masuk Islam karena tersentuh oleh akhlak dan perilaku beliau sebagai seorang muslim. 

Cerita ini disampaikan Grand Syekh Al-Azhar ke-48 itu dalam program acaranya al-Imam at-Tayeb pada 2017 lalu.

Imam Ahmad at-Tayeb mengungkapkan cara kaum muslimin hidup di negara-negara barat dan bagaimana mereka beradaptasi dengan kebiasaan dan tradisi yang berbeda tanpa harus meninggalkan kewajiban mengikuti ajaran agama.

Beliau menceritakan sebuah kejadian yang menjadi sebab satu keluarga masuk Islam saat beliau tinggal di Perancis pada dekade 70-an abad lalu. Beliau tinggal satu atap bersama keluarga itu.

Pada awal-awal tinggal bersama mereka, Syekh Ahmad at-Tayeb membuat persyaratan untuk menjaga tradisinya sebagai seorang muslim. Seperti dia tidak akan duduk di meja yang ada khamar atau minuman keras di atasnya.

Beliau bercerita, “Saya mengakui bahwa saya tidak mengajak mereka memeluk Islam dengan cara dakwah seperti yang ada sekarang. Namun saya menjaga kewajiban agamaku secara penuh seperti kewajiban menjaga amanah karena statusku sebagai tamu dan kewajiban mengikuti akhlak Islam sat berada di rumah orang lain.”

Syekh Ahmad at-Tayeb menceritakan bahwa wanita yang ada di rumah itu meskipun bukan seorang muslimah, namun tidak pernah terlihat olehnya kecuali selalu berpenutup kepala. Sikapnya itu, kata beliau, karena menghormati tamu yang ada bersama mereka.

Dua bulan setelah Grand Syekh Al-Azhar kembali ke Kairo, sekeluarga Perancis itu datang ke Kairo dan mengungkapkan keinginan mereka untuk masuk Islam.

Beliau menjelaskan bahwa ada perilaku-perilaku dari kaum muslimin yang justru membuat orang-orang nonmuslim menjauh bahkan lari. Mereka adalah orang-orang Barat yang terkesan dengan perilaku baik dan kerja sungguh-sungguh. 

“Kami belajar bahwa status kami sebagai alumni al-Azhar bukan orang bebas yang bisa berbuat seenaknya seperti orang lain. Ada batasan-batasan yang mengatur tindakan dan perilaku kami,” terang beliau.

Beliau meminta masyarakat Barat agar memahami kondisi warga negara yang menjadi muslim dan keterikatan mereka dengan akidah Islam mereka yang mengharuskan merek untuk menjalani kehidupan dan perilaku-perilaku tertentu yang notabenenya tidak selaras total dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di Barat.

Beliau juga meminta masyarakat muslim agar menghormati orang lain dan tidak menyakiti atau menyerang kebudayaan mereka. 

Dakwah yang Tepat

Imam Besar Al-Azhar menegaskan bahwa menerapkan ajaran Islam dengan gambaran yang benar tanpa penambahan atau pengurangan adalah sebaik-baik dakwah. Hal ini tercermin dalam perilaku para sahabat ketika mereka hijrah ke Habsyah dan umat Islam generasi pertama ketika bermigrasi ke Eropa.

Hidup multikultural seperti di Eropa tidak mudah. Seorang muslim memang harus menyelaraskan keadaannya di tengah-tengah masyarakat Barat dengan syarat tidak boleh keluar dari ajaran agamanya secara mutlak.

“Islam memiliki kaidah-kaidah beragama yang memudahkan seperti hidup dalam kondisi darurat, perkara yang terlarang bisa dibolehkan jika terpaksa atau darurat, dan fatwa dapat berubah mengikuti perubahan waktu dan tempat dan lain-lain. Namun urusan bersesuaian dengan tradisi dan budaya lain harus mengikuti batasan-batasan syariat.” ungkap Imam Besar al-Azhar itu.

Baca tulisan menarik lainnya tentang Imam Besar Al-Azhar di sini.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.