Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Perjalanan Ulama Al-Azhar Mencari Hadits dari Yaman Hingga Nusantara

Avatar photo
32
×

Perjalanan Ulama Al-Azhar Mencari Hadits dari Yaman Hingga Nusantara

Share this article

Kisah-kisah menarik ketika perjalanan ulama muda al-Azhar Syekh Usamah Sayyid al-Azhari mengumpulkan sanad hadist dari puluhan Syaikh dari puluhan negeri yang beliau kunjungi.

Kitab ini memuat riwayat 50 hadist dari 50 Syaikh dari 50 negeri. Dua orang di antaranya adalah perempuan: Syaikhah Shafiyyah Binti Umar bin Shaleh al-Atthas dan Hubabah Khadijah Binti Muhammad bin Hadi as-Saqqaf, ketika mengambil riwayat ini Hubabah sudah berusia 94 tahun.

Setelah selesai menulis kitab Buldaniyat, beliau kirim nuskhah (naskah) kitab kepada Syaikh Abdul Hadi attazi yang sudah berusia lebih dari 90 tahun.

Syaikh Abdul Hadi attazi adalah duta besar Maroko, karena sering melakukan perjalanan udara dan melihat Syaikh Abul Hasan Asy-Syazili mempunyai dua hizib : Hizbul Barr (Daratan) dan Hizbul Bahr (Lautan) karena seringnya Syaikh Abdul Hadi naik pesawat beliau lalu menulis Hizbul Jaww (Hizib yang dibaca ketika di udara).

Ketika meriwayatkan hadis dari Masyayikh Damaskus:

التاجر الصادوق الأمين مع النبيين والصديقين والشهداء

“Pedagang yang jujur terpercaya bersama para nabi, shiddiqin dan Syuhada.”

Syekh Usamah mengomentari, “Saya mendengar ulama-ulama Nusantara, Melayu Indonesia punya tafsir terhadap kata tajir, setiap hurufnya memiliki makna: Ta, Taqiy (Bertakwa) Alif, Amin (terpercaya) Jiim: Jarii’ (Pemberani) Ra’ : Rahim (penyayang). Pedagang akan sukses mempunyai dan mengumpulkan empat sifat ini.”

***

Dari jalur Syaikhah Shafiyah, juga beliau mengambil hadist tentang Imam yang rutin membaca surah al-Ikhlas, Qul Huwallahu ahad di setiap rakaat.

Dari Anas bin Malik: Ada seorang dari Anshar menjadi Imam di masjid Qubba, setiap membaca ayat dalam shalat beliau selalu membaca surah “Qul Huwallahu ahad” Dalam setiap rakaat. Setelah membaca Qul Huwallah beliau membaca surah yang lain.

Para sahabatnya protes, “Sampean selalu memulai bacaan surah dengan al-Ikhlas, kemudian (sampean merasa) belum tunai hingga menambah surah yang lain, kalau mau, baca al-ikhlas saja atau tinggalkan dan baca surah yang lain. “

Imam itu menjawab, “Saya tidak akan meninggalkan surah al-Ikhlas, kalau kalian suka saya jadi Imam maka saya akan lakukan (tetap membaca al-khlas) kalau kalian tidak suka, saya tinggalkan kalian.” Para sahabat melihat dia sebagai orang paling afdhal di antara mereka. Dan tidak suka diimami oleh selainnya.

Ketika Rasulullah berkunjung kepada mereka, mereka ceritakan tentang si imam, Rasulullah bertanya, “ya Fulan, apa yang menghalangimu dari permintaan para sahabatmu? Dan apa yang membuatmu selalu membaca al-Ikhlas dalam setiap rakaat? “

Imam itu menjawab, “Ya Rasulallah, aku mencintainya (senang membaca al-ikhlas). Lalu rasulullah bersabda.

إن حبها يدخلك الجنة

“Sungguh kecintaan kepada surah al-ikhlas memasukkanmu ke dalam surga.” Hadis yang sangat indah.

***

Negeri Yaman.

Sebelum merencanakan menulis Buldaniyat, Syekh Usamah rihlah ke Yaman untuk mengambil sanad hadis. Di Kota Shan’a beliau meminta untuk diantarkan kepada Syaikh Muhammad Ismail Umrani, beliau yang terkenal syadid dalam memberikan sanad, menolak untuk memberikan sanad.

Ketika muridnya bilang Syaikh Usamah datang dari al-Azhar, Syekh Muhammad Umrani langsung mengizinkan, “Baik, saya akan beri sanad tapi satu hadist saja (menghormati al-Azhar).”

Mulailah Syekh Usamah membacakan awal hadis shahih bukhari. Ternyata Syekh Umrani senang dengan bacaan Syekh Usamah, lalu minta lanjutkan lagi, baca lagi, hingga khatam bab bad’il wahyi.

Ketika di India, di Makhdumabad, Kerla, Syaikh Usamah melihat kitab al-Adwa as-Sati’ Syarah Jam’ul Jawami’ karena beliau kagum dengan isinya, beliau tanya tentang penulisnya, ternyata masih hidup. Dan beliau minta berkunjung kepada Syekh Abu Muhammad al-Qadiri al-Wailaturi.

Ketika mendengar ada orang Azhar ingin berkunjung ke pondok beliau, Syaikh Abu Muhammad al-Wailaturi langsung mengumpulkan semua santri dan mengundang semua syekh untuk hadir, hurmatan li imamatil Azhar, karena takzim atas imamah al-Azhar yang dipakai Syekh Usamah.

***

Di Banjar Baru, Syekh Usamah membaca dan meriwayatkan kitab Buldaniyat di pondok Yasin Syekh Fahmi Zamzam. Di awal majlis hari ini beliau bertakziah menggambarkan betapa sedihnya beliau kehilangan seorang guru dan sahabat yang sangat dekat, karena beliau sering bertemu baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Lalu Syekh Usamah menceritakan bagaimana kegigihan Syekh Fahmi Zamzam membangun madrasah dan menyebarkan ilmu. Rahimahullah rahmatan wasiah.

Dari pembacaan Buldaniyat di Banjar baru itu lahirlah dua buah kitab; Mukhtasar Buldaniyat karya Ust Abdul Halim al-Banjari dan Kitab Buldaniat karya Syekh Abdussalam Abdul Mughni an-Naqari (Adik kandung guru Bakhit).

Di Banjar Baru, beliau bertemu juga dengan banyak masyayikh dan mengambil sanad dari Syekh Syukri Unus, hadis tentang wasiat Rasullullah untuk warga Mesir.

Di Martapura beliau mengambil sanad hadist tabahhur, dari syekh Ahmad Sya’rani al-Banjari.

Perjalanan yang sangat indah, bertemu para guru dari penjuru dunia, para penjaga kalam Rasulullah. Tapi tentu juga, perjalanan yang penuh ujian.

Semoga Allah menjaga semua guru-guru kita di bumi Banjar, di Al-Azhar, dan seluruh penjuru dunia.

Darrasah, Kairo, 14-11-2021

Kontributor

  • Fahmi Ain Fathah

    Alumni Al-Azhar Kairo Mesir, Fakultas Bahasa Arab. Asal dari Tanjung, Kalimantan Selatan. Kini tengah melanjutkan studi jenjang S2 Al-Azhar. Meminati kajian Manthiq dan Balaghah