Awal kali baginda Nabi saw. tiba di Yatsrib (Madinah), penduduk riuh bergembira menyambut beliau saw. Lantunan Qasidah “Tala’ al-Badr” menjadi bukti sejarah tentang peristiwa kegembiraan kala itu.
Sebagaimana diceritakan oleh berbagai kitab Sirah Nabawi, kehadiran beliau saw. membuat penduduk Yatsrib berebut menjamu, melayani, dan menawarkan rumah-rumah mereka untuk disinggahi dan dihuni oleh baginda Nabi saw.
Sudah menjadi suratan takdir bahwa beliau saw. tidak pernah mengecewakan para pecinta dan umat beliau. Unta beliau, al-Qaṣwa yang memahami kehendak baginda Nabi saw. diminta berjalan menuju rumah terpilih sebagai hunian tempat Nabi saw. bermukim.
Dengan demikian para penduduk Yatsrib legawa, seakan tempat yang akan dituju dan dipilih oleh al-Qaṣwa adalah random, keberuntungan semata, di mana kala itu rumah sahabat Abu Ayyub al-Anshari lah yang menjadi pemberhentian al-Qaṣwa.
Menurut kitab Sīrah Ibnu Hisyam, al-Mawāhib al-Laduniyya milik Ahmad al-Qisṭalāny, al-Sīrah al-Ḥalbiyyah karya Ali al-Halbi, juga Durūs al-Hijrah-nya Athiyyah Salim, berhentinya al-Qaṣwa depan rumah sahabat Abu Ayyub al-Anshari ra. bukan tidak sengaja atau keberuntungan semata. Namun ia memang memenuhi kehendak baginda saw. yang memang berkenan ingin tinggal di situ.
Sekitar 700 tahun sebelum Nabi saw. diutus, Raja Tubba’ I al-Himyari yang sedang ekspansi wilayah kerajaannya sempat melewati Yatsrib dan bertemu dua orang Ulama Yahudi Ahli Kitab yang mengingatkannya tentang kemuliaan Yatsrib, wilayah yang akan menjadi Kota jujukan dan tempat tinggal seorang Nabi akhir zaman.
Oleh dua ulama Yahudi tersebut, Raja Tubba’ I dikabari tentang kemuliaan dan kedudukan agung Nabi akhir zaman yang bernama Ahmad (baginda Nabi Muhammad saw.). Akhirnya, Raja Tubba’ I memilih 400 orang Alim untuk tinggal di Yatsrib menunggu kedatangan baginda Nabi saw.
Raja Tubba’ I menulis sebuah surat “pengakuan keimanan” kepada baginda Nabi saw., yang dititipkan ke 400 orang Alim dan disimpan oleh orang Alim tertua dari 400 orang tersebut agar kelak disampaikan kepada baginda Nabi saw.
Raja Tubba’ I juga membangunkan sebuah rumah terbaik dua tingkat, sebuah rumah yang tidak umum, sebab kala itu bentuk rumah hanya satu tingkat. Hal demikian Raja Tubba’ I lakukan demi menyambut kedatangan baginda Nabi saw. di Yatsrib.
Rumah dua tingkat ini diserahkan oleh Raja Tubba’ I kepada orang tertua dari ke400 orang Alim untuk dijaga dan diserahkan nantinya pada baginda Nabi saw. Namun baginda saw. tidak juga muncul dan datang, maka secara turun temurun rumah tersebut dihuni oleh keturunan orang tertua dari ke400 orang Alim tersebut hingga jatuh di tangan sahabat Abu Ayyub al-Anshari ra., yang merupakan salah satu keturunan si tertua dari ke400 orang Alim bawahan Raja Tubba’ I.
Atas dasar ini, bahwa tinggalnya baginda Nabi saw. di rumah sahabat Abu Ayyub ra. pada dasarnya beliau sedang tidak bertamu namun sedang tinggal di rumah beliau sendiri. Berkaitan kenapa penduduk Yatsrib yang mudah beriman, hal ini menurut Taḥqīq al-Nuṣrah fī Tarīkh Dār al-Hijrah milik Zainuddin al-Maraghi, para penduduk Yatsrib (kaum Anshar) adalah keturunan dari ke400 orang Alim, yang memegang teguh “wasiat” leluhur mereka untuk menyambut kedatangan seorang Nabi akhir zaman.
Dalam Durūs al-Hijrah diceritakan bahwa pemegang surat Raja Tubba’ I kala baginda saw. telah diutus adalah Abu Layla. Saat itu, Abu Layla pergi dari Yastrib menuju Mekkah ingin berjumpa dengan figur yang dikabarkan mengaku sebagai Nabi akhir zaman. Abu Layla belum tahu wajah baginda saw. namun saat Nabi saw. bertemu Abu Layla dan dia (Abu Layla) juga belum sempat berbicara mengenalkan diri, baginda Nabi saw. menyapanya:
أنت أبو ليلى؟
“Kamu Abu Layla?”
Abu Layla balik bertanya:
من أنت؟ والله ما وجهك بوجه ساحر، كيف عرفت أني أبو ليلى؟
“Anda siapa?, demi Allah, wajah anda tidak mencerminkan seorang Penyihir, bagaimana anda tahu saya adalah Abu Layla?”
Baginda saw. lalu berkata:
معك الكتاب كذا
“Kamu menyimpan tulisan semacam ‘ini’ kan?”. Abu Layla menjawab iya. Sebuah surat dari Raja Tubba’ I yang berisi tentang keimanannya dan harapannya untuk mendapat syafaat baginda saw kelak.
Oleh karena itu baginda Nabi saw. bersabda:
لا تسبوا تبعا فإنه كان قد أسلم
“Janganlah kalian mencelah Tubba’ sebab sesungguhnya dia adalah seorang Muslim”
Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi saw. bersabda:
لا تسبوا أسعد الحميري وقال: هو أول من كسا الكعبة“
“Janganlah kalian mencelah As’ad al-Himyari (Tubba’ I)”, Nabi saw. bersabda: “Dia adalah orang pertama yang memberi kiswah Ka’bah”.
Sayyidah ‘Aisyah ra. berkata:
كان تبع رجلا صالحا، ألا ترى أن الله ذم قومه ولم يذمه
“Tubba’ adalah figur saleh, tidakkah kalian lihat bahwa Allah swt mengecam kaumnya (dalam QS. al-Dukhan: 37) namun tidak dengannya?”