Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Setahun Nahdlatut Turots: Membaca masa silam, memetakan masa depan

Avatar photo
27
×

Setahun Nahdlatut Turots: Membaca masa silam, memetakan masa depan

Share this article

Turots merupakan entitas penting yang jadi bukti empiris peradaban intelektual klasik ulama nusantara. Nahdlatut Turots berupaya menjaga, merawat, dan menyebarkan esensinya di era kontemporer.

Peringatan halaqah setahun berdirinya Nahdlatut Turots, dihelat di Ponpes Mambaus Solihin Gresik pada (26/12). Acara dihadiri para ulama dan pemerhati manuskrip dari berbagai daerah itu, mengusung tema besar: Menghidupkan Warisan Ulama Nusantara.

Hadir dalam halaqah tersebut, Syekh Muhammad Syadi Arbasy, ulama mazhab Syafi’i asal Suriah yang mentahqiq kitab Hasyiyah at-Turmusi karya Syekh Mahfud Termas; KH Ahmad Najib AR, ketua LTN PW Jawa Timur; dan Prof. Dr. KH. Mujab Masyhudi, Direktur Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Peserta yang hadir juga berasal dari berbagai daerah. Selain para pegiat dan pemerhati manuskrip, hadir pula perwakilan dari Lajnah Turots Madura, Langitan Tuban, Padangan Bojonegoro, Bungah Gresik, dan Tremas Pacitan.

Dalam pemaparannya, Syekh Ahmad Syaadi Arbasy mengatakan, bergelut dengan turots adalah bagian dari menjaga warisan ulama nusantara. Tujuannya, agar warisan leluhur itu tidak hilang dan rusak. Selain menjaga, menurt Syekh Syaadi, juga harus mengumpulkan dan mentahqiqnya. Sementara kemampuan tahqiq juga butuh persiapan yang matang.

“Persiapkan diri sebelum masuk tahqiq. Mentahqiq butuh kemampuan bahasa arab dan banyak disiplin ilmu,” ucap Syekh Syaadi.

Syekh Syaadi mengatakan, saat menulis kitab, ulama-ulama nusantara tak seperti orang Jawa atau Indonesia. Tapi mirip dengan ulama dari jazirah Arab. Baik dari segi keindahan tulisan maupun esensi dan gagasan yang ditulisnya. Ini bukti penting bahwa ulama nusantara memang para punggawa peradaban.

“Ulama-ulama pendahulu kita, kalau menulis (kitab) berbahasa Arab tak seperti orang jawa,” imbuhnya.

Ia menambahkan, para pemerhati turots punya tugas besar sebagai para penjaga ilmu dan keeper peradaban. Sebab, diakui atau tidak, masih banyak upaya pengubahan isi kitab-kitab klasik yang dilakukan oleh oknum tertentu. Hal ini bukan tanpa bukti. 

Banyak ulama Wahabi yang sengaja membuang bagian-bagian kitab klasik, lalu mencetaknya. Bagian-bagian yang dihilangkan, adalah bagian yang tak sesuai dengan ideologi mereka. Contohnya, menghilangkan bagian mukadimah hanya karena ada tawasul pada Nabi Muhammad Saw. Karena itu, harus ada yang menjaga. 

Membaca masa silam, memetakan masa depan

Turots merupakan entitas penting yang jadi bukti empiris keberadaan islam nusantara sejak ratusan tahun silam. Itu alasan penting kenapa turots harus dibahas, dirawat, dan dijaga sebagai bagian dari khazanah keilmuan nusantara.

Digitalisasi turots penting untuk terus dikampanyekan. Sehingga turots karya para ulama, bisa dibaca dan dipahami banyak pihak. Terutama para milenials. Ini penting untuk dilakukan. Selain agar tak terlalu jauh dari tuntunan para pendahulu, juga agar tahu bahwa Islam nusantara adalah pilar penting bagi pembentukan peradaban dunia.

Membaca dan memahami turots membuat generasi saat ini tahu, bahwa Islam nusantara merupakan peradaban intelektual yang dibentuk para leluhur sejak ratusan tahun silam. Memahami turots karya ulama, juga untuk memetakan masa depan. Sebab, banyak karya ulama yang bisa dikontekstualisasikan terhadap zaman sekarang. Sehingga, esensi peradaban Islam masa depan tetap sama dengan ajaran para  pendahulu, meski wujud dan konteks-nya bisa disesuaikan dengan zaman. 

Pelaksanaan halaqah satu tahun Nahdlatut Turots di Ponpes Mambaus Solihin Gresik ini, jadi saksi penting atas apa yang telah dan akan dilakukan Nahdlatut Turots ke depan.

Kontributor