Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Pesan Rasulullah agar tidak berbangga dengan nasab

Avatar photo
63
×

Pesan Rasulullah agar tidak berbangga dengan nasab

Share this article

Rasulullah selalu mengajarkan agar setiap umat Islam tidak merasa lebih tinggi dari yang lainnya. Banyak hadis yang menerangkan tentang konsep kesetaraan manusia dalam Islam, bahwa kita semua ciptaan Allah dan tidak ada alasan bagi diri untuk merasa lebih tinggi dari orang lain, termasuk dalam hal membangga-banggakan nasab.

Sebagaimana salah satunya hadis riwayat dari Abu Hurairah, bahwa ketika Fathu Makkah, beliau saw. menegaskan tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, di mana ketakwaan yang menentukan kemuliaan, bukan garis keturunan atau status sosial. Rasulullah bersabda;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إن الله قد أذهب عنكم عيبة الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا. فَالنَّاسُ رَجُلَانِ: رَجُلٌ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ، وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ. وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:” يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menghapuskan dari kalian kejahilan jahiliyah dan kesombongan dengan nenek moyangnya. Manusia itu ada dua macam: orang yang baik, bertakwa, mulia di sisi Allah, dan orang yang fasik, celaka, rendah di sisi Allah. Manusia itu keturunan Adam, dan Allah menciptakan Adam dari tanah.”

Beliau kemudian membacakan firman-Nya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbagai bangsa dan suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling takwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (HR. Tirmidzi)

Melalui hadis di atas, jelas bahwa Allah mengingatkan manusia, mereka berasal dari nasab dan keturunan yang satu, serta disatukan oleh bapak yang satu dan ibu yang satu, yakni Sayyidina Adam dan Sayyidah Hawa. Kemudian memisahkan mereka menjadi berbagai bangsa dan suku agar mereka saling mengenal.

Imam Nawawi dalam Tafsir Marah Labid mensyarahi hal ini, bahwa pembagian asal-usul dan garis keturunan ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan perbedaan derajat di antara manusia. Semua diciptakan sama dan kehormatan seseorang datang dari takwanya, bukan dari nasabnya.

Rasulullah juga bahkan pernah memberikan peringatan kepada keluarganya, terkhusus kepada putrinya Sayyidah Fatimah az-Zahra, bahwa menjadi putri atau putra siapa saja tidak menjamin keselamatan bagi dirinya, sekalipun keturunan para nabi dan rasul. Sebagaimana dalam hadis shahihain dari Abu Hurairah, ia berkata:

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ ) قَالَ « يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِى مَا شِئْتِ مِنْ مَالِى لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا »

Rasulullah saw. berdiri ketika turun ayat, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”(QS. asy-Syu’ara: 214). Lalu beliau berkata, “Wahai orang Quraisy -atau kalimat semacam itu-, selamatkanlah diri kalian sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Allah. Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Allah. Wahai Fatimah puteri Muhammad, mintalah padaku apa yang engkau mau dari hartaku, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Allah.” (HR. Bukhari Muslim)

Di samping beliau juga mengingatkan bahwa kebanggaan terhadap garis keturunan dan merendahkan orang lain dapat menjerumuskan dirinya pada keadaan yang sangat hina. Sebagaimana dari Hudzaifah, Rasulullah saw. telah bersabda:

كلكم بنو آدم وآدم خلق من تراب، ولينتهين قوم يفخرون بآبائهم، أو ليكونن أهون على الله تعالى من الجعلان

“Kalian semua adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Berhentilah kaum dari sikap membanggakan leluhur mereka, atau jika tidak, mereka adalah orang-orang yang lebih rendah bagi Allah dari al-ju’lan.” (HR. al-Bazzar)

Dalam riwayat yang lain, beliau saw. bersabda:

لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَام يَفْتَخِرُونَ بِآبَائِهِمْ الَّذِينَ مَاتُوا إِنَّمَا هُمْ فَحْم جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونَنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّه مِنْ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءُ بِأَنْفِهِ

“Hendaklah mereka segera berhenti dari membangga-banggakan nenek-moyang mereka yang telah wafat. Mereka itu hanyalah arang neraka jahanam, atau mereka lebih hina di sisi Allah dari hewan yang mendorong kotoran dengan hidungnya.” (HR at-Tirmidzi)

Pesan Rasulullah menekankan bahwa kebanggaan terhadap keturunan atau nasab bukanlah ukuran kemuliaan dalam Islam. Yang lebih penting adalah ketakwaan, amal ibadah, dan ketaatan kepada Allah. Rasulullah juga mengingatkan bahwa setiap individu akan dihargai berdasarkan amal perbuatannya, bukan berdasarkan keturunan atau asal-usulnya.

Dengan demikian, Islam mengajarkan untuk tidak membanggakan diri hanya karena faktor keturunan atau keluarga, tetapi lebih pada ketakwaan dan amal kebaikan. Sebagaimana dari Abu Hurairah, beliau bersabda:

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Barang siapa yang lamban amalnya, maka nasabnya tidak bisa mengejarnya.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi dalam syarahnya, maksudnya siapa saja yang amal kebaikannya kurang, maka kedudukan mulianya tidak bisa menolong dirinya. Oleh karenanya, jangan terlalu berharap dari nasab atau silsilah keturunan dan keutamaan nenek moyang, akhirnya sedikit dalam beramal. Wallah a’lam.

Kontributor