Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Menilik cara Islam diajarkan lewat lirik puji-pujian

Avatar photo
33
×

Menilik cara Islam diajarkan lewat lirik puji-pujian

Share this article

Puji-pujian merupakan kegiatan melantunkan puisi bernuansa religi, mengandung petuah kehidupan, panjatan doa, atau lagu-lagu yang memuji keagungan Allah dan Nabi Muhammad dalam bahasa Arab, Indonesia, atau bahasa daerah.

Meskipun berbahasa daerah, kebanyakan puji-pujian diawali dengan lafal sholawat kepada Nabi terlebih dahulu.

Puji-pujian didendangkan di langgar, tajug atau mushalla dan juga masjid seusai azan dikumandangkan. Di samping untuk menunggu jamaah shalat lima waktu, juga untuk menunggu imam yang memimpin shalat berjamaah.

Apakah puji-pujian ini pernah terjadi di zaman Nabi?

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash mendengar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian mendengar muadzin mengumandangkan azan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya kemudian bacalah shalawat untukku, karena sesungguhnya orang yang membaca shalawat sekali untukku, maka Allah akan menganugerahkan sepuluh shalawat (rahmat) kepadanya, lalu mohonlah kepada Allah Washilah (kedudukan yang tinggi) untukku. Karena washilah itu suatu kedudukan yang tinggi dalam surga, yang tidak pantas kecuali bagi seseorang di antara hamba-hamba Allah Ta’ala, dan saya berharap semoga sayalah yang akan menempatinya. Barangsiapa yang memohonkan wasilah kepada Allah untukku, niscaya dia akan mendapat syafaat.” (Sunan Abu Daud, 439)

Puji-pujian berisikan muatan petuah agama dan membahas amaliah-amaliah umat Islam, di antaranya amaliah sebelum dan sesudah shalat. Contohnya adalah pujipujian berikut ini:

اللهم صل على محمد  # يارب صل عليه وسلم

Eh sedulur sak uwise ono azan

(Wahai saudara sekalian, setelah azan dikumandangkannya)

Enggal enggal Siro wudlu nuli dandan

(Bergegaslah kalian berwudhu dan beriaslah menuju shalat!!)

Ojo siro ketungkul omong omongan

(Jangan kalian banyak bicara yang tidak jelas)

Nunggu Imam simabi puji pujian

(Tunggulah imam sembari membaca puji-pujian)

Shalat sunnah ojo nganti ketinggalan

(Solat sunnah jangan ditinggalkan)

Munggah masjid lakonono kewajiban

(Naiklah ke masjid dan lakukan kewajiban)

Imam teko diqomati terus sembahyah

(Imam datang lalu mengucap iqomah, dilanjut shalat)

Ojo bubar yen during rampung wiridan

(Jangan pergi sebelum selesai wirid)

Meninggalkan Pekerjaan saat Azan dan Bersuci

Bait satu dan dua menjelaskan bahwa dalam kondisi apapun saat mendengar suara azan hendaknya kita langsung meninggalkan kegiatan dan mencari air wudhu serta berganti pakaian untuk melaksanakan ibadah.

Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW.

عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي الْبَيْتِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ خَرَجَ

Dari AlAswad bin Yazid ia berkata: “Aku bertanya kepada Aisyah radliallahu ‘anha mengenai apa saja yang dilakukan Nabi SAW di rumah. Maka ia pun menjawab, beliau turut membantu pekerjaan keluarganya, dan bila beliau mendengar azan, beliau pun keluar.”  (Shahih Bukhari 4944)

Hadis di atas memang tidak secara spesifik jika mendengar azan langsung wudlu. Namun dengan adanya pemberhentian pekerjaan karena azan, ini mengindikasikan bahwa jika tiba waktu shalat dan terdengar azan berkumandang, hendaknya kita berhenti melakukan pekerjaan, dan mencari tempat wudlu dan berganti pakaian yang bersih, atau berhias untuk shalat.

Hal ini karena tidak mungkin shalat dengan keadaan tidak bersih baik pakaian, tempat, dan badan. Bisa saja, saat bekerja pakaian kita terkena kotoran, atau noda yang mengandung najis, sehingga menjadikan tidak sah saat shalat.

Tidak Banyak Bericara dan Menunggu Imam Sembari Puji-Pujian

Bait tiga dan empat menjelaskan bahwa jika sudah masuk waktu shalat dan azan, tak usah banyak berbicara, disarankan banyak membaca doa. Sebab doa antara azan dan iqamah itu maqbul.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ لَا يُرَدُّ»

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa antara azan dan iqamah tidak akan ditolak.” (Sunan Tirmidzi 196) Doa di antara azan dan iqomah maqbul, diterima oleh Allah.

Selain menunggu imam dengan berdoa, memuji Allah dan Rasulullah SAW, para jamaah juga disarankan mengikuti puji-pujian, agar menggema di dalam musholla. Di samping juga untuk menghindari perbuatan dosa, seperti membicarakan orang lain, bercerita tidak jelas, atau bermain di dalam masjid.

Mengerjakan Shalat Qobliyah dan Masuk Masjid

Bukan hanya berdoa, atau puji-pujian yang dianjurkan, namun juga disunnahkan melaksanakan shalat qabliyah.

Dari Anas bin Malik dia berkata:

كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ يُصَلُّونَ حَتَّى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذَلِكَ وَيُصَلُّونَ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ

“Bila muadzin telah mengumandangkan azan, maka para sahabat segera bangkit mendekati tiang-tiang (masjid) dan shalat hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dan mereka masih dalam keadaan demikian. Mereka shalat sebelum Maghrib, dan sebelumnya tidak ada shalat diantara azan dan iqamah sesuatupun jua.” (Sunan Nasa’i 675)

Hadis di atas selain menyimpulkan anjuran masuk masjid agaknya juga awal dari disunnahkannya shalat qabliah maghrib untuk pertama kali, yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

Iqomah saat Imam Datang dan Anjuran Wiridan

Saat imam datang, shalat langsung dimulai. Berikut hadis dari Jabir bin Samrah berkata:

كَانَ مُؤَذِّنُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُمْهِلُ فَلَا يُقِيمُ حَتَّى إِذَا رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَرَجَ أَقَامَ الصَّلَاةَ حِينَ يَرَاهُ

Mu’adzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak segera mengumandangkan iqamah, maka ketika ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, ia pun mengumandangkannya.” (Sunan Tirmidzi 186)

Wiridan dalam ajaran Islam adalah zikir yang dibaca seusai shalat, seperti pembacaan tasbih, tahmid, takbir dan doa. Dalam QS. Al Ahzab: 41-42 Allah telah memerintahkan kita untuk berzikir siang dan malam.   

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ﴿٤٢﴾

 

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.”

Puji-pujian di atas, mengajarkan agar ibadah dikerjakan sesuai ajaran agama Islam. Hal ini dapat dikatakan bahwa ulama-ulama terdahulu benar-benar sudah mempersiapkan dan sengaja memudahkan masyarakat dalam memahami ajaran-ajaran Islam, dengan mengambil subtansi dan mengubahnya menjadi lirik puji-pujian yang mudah dihafal. Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Ramdhan Yurianto

    Alumni PPM Darunnajat Brebes. Sekarang melanjutkan kuliah di UIN Walisongo Semarang.