Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak dalam Islam

Avatar photo
24
×

Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak dalam Islam

Share this article

Islam sangat memperhatikan terjaganya kesehatan anak-anak. Terlebih yang berkaitan dengan kondisi psikologi dan kesehatan mental mereka.

ِAgama Islam memperingatkan agar anak-anak jangan diarahkan kepada hal-hal yang sekiranya dapat mengubah fitrahnya atau mengganggu kejiwaannya.

Seiring dengan perayaan Hari Anak Internasional yang jatuh pada tanggal 20 November, Al-Azhar memaparkan beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental anak sebagai berikut:

Pilih Pasangan Hidup yang Baik

Kepedulian dan perhatian Islam terhadap kesehatan psikologis anak dimulai sebelum ia dilahirkan.

Islam mendorong laki-laki memilih calon ibu yang shalehah bagi anaknya (calon istrinya). Begitu pula wanita didorong agar memilih calon ayah yang shaleh bagi anaknya (calon suaminya).

Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw. bersabda:

تُنْكَحُ المَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari)

Beliau juga bersabda:

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

“Jika ada yang datang kepada kalian hendak meminang, seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Karena jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan juga kerusakan yang meluas.” (HR. At-Tirmidzi)

Larangan Pesimis bila Lahir Bayi Perempuan

Al-Qur’an mencela dan mengkritik orang-orang jahiliyah ketika bayi yang terlahir perempuan, mereka menyambutnya dengan penuh kesedihan dan rasa pesimis.

Al-Qur’an menganggap pelecehan fisik ataupun psikologis terhadap anak perempuan dengan tindakan seperti ini termasuk perkara yang diharamkan. Allah

swt. berfirman:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ * يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) wajahnya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59)

Berikan Nama yang Baik

Islam memerintahkan untuk memilihkan nama-nama yang baik untuk anak. Islam juga melarang memberi mereka nama yang buruk, yang rentan terhadap ejekan dan bullying sehingga menjadikan mental dan psikologi mereka down.

Banyak sekali riwayat bahwa Nabi Muhammad saw. mengubah nama-nama yang buruk menjadi nama-nama yang baik. Hal itu membimbing kita agar meniru perilaku tersebut.

Jangan Pilih Kasih

Bukan rahasia lagi, orang tua yang memperlakukan anak-anak mereka secara berbeda (pilih kasih) akan berdampak negatif pada kondisi psikologi mereka.

Oleh karena itu Islam memerintahkan agar orang tua bersikap adil kepada anak-anaknya dalam hal pemberian maupun interaksi dan perlakuan yang mencerminkan rasa kasih sayang.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata:

بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُحَدِّثُ أَصْحَابَهُ إِذْ جَاءَ صَبِيٌّ حَتَّى انْتَهَى إِلَى أَبِيهِ فِي نَاحِيَةِ الْقَوْمِ فَمَسَحَ رَأْسَهُ وَأَقْعَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى قَالَ: فَلَبِثَ قَلِيلًا فَجَاءَتِ ابْنَةٌ لَهُ حَتَّى انْتَهَتْ إِلَيْهِ فَمَسَحَ رَأْسَهَا وَأَقْعَدَهَا فِي الْأَرْضِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «فَهَلَّا عَلَى فَخِذِكَ الْأُخْرَى» فَحَمَلَهَا عَلَى فَخِذِهِ الْأُخْرَى فَقَالَ ﷺ: الْآنَ عَدَلْتَ

Suatu ketika Rasulullah saw. sedang berbincang-bincang dengan para sahabat. Tiba-tiba ada seorang anak kecil laki-laki datang menghampiri ayahnya yang berada di tengah-tengah kaum, lalu sang ayah mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di atas paha kanannya.

Tidak lama kemudian, datanglah putrinya dan menghampirinya, lalu ia mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di tanah.

Maka Rasulullah saw. bersabda, “Bisakah kamu mendudukkannya di atas pahamu yang lain (kiri)?”

Lalu lelaki tersebut mendudukkannya (memangkunya) di atas pahanya yang lain. Kemudian Nabi bersabda: “Sekarang kamu telah berbuat adil.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dalam An-Nafaqah ‘ala Al-‘Iyal)

Baca tulisan menarik lainnya tentang anak di sini.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.