Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Tradisi Memungut Kertas di Jalan Bertuliskan Asma Allah

Avatar photo
28
×

Tradisi Memungut Kertas di Jalan Bertuliskan Asma Allah

Share this article

Hampir mayoritas umat Muslim
di Indonesia sangat hormat dan mengkultuskan tulisan Arab, karena identik
dengan mushaf al-Qur’an. Baik tulisan itu merupakan sebuah buku agama atau
sekedar kertas biasa dengan kalimat-kalimat Arab yang bahkan tidak ada ayat
tertulis di dalamnya.

Keadaan demikian pertama
sebab mereka diajarkan oleh para kiai untuk selalu hormat pada kitab, utamanya
mushaf al-Qur’an. Kedua, sang Kiai dan santri menjadi teladan bagi masyarakat
yang buta bahasa Arab sehingga apapun yang berbahasa Arab dikultuskan,
sampai-sampai sangat dihindari untuk dibuat bungkus makanan sebagaimana umumnya
kertas loak koran, Majalah atau Buku.

Hal ini menjadi kearifan
lokal Muslim Nusantara yang kesehariannya tidak menggunakan bahasa Arab dalam mu‘āmalah
insāniyyah (bersosialisasi) dan māliyyah (bertransaksi).
Prasangka baik mayoritas Muslim Nusantara akan semua tulisan Arab adalah ayat
al-Qur’an, Hadis atau ajaran Syariah membuat mereka mengkultuskan
lembaran-lembaran bertulis kalimat Arab agar tidak sampai dihinakan, terinjak atau
dibuat bungkus makanan.

Kearifan yang mentradisi ini terjaga sebab pendidikan
pesantren dan pengajian-pengajian Kiai yang senantiasa mengingatkan untuk
memuliakan tulisan Arab, baik itu ayat, Hadis atau sekedar kata pendek bertulis
Asma Allah.
Dahulu kala mondok,
kebanyakan kita
para santri mendengar
cerita kiai atau ustadz tentang
adanya seorang santri
yang menemukan selembar kertas bertulis asma Allah swt. kemudian santri tersebut
memuliakan dengan memungut tulisan tersebut untuk disimpan di saku bajunya. Atas
tindakannya ini, si santri mendapat kemuliaan dengan menjadi kiai dengan
pengaruh besar.

Cerita ini disinyalir
bersumber dari kitab Shar
al-Qushayrī li Asmā’ Allāh al-usnā atau Risālat al-Qusyayriyyah. Ibnu
Hawazin al-Qusya
yri sang pengarang kitab menuliskan bahwa ada seseorang bernama Basyar
bin al-Haris, yang dahulunya biasa berjalan dengan beralas kaki seperti pada
umumnya orang, namun di kemudian hari dia gemar berjalan tanpa alas kaki
sampai akhir hayatnya.

Peristiwa ini diawali saat
dia menemukan selembar sobekan kertas bertuliskan nama Allah, maka dipungutlah
olehnya kertas tersebut, dibersihkan dan dia mengeluarkan uang sedirham
(uang tersisa dan terakhir
yang dimilikinya saat itu)
untuk
membeli wewangian
agar dapat
diusapkan pada kertas tersebut
supaya baunya
menjadi harum. Di saat tidur, dia bermimpi mendengar suara:

يا بشر، طيبت اسمي لأطيبن
اسمك فِي الدنيا والآخرة

Wahai Basyar, kamu telah harumkan nama-Ku, maka
demi keagungan dan kebesaran-Ku, akan AkU harumkan namamu di dunia dan akhirat.”

Sejak saat itu beliau dikenal
dengan Basyar al-
āfī (si
telanjang kaki). Saat ditanya alas an berjalan tanpa alas kaki, beliau
menjawab:

الأرض بساطه، وأنا أكره
أن أباشر بساطه بواسطة بينه وبين قدامى

“Bumi ini merupakan hamparanNya, dan saya tidak suka
menyentuh hamparan
Nya dengan ada perantara antara
hamparan itu dan kedua kakiku
.

Dalam Risālat al-Qusyayriyyah selanjutnya disampaikan, bahwa suatu ketika
Basyar al-
āfī yang telah menjadi figur yang shaleh, alim nan warak bermimpi
bertemu Rasulallah saw.
Dalam
mimpinya,
beliau bersabda:

يا بشر، أتدري لَمْ رفعك اللَّه من بَيْنَ أقرانك

“Wahai Basyar, kamu tahu tidak kenapa Allah mengangkat (derajat)mu
melebihi teman-temanmu?”

Beliau menjawab tidak tahu. Lalu Rasulullah saw. bersabda:

باتباعك لسنتي , وخدمتك للصالحين , ونصيحتك لإخوانك ومحبتك
لأَصْحَابي , وأهل بَيْتِي، وَهُوَ الَّذِي بلغك منازل الأبرار

“Sebab kamu mengikuti sunnahku, sebab khidmahmu pada orang-orang shaleh,
nasehatmu pada teman-temanmu, cintamu pada para sahabat dan keluargaku.
Semua itulah yang mengantarmu hingga mencapai derajat al-Abrār
(orang-orang terpilih yang gemar melakukan kebajikan karena Allah)
.

Sebagai fadā’il al-a‘māl
ada Hadis riwayat sayyiduna Ali
bin Abi Thalib ra. bahwa Nabi saw.
bersabda:

فمن رفع كتاباً من الأرض فيه اسم من أسماء الله رفع الله
اسمه في عليين وحط عن والديه
يعني العذاب وان كانا من المشركين

“Barangsiapa memungut tulisan di atas tanah di mana dalam kertas
tersebut ada nama Allah, maka Allah akan mengangkat nama orang tersebut dalam
golongan yang tinggi serta Allah akan meringankan siksa bagi kedua orangtuanya
walaupun kedua orangtuanya orang musyrik.”

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.